Mohon tunggu...
Ngudi Tjahjono
Ngudi Tjahjono Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah staf pengajar di Program Studi Teknik Industri, Universitas Widyagama Malang. Untuk menyimak tulisan saya yang lain, silakan membuka: https://teraspotensia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banyak Orang Gila di Bulan Ramadlan?

20 Juni 2016   17:15 Diperbarui: 21 Juni 2016   17:18 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada lontaran menarik dari seorang dokter bernama dr. Tjatur Prijambodo, M.Kes. saat memberi ceramah Tarawih di Masjid Al Ihsan, Perum Pesona Sekar Gading, Sidoarjo, Senin (13/6). Sebenarnya yang beliau sampaikan adalah hal yang sudah biasa kita dengar dan pahami selama ini. Namun, karena disampaikan dalam gaya logika kontradiktif, maka membuat kita terkejut dan manggut-manggut.

Semua orang Islam mengetahui, bahwa orang yang wajib berpuasa ramadlan adalah muslim, baligh, sehat, dan tidak gila kecuali jika ada alasan syar'i. Jadi, seorang muslim boleh tidak berpuasa jika belum baligh dan/atau sakit, serta masih ada satu syarat lagi yaitu gila. Nah, di sinilah yang menarik. Jika ada seorang muslim yang sudah baligh (dewasa) dan tubuhnya sehat tetapi tidak berpuasa, kira-kira kenapa? Di sini logika kita tergelitik untuk memberi simpulan yang mengejutkan, bukan? Ya, gila! 

Tetapi bukan hanya itu alasan seorang muslim tidak berpuasa, bukan? Mari kita simak Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 183, bahwa seruan kewajiban berpuasa Ramadlan adalah bagi orang-orang yang beriman. Maka, hanya orang-orang yang merasa beriman atau ingin berimanlah yang menyambut seruan ini dengan suka hati. Sedangkan di luar itu pasti merasa berat untuk menunaikannya. 

Orang beriman akan selalu berusaha menyelaraskan diri dengan kehendak ruhnya untuk kembali kepada Allah Swt., dzat yang telah menciptakan dirinya dan memberi nikmat yang tak berhingga. Maka mereka akan dengan merasa ringan dan senang hati untuk berpuasa. Sedangkan orang yang tidak beriman selalu menyelaraskan diri dengan kehendak jasadiah (tubuhnya) yang selalu memiliki selera tanah (rendah), maunya makan, minum dan menuruti syahwat melulu. Maka mereka pasti berat untuk berpuasa.

Seorang yang mengaku muslim, sehat, baligh, dan "merasa tidak gila" tetapi tidak berpuasa, pasti akan merasa malu jika terlihat orang lain sedang makan atau minum di siang hari. Jika tidak merasa malu, boleh jadi "perasaan tidak gila" itu perlu dievaluasi.

Malang, 20 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun