Tidak hanya itu, banyak dari koleksi berupa kerangka hewan seperti banteng, sapi, buaya, yang tidak hanya ditempatkan dalam kotak kaca, namun dibuatkan diorama untuk menggambarkan habitatnya. Tentunya tidak boleh dipegang secara langsung mengingat berpengaruh pada rapuhnya koleksi asli yang terpajang.
Salah satu Tour Guide mengatakan bahwa beberapa dari yang dipajang merupakan asli namun lebih banyak yang terpajang adalah replika semata karena mempertimbangkan keamanan dan keselamatan dari koleksi, mengingat nilai yang terkandung dalam koleksi aslinya adalah tak terhingga.
Sehingga, kebanyakan dari tengkorak manusia purba yang dipajang merupakan replika yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Sedangkan koleksi aslinya tersimpan dalam sebuah brankas di ruangan tertentu dalam Sangiran yang hanya bisa dimasuki dan diakses oleh orang tertentu dan orang yang telah mendapatkan izin.Â
Selain koleksi yang terpajang, Sangiran juga mampu menampilkan koleksi secara digital dengan memanfaatkan teknologi touchscreen yang mereka punya.
Dari koleksi tersebut, dapat dirasakan upaya digitalisasi pada koleksi yang Sangiran miliki, dalam rangka menjaga koleksi aslinya menjadi digital untuk tetap memamerkan koleksinya dengan aman tanpa takut merusak koleksi aslinya.
Adapun koleksi asli yang ukuranya besar, yaitu kerangka kepala kerbau besar yang hidung bagian kirinya rusak namun ditambal menggunakan semen putih menyerupai aslinya, ditambah koleksi fosil yang diolesi minyak untuk mengawetkan sehingga koleksinya masih kuat dan tidak rapuh dan bisa disentuh oleh pengunjung, sebagai bentuk preservasi yang telah dilakukan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H