Natal berarti makan sedikit lebih enak dari biasanya.
Natal berarti terkadang baju baru.
Natal berarti dalam keadaan serba kekurangan, orang tua semangat berjuang untuk menyediakan sesuatu uang baru termasuk kue natal yang berbahan dasar hanya dari pisang menjadi andalan.
Natal berarti juga berarti kita bisa makan daging ayam yang amat jarang kita temukan walaupun orang tua selalu memelihara ayam.
Natal berarti berziarah. Perjalanan jauh ke desa tetangga, berbondong-bondong, berkeringat, nampaknya bukan halangan. Ini adalah peziarahan. Semua dilakukan dalam suasana gembira.
Misa Natal yamg cukup lama, lebih dari dua jam, tidak cukup menjadi alasan umat menjadi bosan. Diiringi lagu-lagu natal yang selalu baru, misa natal selalu meriah.
Anak-anak selalu disediakan tempat istimewa, di sekeliling altar. Namun, tetap saja anak-anak, selalu ribut. Dan anggota konfreria dengan sigap akan menghampiri dengan wajah serius untuk menegur. Suasana akan kembali khidmat dan hening. Semua ini amat membekas. Ia menjadi kenangan yamg tak terlupakan.
Merayakan Natal masa lampau tentu berbeda dengan natal masa kini. Natal di desa tentu juga berbeda dengan natal di kota. Natal, selalu dalam gerak jaman. Yang tetap sama adalah pesan universal natal.
Kasih, Kesederhanaan, keteladanan, rela berkorban, toleransi, kegembiraan dan pesan-pesan positif yang lain, selalu relevan dan aktual, bergerak dalam jaman. Tidak lekang dimakan waktu. Maka, mari membawa pesan universal natal ini dalam hidup kita setiap hari.
Selamat Natal untuk saudari-saudara, kerabat, handai taulan dan semua saja yang merayakan. Kita saling mengingat dalam doa dan kebaikan setiap hari, sampai kelak masuk dalam ingatan sunyi Tuhan.
25 Desember 2021
nh5