Mohon tunggu...
Angga Ardiyansyah
Angga Ardiyansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pekerja Bebas

Seorang mahasiswa yang mencoba mencurahkan pemikiran dan mengabadikan hidup, pengalaman hingga opini melalui tulisan dengan sejelas mungkin. Semoga tulisan yang dihasilkan dapat dicerna dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Berawal dari Rumah Hunian, Museum Radya Pustaka sebagai Museum Tertua di Indonesia

16 Agustus 2023   12:48 Diperbarui: 16 Agustus 2023   12:54 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papan Tulisan Museum Radya Pustaka (sc: Dok. pribadi)

Museum Radya Pustaka merupakan salah satu museum tertua yang berlokasikan di kota Surakarta. Tepatnya di Jalan Slamet Riyadi. Merupakan salah satu bangunan yang menjadi bukti pentingnya pengarsipan bagi masyarakat Solo. Museum Radya Pustaka yang didirikan oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pada 28 Oktober 1890 ini merupakan museum tertua yang ada di Indonesia. Museum ini pun memiliki nama lain yaitu Loji Kadipolo.

Terletak satu kompleks dengan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, bangunan yang sekarang menjadi museum sebelumnya merupakan rumah kediaman seorang warga negara Belanda yang bernama Johannes Busselaar. Hingga dialihfungsikan menjadi museum sehingga tata ruang museum ini pun tidak seperti museum pada umumnya. Bentuk bangunan asli tetap dipertahankan dengan hanya mengubah beberapa bagian. 

Koleksi Museum Radya Pustaka

Museum Radya Pustaka memiliki 12 ruangan yang seluruhnya berisi lebih dari 500 koleksi yang berusia puluhan hingga ratusan tahun. Mulai dari koleksi manuskrip atau naskah kuno, lukisan, wayang, benda kuno, hingga miniatur. Sebagian besar koleksi berbahasa Belanda dan Jawa, hanya sebagian kecil yang berbahasa Indonesia. Selain itu, tidak semua koleksi yang tersedia merupakan koleksi asli, terdapat beberapa koleksi yang bersifat replika dikarenakan beberapa alasan.

Koleksi Uang Kuno Museum Radya Pustaka (Dok. pribadi)
Koleksi Uang Kuno Museum Radya Pustaka (Dok. pribadi)

Koleksi manuskrip merupakan koleksi yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan koleksi lainnya. Pada koleksi manuskrip disediakan ruangan tersendiri untuk tempat penyimpanan koleksi. Pada ruangan tersebut, koleksi manuskrip disimpan pada lemari kaca.

Ruang penyimpanan naskah (manuskrip) kuno di Museum Radya Pustaka (Dok. Pribadi)
Ruang penyimpanan naskah (manuskrip) kuno di Museum Radya Pustaka (Dok. Pribadi)

Sedangkan beberapa koleksi selain manuskrip dipajang pada display kaca maupun ruangan dan rak pada umumnya.

Informasi yang ada pada koleksi di Radya Pustaka cenderung berhubungan dengan sejarah kota Solo, sejarah Radya Pustaka, kebudayaan Jawa, dan peninggalan-peninggalan kerajaan terdahulu.

Koleksi Topeng Museum Radya Pustaka (Dok. pribadi)
Koleksi Topeng Museum Radya Pustaka (Dok. pribadi)

Keseluruhan koleksi memiliki masing-masing informasi secara ringkas yang tertera pada kertas yang ditempelkan maupun kayu, seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah. Selain itu, untuk menunjang penjelasan lebih detail, sebagian koleksi disertai kode QR (Si Koin Gisimu) yang berisikan informasi penjelasan melalui video yang disediakan. Jadi pengunjung hanya perlu memindai kode QR lalu dapat mengakses informasi yang telah tersedia.

Salah satu contoh QR Code (Si Koin Gisimu)
Salah satu contoh QR Code (Si Koin Gisimu)

Preservasi (perawatan) Koleksi Museum Radya Pustaka 

 Pada preservasi koleksi manuskrip kuno, pihak pengelola menggunakan beberapa strategi, yaitu digitalisasi, penyimpanan pada lemari kaca, pengaturan suhu ruangan, pengukuran sinar UV matahari, dan tidak memberikan sampul plastik pada koleksi cetak seperti manuskrip kuno. Terdapat beberapa tahapan dalam strategi digitalisasi konten, yaitu;

1. Transliterasi naskah

2. Penerjemahan (alih bahasa)

3. Alih media atau digitalisasi naskah kuno maupun buku-buku terbitan lama

Pengelola bekerja sama dengan ahli bahasa agar dapat menerjemahkan koleksi kuno yang ada di Radya Pustaka. Sedangkan transliterasi naskah dilakukan agar isi konten pada koleksi kuno tersebut dapat terselamatkan sehingga generasi berikutnya dapat mengetahui apa saja isi konten dari koleksi-koleksi kuno yang ada di Radya Pustaka.

Jika ada koleksi kuno yang kerusakannya tidak terlalu parah atau bahkan tidak rusak, maka pengelola akan langsung melakukan digitalisasi dengan tujuan efisiensi waktu dan tenaga. Strategi digitalisasi konten di Radya Pustaka lebih fleksibel karena disesuaikan dengan keadaan dari koleksi kuno yang ada.

Sedangkan untuk preservasi koleksi yang bukan manuskrip dilakukan beragam sesuai dengan bahan dari koleksi. Pengelola memutuskan untuk tidak memajang koleksi asli beberapa kategori agar koleksi tersebut tetap terawat pada tempat yang lebih aman. Pihak pengelola juga memutuskan untuk tidak memberikan sampul plastik pada manuskrip atau naskah kuno karena warna atau gambar pada sampul buku dapat menempel pada sampul plastik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun