Museum Manusia Purba Sangiran dikenal menjadi museum dengan koleksi situs manusia purba terlengkap di Jawa dan menjadi salah satu museum penting yang memberikan kontribusi pada penelitian sejarah manusia purba di dunia (Republik Indonesia, 2017).
Hanya dengan melihat nama museumnya, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar koleksi yang ada di museum didominasi oleh koleksi peninggalan prasejarah manusia purba, terutama yang ditemukan di daerah kawasan Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.
Museum ini menyajikan berbagai format koleksi bermacam-macam, dari yang asli hingga bersifat replika dan mayoritas koleksi bersifat koleksi non cetak. Informasi yang disajikan pada tiap koleksi disampaikan dengan kreatif dan inovatif. Seperti disediakannya layar yang dapat dipencet untuk menampilkan informasi hingga video singkat yang menjelaskan garis besar koleksi terkait. Sehingga pengunjung bisa ikut serta berinteraksi terhadap layar yang tersedia.
Selain itu, tersedia juga Tour Guide bagi pengunjung yang sekiranya butuh informasi yang lebih mendalam dan ingin berinteraksi lebih (tanya jawab) bersama Tour Guide-nya.
Agar pengunjung tidak merasa kebingungan, museum dibagi menjadi 3 ruangan yang fokus membahas sesuai dengan topik ruangan tersebut berdasarkan kronologis dan tahapan-tahapan perkembangan manusia purba. Yang pertama adalah Ruang Pamer 1 adalah tentang Kekayaan Sangiran meliputi apa-apa saja yang ditemukan di Sangiran, Ruang Pamer 2 adalah Langkah-Langkah Kemanusiaan yang mulai fokus membahas perkembangan manusia purba, dan Ruang Pamer 3 yaitu Masa Keemasan Homo Erectus yang fokus membahas penemuan Homo Erectus di Sangiran.Â
Cara Preservasi (Perawatan) Koleksi Museum Manusia Purba Sangiran
Sebagai salah satu situs pengoleksi manusia purba yang paling terkenal di Jawa bahkan di Indonesia. Sangiran memiliki sistem yang sangat ketat dan tertata dalam mengolah dan merawat setiap koleksinya. Sebagian besar koleksinya ditempatkan dalam lemari kaca yang tertutup dengan rapat namun isinya terlihat terawat dengan baik.
Koleksi-koleksi setidaknya mendapatkan pembersihan sekitar 2 minggu hingga sebulan sekali untuk membersihkan kaca dan menjaga koleksi dari debu dan pelapukan alami baik dengan cara yang alami maupun menggunakan kimiawi.
Tidak hanya itu, banyak dari koleksi berupa kerangka hewan seperti banteng, sapi, buaya, yang tidak hanya ditempatkan dalam kotak kaca, namun dibuatkan diorama untuk menggambarkan habitatnya. Tentunya tidak boleh dipegang secara langsung mengingat berpengaruh pada rapuhnya koleksi asli yang terpajang.
Salah satu Tour Guide mengatakan bahwa beberapa dari yang dipajang merupakan asli namun lebih banyak yang terpajang adalah replika semata karena mempertimbangkan keamanan dan keselamatan dari koleksi, mengingat nilai yang terkandung dalam koleksi aslinya adalah tak terhingga.
Sehingga, kebanyakan dari tengkorak manusia purba yang dipajang merupakan replika yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Sedangkan koleksi aslinya tersimpan dalam sebuah brankas di ruangan tertentu dalam Sangiran yang hanya bisa dimasuki dan diakses oleh orang tertentu dan orang yang telah mendapatkan izin.Â
Selain koleksi yang terpajang, Sangiran juga mampu menampilkan koleksi secara digital dengan memanfaatkan teknologi touchscreen yang mereka punya.
Dari koleksi tersebut, dapat dirasakan upaya digitalisasi pada koleksi yang Sangiran miliki, dalam rangka menjaga koleksi aslinya menjadi digital untuk tetap memamerkan koleksinya dengan aman tanpa takut merusak koleksi aslinya.
Adapun koleksi asli yang ukuranya besar, yaitu kerangka kepala kerbau besar yang hidung bagian kirinya rusak namun ditambal menggunakan semen putih menyerupai aslinya, ditambah koleksi fosil yang diolesi minyak untuk mengawetkan sehingga koleksinya masih kuat dan tidak rapuh dan bisa disentuh oleh pengunjung, sebagai bentuk preservasi yang telah dilakukan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H