Mohon tunggu...
Daisy.moon
Daisy.moon Mohon Tunggu... Lainnya - -

"Jalan cerita ini aku yang tulis, di ceritaku aku pemeran utamanya😁"

Selanjutnya

Tutup

Diary

Warna Jingga Itu Kini Sudah Tidak Terlihat Lagi

3 Februari 2024   15:20 Diperbarui: 3 Februari 2024   15:27 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tidak ada jatuh yang tidak sakit, katanya people Come and Go, banyak hal yang terjadi dalam satu waktu.

Menjadi bagian dalam waktumu saja sudah membuatku merasa hangat, kadang aku berharap rasa ini tidak berlalu dengan cepat, aku ingin menikmatinya perlahan-lahan.

Nyatanya kata perpisahan adalah yang paling menyakitkan, datang dengan sangat cepat dan tak kunjung pergi. Katanya waktu dapat menyembuhkan, tapi bagiku waktu tidak pernah benar-benar menyembuhkan, ia hanya mengobati sedikit dari luka yang ada.

Terjebak dalam kenangan yang tak pernah ada habisnya.

Merinduimu menjadi hari-hari yang ku jalani.

Maaf, aku tidak baik-baik saja, hati dan pikiran tak pernah searah dalam mendefinisikan kepergianmu.

Kita menjadi sangat dingin untuk hanya sekedar menyapa, menjadi asing sekali lagi dan selamanya. Pergimu membawa banyak air mata yang tak seorangpun tahu.

Menutupinya menjadi hal yang sangat melelahkan untukku.

Aku tidak lagi bisa menikmati waktuku, memberi ruang untuk menyukai banyak hal.

Jika akhirnya aku dan kamu bukan kita, harusnya kamu mengajariku lebih dulu tentang pergi yang harus aku relakan. Jika kamu melihatku baik-baik saja tanpamu, itu karna aku menyembunyikannya dengan sangat baik. Dan kamu tau, aku sangat pandai dalam hal itu.

Sampai waktu ini pun tentangmu masih menjadi yang aku rindu.

Lagi-lagi masih tentang rindu yang tertuju padamu, menurutmu bukankah ini sia-sia? Rindu yang tak akan pernah sampai.

Aku pernah membiarkan orang lain masuk kedalam ruang diri, tak lama setelahnya aku menyuruhnya pergi dengan sikapku. Rasanya salah jika harus memulai saat yang lama belum benar-benar usai.

Tidak ada hal istimewa yang bisa menjadi kisah, tentangmu selalu menjadi kisah untukku sendiri.

Anehnya kepergianmu tidak membuatku membencimu, rasa ini tidak memberiku ruang untuk membencimu, pergimu hanya menyisakan rindu yang berulang dan tak pernah habis.

Kini jarak semakin jauh, dan perjalan membawamu melupakanku.

Sedang aku, ia membawaku merinduimu semakin dalam.

Kamu adalah doa panjang yang pernah aku minta dengan sungguh, sayanngya kini telah ku hapus namamu dan tak pernah ku minta lagi. Maaf bukan sengaja ku hapus, aku hanya membiasakan diri untuk berhenti mengharapkanmu kembali. Rasanya salah jika harap masih tertuju padamu, sedang kenyataan tak akan pernah lagi ada kamu.

Kita adalah dua orang yang tak pernah berani mengungkapkan perasaan masing-masing, kita tak pernah berani menerima hal-hal yang masih menjadi kemungkinan. Yang akhirnya perpisahan menjadi pilihan kita.

Entah berapa kali aku menangis dan meyakinkan diriku bahwa semua akan baik-baik saja, aku hanya kehilang satu orang, dan itu tidak akan mengubah banyak hal. Aku akan tetap aku dulu ataupun sekarang.

Namun pergimu membawa hati yang terlanjur aku jatuhkan padamu. Sakit rasanya hanya untuk sekedar mengingat bahwa hari ku tidak lagi akan ada kamu.

"AKU INGIN BERHENTI" aku menetapkan pikiran dan hatiku agar bisa berjalan bersama.

"Katanya, saat kamu ingin berhenti mencintai seseorang, kamu harus membiarkan perasaanmu apa adanya mencintai dan merasakan sakit, bukan memaksanya untuk berhenti. Cintai dia sampai kamu lelah dan capek, maka kamu akan berhenti dengan sendirinya".

Jadi sekarang aku tidak lagi memaksa diriku untuk melupakanmu, bagaimanapun kamu akan tetap selalu ada dibagian masalaluku. Aku membiarkan diriku menerima setiap perasaan yang datang, entah rasa rindu atau rasaa sakit karna kamu sudah tidak bersamaku lagi. Atau mungkin rasa bahagia karna aku pernah bersama denganmu.

Kamu tau , setelah bertahun-tahun berlalu pun, kadang aku masih menangisimu diam-diam. Lucu bukan?

Aku tidak tau lagi bagaimana harus menulis tentangmu.

Menulis tentangmu membuat rasa sakit kembali terulang membuat rindu membuat air mata jatuh terus menerus, aku rasa tak akan sanggup menyelesaikan kata demi kata dalam tulisan.

Jadi aku memutuskan untuk berhenti menulis tentangmu disini.

*hidayy.ah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun