Mohon tunggu...
Healthy

Orang Sakit ke Rumah Sakit Malah Tambah Sakit Gara-gara BPJS Kesehatan

12 November 2017   17:25 Diperbarui: 12 November 2017   17:32 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sepintas lalu memang agak aneh kedengarannya, bagaimana mungkin orang sakit berobat ke rumah sakit kok malah tambah sakit. Sebelum adanya BPJS, pelayanan Rumah sakit bagi orang sakit memang lancar, sebab setiap orang sakit baik masyarakat umum, pemegang kartu askes, jamkesmas maupun jamkesda dan tambah satu lagi yaitu kartu Indonesia sehat, masing-masing di loket yang berbeda, sehingga pelaqyanannya lancar.Sejak tahun 2010, saya mengindap penyakit Insomia, oleh dokter pribadi saya, saya dirujuk ke RSUD Tasikmalaya Rumah Sakit dr.Sukarjo.

Pada awalnya pelayanan rumah sakit terhadap  pengguna askes lancar-lancar saja. Setiap control kalau saya dari rumah berangkat jam 7 pagi, jam 8 mengurus administrasi di bagian askes, jam Sembilan periksa dokter, jam 10 saya sudah mendapatkan obat untuk satu bulan. Muncul masalah pelayanan rumah sakit yaitu ketika dibentuknya BPJS KESEHATAN. Mengapa demikian? Karena sekarang ini baik umum peserta BPJS,pemegang Askes,pemegang KIS, Pemegang Jamkesmas, jamkesda dan jam-jam lainnya, disatupadukan dalam satu loket. 

Silahkan bayangkan berapa orang yang sakit ingin berobat ke rumah sakit dalam setiap harinya terutama para pemegang jam-jam tadi. Harap diketahui, untuk mengantri administrasi di BPJS antrinya Subhanalloh, kemudian mengambil kartu berobatnya di bagian OPDnya Naudzubillah, nunggu datangnya dokter agak lumayan, antri control dokternya juga lumayan, yang paling parah adalah ketika sudah mendapatkan resep dari dokter antri memasukkan resep ke bagian penerimaan resep yang kemudian diserahkan pada bagian apoteknya, dan yang paling parah adalah nunggu dipanggil untuk menerima obat. 

Percaya atau tidak percaya silahkan, tapi kenyataan yang terjadi pada saya menerima panggilan untuk menerima obat itu kadang jam 3 kadang jam 4 sore.  Dan yang super parah adalah ketika  sampai jam 4 sore dipanggil untuk mengambil obat ternyata obat yang saya tunggu kurang lebih 9 sampai 10 jam tadi ternyata tidak tersedia di Rumah sakit.

Hal ini saya pikir merupakan suatu kegilaan yang telah tercipta karena adanya BPJS KESEHATAN. Ini bukan antrian penerima bantuan uang bagi orang miskin, kalau antrian bagi orang miskin yang akan mendapatkan bantuan uang mungkin saja mereka disuruh ngantri seharian penuh mereka mau, tapi ini adalah pelayanan KESEHATAN. 

Bayangkan kalau orang sakitnya agak parah dan memerlukan sesegera mungkin obat, harus nunggu 9 atau 10 jam? apa tidak keburu jengker orang itu ? Ini merupakan pertanyaan besar bagi sebaian masyarakat terutama saya pribadi, mengapa di rumah sakit sebesar RSUD dr Sukarjo tidak lengkap obat yang diperlukan oleh masyarakat. Saking penasarannya, saya menanyakan langsung pada dokter pribadi saya, dan Apa jawabannya ? BPJS KESEHATAN banyak hutang pada pabrik obat/farmasi sehingga permintaan obat dari setiap Poliklinik, Rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS tidak mau  menyuplai obat-obat yang diperlukan oleh si sakit. 

Lalu kemana uang iuran baik pemegang Askes atau masyarakat pemegang Kartu BPJS? Kalau Jamkesmas, jamkesda, KIS mungkin tidak ditarik iuran, tapi kan dibantu oleh pemerintah, karena jam-jam tadi adalah program pemerintah atau katakanlah program presiden yang kala pemilihan umum dijadikan senjata untuk kampanye. Satu lagi yang perlu diungkapkan dalam hal ini yakni sebelum adanya BPJS kesehatan si sakit yang control ini menerima obat dalam waktu yang relatif singkat untuk satu bulan, sehingga untuk control itu cukup satu bulan sekali, setelah adanya BPJS berubah obat diperoleh untuk dua minggu, dan sekarang sudah waktunya seperti saya ungkapkan di atas dan memperoleh obatnya hanya untuk satu minggu sekali, Subhanalloh.

Dengan berbagai fakta dan data yang saya ungkapkan di atas, maka menteri kesehatan harus segera mengambil tindakan untuk perbaikan pelayanan BPJS, dan bila perlu bubarkan saja BPJS KESEHATAN ini. Karena kenyataannya dengan adanya BPJS , bagi orang sakit yang ingin berobat ke rumah sakit malah tambah sakit, lebih banyak madaratnya dari pada manfaatnya. Buletin  Indonesia sudah berusaha konfirmasi pada kepala BPJS KESEHATAN Tasikmalaya, tetapi yang terhormat ketua BPJS Tasikmalaya  Bapak Dwi Desiawan selalu tidak ada di kantor, ada pertemuan dengan kejaksaan lah, ada kegiatan fasilitas kesehatan lah dan kalau Buletin Indonesia datang lagi ke kantor BPJS, entah ada kegiatan apa lagi.

Satu lagi pengalaman yang paling menyakitkan bagi saya, selain hal-hal  yang menyakitkan dari apa yang saya lihat, saya dengar tentang BPJS ini, yakni pada tanggal 2 Oktober 2017 yang baru lalu, saya control untuk sesak nafas saya ke rumah sakit Jasa Kartini, setelah menyelesaikan administrasi , ronsen dan  periksa dokter, saya diberi resep rujuk balik oleh dokter, resep rujukan   tersebut harus difotokopi dulu lalu minta pengesahan  dari  BPJS. Yang saya perlukan hanya cap saja, saya ke BPJS jalan  kebon Tiwu Tasikmalaya jam setengah 12,00, ternyata setengah  12,00 Pegawai bagian Administrasi sudah istirahat, tidak ada tawar menawar pokoknya harus tunggu jam 13,00. 

Saya sudah engap-engapan perlu obat sesegera mungkin, karena harus nunggu satu jam setengah BPJS, belum lagi nantinya harus ngantri lagi di apotek Jasa kartini maka terpaksa saya ke apotek dulu membeli obat yang saya perlukan Berotek. Saking penasarannya  mengapa harus nunggu jam satu meskipun orang-orangnya  sudah ada, sementara bagian pelayanan untuk masyarakat yang akan mendaftar tetap berjalan, mereka bergilir dalam melayani masyarakat , lalu saya tanya pada salah satu yang melayani masyarakat yang akan mendaftar. 

Bagaimana dengan bagian admin? Jawabnya pada bagian Admin tidak digilir, inilah yang membuat saya berang. Kalau bagian layanan yang berpotensi menghasilkan uang digilir, kalau yang bagian Admin tidak digilir, spontan saya kataian inilah geblohnya BPJS . Saya hanya butuh cap untuk pengesahan mengambil obat di apotek  yang berpotensi BPJS mengeluarkan uang pengganti harus nunggu satu jam setengah, kalau yang berpotensi menghasilkan uang hanya antre saja, pelayanan barlangsung terus. Lagi-lagi setelah mendapatkan pengesahan resep. sekitar jam  setengah tiga saya baru dipanggil untuk menerima obat dari apotek.dan konyolnya, lagi-lagi obat yang saya butuhkan ternyata tidak ada. Allohhuakbar, untung saya sudah membeli tadi ketika nunggu pengesahan dari BPJS.

Bapak Presiden Yang terhormat, Ibu menteri Kesehatan yang saya hormati, saya mohon kembalikan system pelayanan seperti yang dulu sebelum adanya BPJS KESEHATAN, BPJS KESEHATAN bubarkan.

Saya sudah sms pada semua orang yang ada di memori  Hp saya, untuk minta no. Hp. Menteri kesehatan, dirjen kesehatan, kepala BPJS pusat, bila perlu yang terhormat Bpk Wakil presiden dan Presiden Joko widodo, saya ingin menyampaikan langsung apa yang terjadi di kalangan bawah tentang buruknya  pelayanan kesehatan.   Singkatnya saya akan menulis terus tentang buruknya layanan kesehatan gara-gara dibentuknya BPJS KESEHATAN,dan melakukan apa saja yang mampu saya lakukan sampai BPJS KESEHATAN dibubarkan oleh pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun