Mohon tunggu...
Ngurah Parikesit
Ngurah Parikesit Mohon Tunggu... Dosen - PhD Candidate Melbourne Law School, Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana

Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana, PhD Candidate Melbourne Law School, Australia

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kok Rapid Test Bayar?

22 Juli 2020   16:53 Diperbarui: 22 Juli 2020   16:56 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rapid test bayar, Vaksin Anti-corona pasti bayar juga

Jika rapid test saja bayar, nanti kita pun harus membayar untuk dapat divaksin anti-COVID 19. Kalo harganya mahal pun tetap akan terbeli. Kalau tidak divaksin, kalian tidak bisa bekerja, kalian tidak bisa bepergian, bahkan syarat vaksin bisa saja digunakan untuk pemenuhan kelengkapan administrasi kependudukan. Yang lebih parah, ada cap "pembawa penyakit" bagi mereka yang tidak mau divaksin.. Ini secara bisnis akan sangat menguntungkan bagi siapa saja yang berada di lingkaran bisnis vaksin nantinya. Disinilah negara harus turun tangan, dengan aturan lisensi wajib misalnya....

Yang lucu, mungkin kita melihat sebuah negara maju yang justru mampu memberikan vaksin Anti-Corona secara gratis kepada warga negaranya atau bahkan warga negara asing yang menjadi residen tetap atau penduduk di negara tersebut. Vaksin diberikan gratis kepada mereka yang secara ekonomi lebih mapan. Lalu, di belahan bumi lain, vaksin harus dibeli oleh mereka yang rentan secara ekonomi.

Jadi saya kembali teringat mengapa ketika 4 tahun terakhir di negara ini, saya sama sekali tidak pernah membeli air minum. Saya akan menjadi risau jika "keharusan" membeli air minum ini akan sama dengan "keharusan membeli vaksin" nantinya. Semoga saja saya salah.

Pasti akan muncul bantahan soal ini. Ya jangan samakan negara maju dengan negara berkembang dong, mereka kan kaya, sumber daya alam melimpah dsg. Sama halnya dengan alasan kita melihat mengapa ada orang yg lebih berhasil daripada orang lainnya. Jangan samakan dong, mereka kan lahir dalam keadaan kaya, pintar dari "sononya" dan mendapatkan banyak bantuan fasilitas. 

Jika mindset ini yang dipakai, tentu Pak Jokowi tidak akan pernah bisa menjadi seorang pemimpin, dan sungguh kasihan generasi muda yang sedang berjuang dan bermimpi to be someone great not just good, to be someone exceptional not just average or mediocre, mimpi mereka akan musnah kalau mereka tidak lahir kaya ataupun memiliki otak yang jenius...

Semoga tulisan ini bermanfaat di masa pandemi ini...

Ngurah Parikesit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun