Mohon tunggu...
Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang anak desa yang ingin menulis sesuatu yang baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kado Terindah dari Luhut B. P untuk Kolega Tercinta Setya Novanto ?

17 Mei 2016   14:04 Diperbarui: 17 Mei 2016   14:20 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kalau melihat berita di televisi swasta nasional, para pejabat itu seperti anak kecil kalau lagi main kadang-kadang sampai jotos-jotosan kalau berebut mainan tapi belum ada satu jam sudah ketawa-ketawa main kembali. Jadi kita-kita yang orang normal jadi bingung sendiri karena seperti melihat sinetron india saja, bingung, sebel dan suka dijadikan satu itu namanya muack. Kalau mereka semua anak kecil nggak masalah tapi mereka ini adalah para pejabat yang sangat berpengaruh di Indonesia. Bayangkan saja yang satu bekas "Ketua DPR RI" yaitu Setya Novanto yang sekarang jadi Ketua Partai "Golkar" dan yang satunya lagi Luhut Binsar Panjaitan Menkopolhukam yang lagi kemarin saling menghindar waktu ada masalah "Papa Minta Saham", eh sekarang sudah mesra kembali.

Memang sih kalau cinta itu sulit di nalar, kalau remaja yang baru di mabuk cinta orang bilang "tai ayam rasa coklat", baunya pun seperti apel atau stroberry yang mengguggah selera makan. Walau politik itu kotor dan kejam, yang dulunya lawan bisa jadi teman dan dulunya teman bisa menjadi lawan yang mematikan tetapi kalau sudah masalah moral dan etika, kalau memang orang itu baik maka akan memberi jarak yang jelas kalau berteman. Misalkan ceritannya begini, sudah tahu istri jelas-jelas selingkuh di depan mata dengan seribu orang yang berbeda sebagai lelaki normal pastilah kita tidak mau lagi dan langsung kita tinggalkan karena memang sudah tidak ada etika dan moral lagi. Tapi saya memang kurang tahu apakah politik di Indonesia itu sudah tidak ada etika dan moral lagi.

Malah-malah bisa juga para pejabat Indonesia pasti semuanya waktu kecil hidup di pedesaan sehingga sering di masakkan orang tuannya bung (tunas bambu yang masih muda) jadi ketika besar wajahnya seperti gedek (anyaman dari pohon bambu yang digunakan membuat dinding rumah). Kiasan ini mengandung arti tak tahu malu lagi alis wajahe koyo gedek, Padahal gedek itu sesuatu yang jelek dan rendah contohnya "walah.........omahe isih gedek" maksudnya "Ah.........rumah saja masih jelek banget". Apakah memang Luhut dan Setya Novanto dulunya hidup di desa terpencil, aku juga kurang tahu untuk masalah itu, karema memang saya tak serumah dengan kedua orang ini.

Apa Luhut sudah tidak ada rasa malu lagi dengan "Presiden Jokowi ya.......?", karena waktu itu Setya Novanto jelas-jelas mencatut nama presiden masalah saham freeport dan Setya Novanto dengan penampilan meyakinkan menceritakan kalau dia punya orang di lingkup Presiden yang bisa mendapatkan info A1. Ah jadi mumet kalau mikir masalah itu, jadi kenapa sekarang ini sulit sekali mendidik anak kecil masalah etika dan moral ya karena semua pemuka-pemuka dan pejabat-pejabat ini memandang etika dan moral itu seperti memandang orang miskin yang hidupnya di bawah jembatan atau orang-orang yang selalu memanggul sembako atau buah di pasar-pasar Induk, yaitu orang-orang ini (pejabat) selalu menutup hidung, telinga dan mulutnya.

Kenapa bangsa ini seperti terpuruk masalah etika dan moral (aklak), kalau saya menyingkapinya karena pastinya ada yang salah di bagian hulunya yaitu hampir semua agama di Indonesia hanya mengajarkan tentang aturan-aturan dan hafalan-hafalan agama serta kegiatan-kegiatan agama yang hanya sifatnya membahas atau mendiskusikan masalah ajaran saja. Apakah ini salah ? ya pasti salah !!

Bagaimana yang benar ? yang benar adalah semua agama mengharuskan penganutnya lebih banyak mengaplikasikan semua tentang ajaran kebaikan kepada semua masyarakat (bukan agamanya sendiri). Contohnya kalau misalkan di kampung ada pertemuan RT kalau tidak hadir menurut agama itu dosa (haram). Kalau melihat tetangganya ada yang bertengkar kalau tidak melerai atau mencarikan solusi untuk baik itu berdosa (haram). Kalau melihat temannya jatuh harus langsung berusaha membangunkan, kalau ada tetangga atau temannya hidup kesusahan maka harus berusaha memberi pertolongan sewajarnya. Ada nenek atau kakek atau orang disabel ingin menyeberang jalan maka kita cepat-cepatan membantu menyeberangkannya, begitu juga di mobil angkutan kita harus rela untuk berdiri untuk mendahulukan mereka.

(Hal-hal ini yang sekarang ini luntur di kehidupan masyarakat kita sehingga sekarang ini semua pejabat menjilat ludahnya kembali itu sudah hal biasa, ramai-ramai memperkosa anak kecil dan membunuhnya itu hal biasa, minum-minum oplosan sampai mati itu hal biasa, beramai-ramai main hakim sendiri melempar gedung KPK dengan batu itu hal biasa, ramai-ramai nyolong duit rakayat lewat proyek itu hal wajar)

Kalau melihat dari hal di atas maka secara etika dan moral sepantasnya Setya Novanto tidak akan menjadi Ketua Umum Golkar 2015-2019, kenapa demikian ? 

1. Semua masyarakat Indonesia sudah tahu gimana orang ini tidak punya moral dan etika yang baik karena ingin mengambil untung sendiri dengan mencatut nama Presiden tentang perpanjangan izin Freeport.

2. Apakah memang semua pengurus atau DPD I dan DPD II Golkar seluruh Indonesia sudah lupa atau sudah tidak punya ingatan atau bahkan menganggap etika dan moral hilang dari perpolitikan di Indonesia (Golkar).

3. Apakah memang Luhut Binsar Panjaitan dengan Setya Novanto yang mempunyai rencana jahat mengambil untung tentang perpanjangan Freeport ? sehingga membalas budi untuk menjadikan Setya Novanto menjadi Ketua Umum Golkar karena sudah menutupi kejelekan Luhut ? (yang bisa menjawab mereka berdua).

Seharusnya para pejabat Golkar itu sudah paham siapa sih masa pendukungnya ? masa pendukung Golkar adalah pegawai negeri dan orang-orang tua yang sempat mendapatkan sumbangan gratis dari zamannya Soeharto yaitu angkatan 1945 sampai 1965 jadi otomatis semakin tahun akan semakin turun karena pasti banyak yang sudah meninggal.

Kalau memang patgulipatnya Luhut dengan Setya Novanto maka semakin hancurlah Golkar ke depan karena masyarakat muda semakin tidak resfek dengan partai Golkar. Sepertinya semua pejabat dan politikus Indonesia sudah sangat profesional sekali memahami arti politik sesungguhnya, dalam dunia politik itu semuanya halal jadi tak ada agama, etika dan moral di dalamnya !!!

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun