Kata ibu saya, serial TV Kuncung Bawuk dulu sangat ngehits di kalangan anak-anak era 80-an. Persisnya sih saya tidak tahu tahun berapa, karena belum lahir. Waktu saya kecil, adanya serial si Unyil, pada tahun 90-an. Lalu Ibu pernah cerita kepada saya, kata beliau, dulu juga ada serial TV seperti si Unyil pakai boneka bergerak dan ada pengisi suaranya gitu tapi pakai bahasa jawa.Â
Judulnya Kuncung Bawuk. Tahun 90-an pas saya kecil, belum kenalan sama Youtube. Jadi tidak tahu serial Kuncung Bawuk itu seperti apa. Dan di televisi tidak menayangkan pada saat itu.
Namun belum lama ini, mungkin sekitar 2 tahun belakangan. Serial Kuncung Bawuk kembali ditayangkan lho di televisi. Di TVRI Jogja setiap Minggu pukul 16.30 WIB. Waktu kecil sempat penasaran seperti apa Kuncung Bawuk itu. Sekarang semenjak ditayangkan di TVRI Jogja saya jadi tahu tentang acara ini.Â
Ternyata acaranya sungguh menggelitik. Alur ceritanya sama seperti kehidupan nyata anak-anak. Ya mestinya episode yang sekarang disesuaikan juga dengan generasi anak zaman now. Bahkan boneka yang dipakai sama dan mirip persis dengan Kuncung Bawuk zaman 80-an, kata Ibu saya.
Jujur setiap Minggu sore jika tidak ada kegiatan di luar rumah, saya rajin nonton acara satu ini. Sangat menghibur dan tentunya melestarikan budaya karena bahasa yang dipakai adalah bahasa jawa. Dan kalau berbicara dengan orang tua pun, menggunakan basa krama.Â
Tentunya mengajarkan pelajaran mulok bahasa jawa juga secara tidak langsung. Patut ditayangkan terus nih, untuk pembelajaran anak-anak zaman now yang sudah jarang sekali menggunakan bahasa daerah di kehidupan sehari-hari.
Kuncung adalah karakter anak yang lekat dengan ke-sok tahuannya. Merasa serba tahu, dan merasa paling pintar. Ya walaupun dalam cerita dia memang anak yang pintar, tapi kemlinthi. Dia adalah ketua kelas di sekolahannya. Dia itu kalau nggak kelas 4 SD, kelas 5 SD.Â
Kalau dimintai tolong oleh Simbok (sebutan ibu), Kuncung selalu banyak alasan untuk menolak. Kebalikannya dengan si Bawuk, adiknya Kuncung yang selalu menuruti perintah orang tua. Bawuk ini perempuan yang penurut dan pintar. Kalau Kuncung mulai berulah, si Bawuk selalu mengingatkan. Dan kalau si Kuncung ngeyel, Bawuk pasti wadulan kepada Simbok.
Karakter dan wataknya masih sama seperti yang dulu. Hanya ceritanya saja yang diubah, judul setiap episode berbeda-beda. Judul-judul Kuncung Bawuk yang sekarang lebih milenial seperti, "Tindak Mall", "Modernisasi", "Ajar Bahasa Inggris", "Video Game" dan masih banyak lagi. Tentunya pesan yang tersirat didalamnya yaitu walaupun zaman sudah berubah, tapi kebudayaan harus tetap dilestarikan. Intinya begitu.
Ada sedikit kutipan obrolan Simbok dan Kuncung, nih. Kurang lebihnya seperti ini,
"Cung, Simbok tulung tukokna gula ning warung ya."
"Walah, Mbok. Saiki ki wis jamane online, tuku gula ki iso liwat Hp. Mung gari klik. Gulane teka dewe."
"Lha pa iya? Sapa sing nggawa ndene, Cung? Masak teka dewe."
"Iya ta, Mbok. Sing nggawa kui jenenge driver online."
Kemudian Bawuk menyahut,
"Kang Kuncung ki keset. Wong gula gari tuku ning warung cerak kok ndadak tuku online."
"Yo jenenge kan praktis," jawab Kuncung.
"Nanging nek ngono kui marakke keset, Kang. Lan bocah uga ora bekti marang wong tua. Kan kudune awakedewe nggugu yen dikonkon Simbok. Ora malah konkonan wong liya. Driver online barang," kata Bawuk protes.
"Lhaiya, bener kui jarene adhimu, Cung."
Adapula theme song yang dipakai di akhir acara saat Kuncung Bawuk selesai. Menyanyikan ini nih liriknya.
"Saben wayah esuk sakwise tangi
Menyang kolah adus sabune wangi
Bar adus banjur dandan, bar dandan njur sarapan
Tumuli budhal ing pamulangan."
Semoga acara ini bisa ditayangkan terus yaa di TVRI Jogja. Like banget untuk acara satu ini. Epic!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H