Penjelasan tour guide; yang berwarna biru itu kendaraan pribadi berbahan bakar fosil, hijau adalah kendaraan listrik dan kuning kendaraan umum.Â
Saya lupa menanyakan apakah yang berbahan bakar fosil itu bensin atau gas. Kenyataannya tiada asap yang saya lihat ngebul dari ujung knalpot kendaraan tersebut.Â
Saya hanya menduga, barangkali bahan bakarnya gas. Atau bensin sekelas pertamax beroktan tinggi? Walahuallam. Yang pasti saya sedang menikmati udara bersih disini.
 Ceritanya begini; awal tahun 60-an, pemerintah Cina memanggil pulang para pekerjanya yang bekerja di negara-negara tetangga termasuk Indonesia untuk bekerja di proyek milik pemerintah yang di buka besar-besaran di Propinsi Hainan.Â
Pekerja yang dipanggil pulang termasuk dari Indonesia, menempati urutan ketiga terbesar. Pekerja dari pulau Bali termasuk mayoritas yang pulang ke sana. Mereka pulang membawa budaya Bali hasil inkulturasi selama bekerja disana. Lambat laun budaya baru ini turut mempengaruhi masyarakat di Hainan.Â
Hasilnya, orang Indonesia termasuk saya berdecak kagum dengan upaya ini. Ironisnya, kita orang Indonesia didatangkan kesana untuk menikmati sesuatu yang yang dikemas luar biasa yang sebenarnya adalah milik kita, di tanah air mereka. Ahh.... sungguh terlaluuu. Itulah keseriusan pemerintah Cina menggarap sektor pariwisatanya.Â
Dengan cara men-tato badannya, mereka berusaha menaikkan level sosial mereka agar mendapat tempat dimata kelas sosial masyarakat yang lebih tinggi. Tato dibuat secara bertahap, dimulai ketika sang gadis masih amat belia, saat remaja, hingga kelak menjadi tua. Tidak heran sekujur tubuhnya penuh dengan lukisan ini.Â