Mohon tunggu...
Ngudi Tjahjono
Ngudi Tjahjono Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah staf pengajar di Program Studi Teknik Industri, Universitas Widyagama Malang. Untuk menyimak tulisan saya yang lain, silakan membuka: https://teraspotensia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mereguk Kebahagiaan dengan Membangkitkan Rasa Syukur

1 Agustus 2016   21:02 Diperbarui: 4 Agustus 2016   16:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.kabarmakkah.com/2015/10/bahagia-itu-sederhana-baca-9-tips-ini.html

Mengapa Gagal Membangkitkan Rasa Syukur?

Orang gagal membangkitkan rasa syukur karena tidak mampu mengenali dirinya. Ia tidak mampu mengenali kelebihan dan kekurangan dirinya. Ia tidak mengetahui bahwa karunia yang diterimanya (dimilikinya) tak terhitung banyaknya. Perhatiannya hanya difokuskan pada kekurangan yang dimilikinya atau ketidakbaikan yang diterimanya, padahal semua itu amatlah kecil jika dibandingkan dengan kebaikan yang diterimanya. Karena fokus perhatiannya pada ketidakbaikan, maka kebaikan yang tak terhitung itu tertutup seolah hanya ketidakbaikan yang dihadapinya. Inilah yang membuatnya menderita. Dan penderitaan itu akan semakin besar dari hari ke hari.

Orang yang bisa mengenali bahwa kebaikan-kebaikan yang diterimanya amatlah besar, maka ia akan mudah memandang kecil ketidakbaikan yang dihadapinya. Ia akan selalu menyukuri semua nikmat yang amat besar itu. Dengan demikian ia merasa berbahagia dan kebahagiaan itu akan semakin besar dari hari ke hari.

Bukankah Allah telah mengingatkan, di dalam Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 7?

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Semoga kita senantiasa berusaha untuk mengenali karunia yang diberi oleh Allah Swt detik demi detik, jengkal demi jengkal. Kebahagiaan dan penderitaan adalah pilihan. Mengapa kita memilih menderita sedangkan sebenarnya kita bisa memilih berbahagia? Mari kita reguk kebahagiaan itu sebesar-besarnya dengan cara meningkatkan rasa syukur.

Wallahu a’lam.

Ngudi Tjahjono, Malang (1 Agustus 2016)

--------------------------------------------------

Baca juga:

- Tidak Ada Alasan untuk Tidak Bersyukur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun