Menuju hari "H" seminar bertema; PEMANFAATAN MEDIA BERBASIS TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN, Upaya Penibgkatan Mutu Pendidikan menyongsong pembelajaran abad 21 dan Era Revolusi Industri 4.0 dalam Dunia Pendidikan  dan pemanfaatan media Berbasis Teknologi Dalam Pembelajaran, panitia lokal makin sibuk. Segala persiapan focus pada penyelenggaraan acara tersebut. Para pembicara, dalam hal ini team dari Universitas Katolik Santu Paulus Ruteng dipimpin langsung oleh Bruder Stanis Guna, SVD, Kepala Program Studi (Kaprodi) Bahasa  Inggris UNIKA Santo Paulus Ruteng, sudah tiba. Pembicara lain yaitu bapak Daniel Meran Lejab, sudah siap di tempat.
Sudah hampir 2 tahun dunia mengalami pandemi Covid-19 dan nyaris mengubah seluruh tatanan kehidupan manusia di segala bidang kehidupan, termasuk didalamnya dunia pendidikan. Adanya kebijakan untuk melakukan work from home (WFH), social and physical distancing, megharuskan masyarakat tetap di rumah saja, bekerja, beribadah dan belajar dari rumah. Kondisi demikian menuntut lembaga pendidikan melakukan inovasi dalam proses pembelajaran.
Dengan dihapuskannya Ujian Nasional, belajar di rumah melalui aplikasi tertentu, kuliah daring, bimbingan dan seminar daring merupakan contoh pelayanan bidang pendidikan yang mempercepat penerapan pendidikan era Revolusi Industri 4.0. Hal  ini menuntut peran penting teknologi dalam bidang pendidikan di tengah pandemi Covid-19, para tenaga pendidik dan peserta didik diharapkan dapat menyesuaikan diri dan memanfaatkan teknologi agak proses ini tetap berjalan.
Bagi kebanyakan tenaga pendidik di daerah, terutama di kampung kita, ini menjadi tantangan besar. Betapa tidak, selain insfrastruktur jaringan yang belum memadai, tantangan lain yang tidak kalah penting adalah perangkat teknologi yang memungkinkan proses ini berjalan. Semakin tinggi kebutuhan, semakin tinggi pula spesifikasi alat yang di butuhkan. Maka semakin mahal pula harga yang harus dibayar. Disinilah letak permasalahannya.
Menunggu sampai siap? Rasanya kita akan ketinggalan kereta. Maka pilihan kita adalah apapun yang terjadi, mari kita mulai. Kita memiliki beberapa orang dengan kapasitas yang mumpuni, selain juga memiliki jaringan yang luas. Melalui merekalah diharapkan saudara-saudari kita di kampung memiliki kesempatan yang sama, mengakses teknologi sebagai media pembelajaran agar dalam situasi pandemi seperti yang kita alami sekarang ini, proses pembelajaran tetap berjalan sesuai rencana.
Yubileum Sebagai Momentum.
Tahun ini, SDK WAtuwawer akan memasuki tahun Intan berdirinya. Tepatnya 75 tahun berdiri. Sekolah sederhana ini, telah menghasilkan ribuan, bahkan mungkin jutaan lulusan yang tersebar diberbagai pelosok negeri, bahkan dunia. Tidak saja alumni, para pendidik yang pernah singgah dan berkarya di sekolah ini, tak terhitung jumlahnya. Mereka dengan segala keterbatasannya, telah membaktikan diri mereka dengan tulus dan iklas hati untuk desa Atakore, terutama untuk anak-anak didik. Ada yang sudah berpulang, ada yang sudah amat sepuh, sudah pensiun dan kembali pulang ke daerah asal, bahkan ada yang masih aktif. Rasa suyukur dan Bahagia, dari merekalah bkini anyak alumni yang justru menggantikan tongkat estafet menjadi pendidik di sekolah ini.
Beberapa hari lalu, kita baru saja menyaksikan, seorang alumni, dilantik menjadi kepala sekolah di sekolah ini juga. Selamat untuk ibu Odis Wawin. Tentu ini sangat membanggakan kita semua, lebih-lebih para pendidik yang barangkali dalam diam, terharu menyaksikan momentum ini. Salah satu dari banyak pendidik tersebut adalah pak guru Kon Tukan dan ibu yang setelah pension kemudian kembali Tua Kepa, kebetulan ada di dalam WAG Atakore dan sering-sering ikut memberi saran. Terima kasih pak guru dan ibu, yang sudah membaktikan diri untuk anak-anak desa Atakore puluhan tahun yang lalu. Kami selalu mengenang kalian dalam doa kami.
Apa Yang Harus Kita Lakukan.Â
Siang ini, sembari mengerjakan beberapa hal, saya dikirimi beberapa gambar hasil potret bruder Stanis yang sudah ada di Watuwawer. Tahun berganti. Menyaksikan gambar-gambar ini, waktu seolah berhenti pada masa ketika saya masih ada disini dulu. Ah...banyak hal yang masih harus di benahi, lebih-lebih fisik sekolah. "Pintu sekolah semua rusak. Dinding dengan plesteran yang mulai rontok, kursi meja yang mulai lapuk.... Ah.... Saya tidak ingin meneruskan caption bruder difoto-foto tersebut." Dada bergemuruh, membayangkan sekolah saya dulu, nampaknya tidak banyak berubah secara fisik.
Dari tempat yang jauh dibarat Indonesia, saya hanya bisa menghela napas Panjang, sembari Kembali mengajak semua alumni, AYOLAH... MARI BERGERAK. JANGAN DIAM SAJA. SUMBANGAN KITA Â SEMUA PARA ALUMNI SANGAT DINANTIKAN. "Tungku penempaan" nun jauh di Watuwawer sana menanti uluran tangan kita semua. Sebelum terlambat, mari kita tinggalkan satu dua langkah sebagai jejak kita, bahwa kita pernah ada disini, melalui sekolah jelek ini, dan kini kita berada pada titik kita ini, oleh karena sekolah ini. Salam ke seluruh penjuru negeri dimana semua alumni berada. - nh5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H