Mohon tunggu...
Anang Santoso
Anang Santoso Mohon Tunggu... -

lahir dusun kecil ditengah perkebunan di banyuwangi, 26 januari 1982. ngiyix adalah nama panggilan saat masih Kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Atas Nama Cinta Saja, Jangan Bawa Nama Tuhan

11 November 2009   11:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:22 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini kita disuguhi tayangan media elektronik maupun cetak, tentang gonjang-ganjing hukum dinegara kita. Seperti yang kita lihat sekarang ini, para penegak hukum begitu mudahnya diatur oleh beberapa orang yang mungkin bisa disebut “Markus”.

Semua melontarkan statement di televisi dan Koran. Masing-Masing Institusi penegak hukum, baik KPK, Kepolisian, Kejaksaan mempunyai sikap bahwa apa yang dilakukan oleh Instansinya ataupun pejabatnya adalah yang paling benar. Sehingga kita sebagai masyarakat jadi bingung, dimana letak kebenarannya??????? Semuanya merasa benar, bahkan pejabat yang namanya disebut dalam transkrip telepon yang diputar di Mahkamah Konstitusi, ikut berang. Tidak terima, akhirnya mereka angkat bicara, sampai-sampai mereka bersumpah bahwa tidak terlibat, apalagi menerima suap.

Dalam RDP dengan DPR, Kabareskrim Komjen (Pol) Susno Duadji bahkan bersumpah atas nama ALLOH dan tidak menerima suap. Dalam Wawancara TV ONE, M. Jasin bersumpah juga, tidak tanggung-tanggung, dibawah AL-QURAN, bahwa ia tidak menerima suap.

Adalagi yang terbaru, Pengakuan dari Williardi Wizar, bahwa ia dijadikan salah satu pelaku oleh atasannya untuk menjerat Antasari dalam kasus pembunuhan Nasrudin.Ini cuplikan Jawa Pos tanggal 11 Nov 2009 “Arahan serupa kemudian datang saat pukul 24.00 bersama Direskrimum Polda Metro Jaya dan beberapa penyidik. ''Dibuat bagaimana yang baik untuk bisa menjerat Pak Antasari,'' katanya. Wiliardi juga mendapat iming-iming tidak ditahan. ''Ini saya ngomong benar. Demi Allah,'' tegasnya. Ketika itu, di ruang pemeriksaan juga terdapat istri dan adik iparnya.” Lagi-lagi bersumbah atas nama ALLOH “ Sang Khalik”

Pengakuan Wlliardi dibantah oleh Mantan Direktur Reserse Kriminal Umum . Ini cuplikan Jawa Pos tanggal 11 Nov 2009 “Secara terpisah, mantan Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya M. Iriawan juga membantah kesaksian Wiliardi Wizar dalam persidangan terdakwa Antasari. Dia membantah adanya rekayasa penyidikan yang menyudutkan Antasari sebagai dalang pembunuhan. ''Demi Allah, itu tidak benar,'' ujar Iriawan melalui pesan singkatnya tadi malam.” Bersumpah juga dengan nama ALLOH.

Semua merasa benar, apalagi di depan media semua berusaha meyakinkan dengan bersumpah atas nama ALLOH (TUHAN).

Semudah itukah mereka mencatut nama ALLOH dalam sumpah mereka????

Apa mereka tidak berfikir, apabila sumpah yang mereka katakan itu adalah BOHONG / TIDAK BENAR atau bahkan SUMPAH PALSU mereka agak dilaknat ALLOH, karena SUMPAH PALSU adalah termasuk DOSA BESAR.

Mana yang benar? Wallahualam. Hanya mereka yang mengucapkan sumpah yang tahu. Kata hati mereka juga pasti tahu bahwa Sumpah yang diucapkan benar atau bohong.

Hadist tentang larangan SUMPAH PALSU :

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Dosa besar itu adalah syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa seseorang, dan sumpah palsu” [HR. Al-Bukhari]

Dari al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian untuk durhaka kepada ibu-ibu kalian, man’an wa haatin (menolak kewajiban dan menuntut yang bukan haknya), mengubur hidup-hidup anak perempuan. Dan Allah membenci kalian dalam hal menyebar kabar yang tidak benar, banyak meminta-minta, dan menyia-nyiakan harta.”[HR. Al-Bukhari dan Muslim

Mungkin lebih bijak, jika kita renungi syair Ahmad Dhani, “Atas Nama Cinta saja, Jangan bawa nama Tuhan”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun