Di suatu senja di musim yang lalu .....
Ketika itu hujan rintik .....
Halah......
Hehehe...... tapi emang pernah sih, waktu gerimis siang-siang, saya lagi menjalankan tugas sebagai abdi negara yang baik..... (hemm ....) eh ga sengaja nemu dua orang bule cantik kesasar.....
" Excuse me sir, do you know where is the Dringo Lake ? i think we lost here .... "Â tanya salah satunya (yang kemudian saya tahu namanya Lena) sambil menunjukkan muka sangat memelas ..... :)
" Oh yes yes..... i know it, but..... nganu...... i think is not save to go to Dringo lake now, because  now is kremun mau hujan .... the street is lunyu ...... oya, don' t call me sir, just zis aja"
Dan karena mereka masih tetap ngeyel saja ya apa boleh buat.... akhirnya  dengan sangat tidak terpaksa saya mengantarkan ke lokasi yang dimaksud ......
Sekitar setengah jam kemudian .....Â
" woooooowww.......... "
" wonderfull......"
" amazing ..... "
" this is a paradise zis....."
teriak mereka sambil lari kesana dan kesini .....
Dan dua jam kemudian ......
" thank you zis, this is a best lake that i ever see..... love you so much......" #ehh.......
Dan saya pun terbangun kemudian .......
Bwahahahaha.........
Berbicara tentang Dataran tinggi Dieng, bagi beberapa orang yang mau dan sudi mengeksplore habis wilayahnya pasti tidak akan melewatkan sebuah telaga yang konon mirip dengan Ranu Kumbolo di bawah puncak Mahameru sana..... atau istilah lainnya Ranu Kumbolo KW.
 Yes.... Telaga Dringo namanya
Telaga yang berada di wilayah desa Pekasiran Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara (bukan berada di Kabupaten Batang seperti yang selalu muncul di hasil pencarian mbah Google) ini memang seolah menjadi surga yang tersembunyi karena keindahan alamnya yang tak terbantahkan. Telaga Dringo ini merupakan destinasi wisata yang memang belum banyak dikunjungi wisatawan karena kurangnya publikasi dan akses jalan untuk menuju kelokasi itu memang sangat ekstrim, dimana kita harus treking selama 20 menit jalan tanah dan berbatu dari Desa Pekasiran. Dengan suasana yang memang masih sepi, belum banyak terjamah alay alay selfi, dan tangan tangan jahil para pemburu like di media sosial, lokasi ini sangat cocok untuk camping, atau sekedar melepaskan segala kepenatan hati dan jiwa......heissshhh........
Telaga Dringo dengan background puncak Gunung Sindoro (foto pribadi)
Konon, Penyebutan Telaga Dringo berasal dari nama Dlingo yaitu tumbuhan sebangsa rerumputan menyebarkan bau wangi yang banyak ditemukan di bibir telaga. Rerumputan jenis ini hanya hidup dan muncul pada musim penghujan saja, sedangkan pada musim kemarau seolah menghilang tidak tahu kemana.
Ada sebuah mitos yang berkembang di masyarakat sekitar, bahwa di tengah telaga hidup seekor kerbau bertanduk emas. Hewan sahabat petani ini diceritakan sebagai penjaga telaga. Karenanya warga sekitar meyakini bahwa bala akan tiba jika telaga tak dirawat. Memang sih belum ada warga yang pernah melihat langsung kerbau bertanduk emas tersebut, namun hal ini cukup membuat penduduk sekitar menjadi sangat rajin merawat telaga ini.
Selain mitos tersebut, yang menarik dari Telaga Dringo adalah keberadaan 10 makam di puncak Bukit Cemeti di sisi kanan telaga. Katanya makam-makam tersebut merupakan peristirahatan penyebar agama Islam di sana. Namun belum diketahui detail 10 makam tersebut. Warga sekitar juga mengaku tak mengetahui asal usulnya. Dahulu waktu pertama kali ditemukan, 10 kerangka sempat dilakukan rukyat oleh seorang ahli agama.
Di Telaga Dringo terdapat dua spot camping man..... yaitu di Bukit Stlompak dan Bukit Cemeti. Keduanya masih sangat asri dengan rumput yang tumbuh subur dan udara yang sangat segar. Hanya saja kalau memang mau bermalam di kedua lokasi ini harap waspada dengan keberadaan hewan hewan liar seperti ular. Â Selain itu Telaga Dringo ini letaknya cukup dekat dengan kawah candradimuka. Legendanya kawah Candradimuka ini merupakan tempat Gatot Kaca dicelupkan sehingga Gatot Kaca mempunya kesaktian yakni kebal senjata, kecuali engkel kakinya karena hanya bagian itu saja yang tidak dicelupkan di dalam bagian kawah.
Ada 2 jalan masuk untuk menikmati Telaga Dringo ini yakni jalan yang menuju dan dari Desa Pekasiran Banjarnegara dan dari arah Kabupaten Batang. Jalan menuju Telaga Dringo inipun sangatlah kecil, mungkin hanya cukup 1 mobil saja. Kalau ada mobil lain yang lewat berlawanan arah maka salah satu mobil harus mengalah dan mundur agar satu jalan bisa dilalui dua mobil. Sangat disarankan untuk menggunakan mobil yang tinggi seperti Jeep. Jangan coba coba pakai mobil sedan karena jalan ke Telaga Dringo ini sangat curam dan jalannya masih berupa batu ditata. atau bila ingin lebih mudah pakailah kendaraan roda dua saja.
Momen yang paling tepat untuk berkunjung ke telaga istimewa ini adalah pada pagi hari menjelang atau sesudah matahari terbit karena Dieng jika sudah lewat dari jam 10 pagi biasanya sudah berkabut. Sedangkan suhu cuaca kalau malam sangatlah dingin, bahkan lebih dingin dari Dieng. View terbaik untuk menikmati Telaga Dringo adalah pada saat sunrise, karena Telaga Dringo dikelilingi oleh bukit bukit yang langsung menghadap pemandangan Dieng. Memang sih ketika sunrise, keindahan telaga tidak tampak karena tertutup bukit. Tetapi pada saat sunrise anda harus berjalan dan trekking sedikit ke arah bukit untuk mendapatkan view di balik bukit pemandangan Dieng yang menawan.
Kembali ke permasalahan yang sering dimasalahkan oleh para pencari masalah mengenai status kepemilikan Telaga Dringo ini. Banyak artikel di internet yang menyebutkan bahwa Telaga ini masuk wilayah Destinasi wisata Kabupaten Batang dan bukan Banjarnegara. It's true ?
Sama sekali salah sodara sodara......
Memang sih Telaga cantik ini sudah dimasukkan kedalam peta wisata kabupaten sebelah, namun apabila kita telusuri lebih jauh maka akan ketahuan bahwa Telaga Dringo ini (sekali lagi saya katakan) 100 % masuk wilayah desa Pekasiran Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.
Perlu bukti ?
Berdasarkan data dari Data di Badan Statistik, Data dari LMDH Wilayah Banyumas, data Desa Pekasiran dan Data dari Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, sebanyak 26 hektar wilayah Desa Pekasiran masih berupa hutan dengan 8 hektar diantaranya berupa kawasan air (telaga)..... ya Dringo ini..... dan ini bisa kita tanyakan kepada ketua LMDH setempat yaitu Bapak Yahya (bisa ditemui di sekitar kawah Candradimuka atau di rumahnya di dekat Masjid besar Desa Pekasiran)
Pak Yahya
Batas wilayah dengan Kabupaten Batang ada di 25 meter di sebelah kanan jalan (dari arah Pekasiran) atau dibawah tebing jalan. sehingga untuk mempermudah penjelasan ke pendatang disebutlah bahwa jalan itulah batas antar kabupaten.
Selain itu ada pembatas lain yaitu berada di puncak bukit cemeti yang ditandai dengan dua pohon Cemara dimana pohon sebelah kanan (dari arah utara) ikut Kabupaten Batang dan pohon sebelah kiri ikut Kabupaten Banjarnegara. Hal ini juga menjelaskan bahwa makam keramat yang ada di tempat tersebut 100% ikut wilayah Banjarnegara.
Jalan batas wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Batang (arah yang ditunjuk Pak Yahya adalah arah Banjarnegara)
Tapi .........
Adalah sebuah kewajaran manakala telaga ini di klaim oleh tetangga sebelah. Sebab akses jalan termudah menuju ke Dringo dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Batang. Dan seperti sudah dijelaskan di awal tadi, akses dari wilayah Banjarnegara sendiri malah ambyar.... jauh dari kata mendingan sekalipun. Bahkan penunjuk jalan yang ada di ruas jalan provinsi (Jalur Pekalongan - Dieng ) pun tidak ada tulisannya......
Damn !!!
Selain itu, para "petinggi" di Banjarnegara yang notabene sebagai pemilik wilayah seolah olah tidak memperdulikan akses kesini (padahal melewati Kawah Candradimuka yang memiliki history sangat kuat). Hal ini bisa dibuktikan dengan tidak adanya respon atau minimal kunjungan para pejabat ke Telaga Dringo. Dan parahnya lagi, bahkan ada pejabat sangat tinggi yang tidak tahu akan keberadaan telaga ini. Mereka (yang tahu) rata rata hanya memperdulikan nilai nominal pendapatan yang masuk saja......dengan sebuah jurus silat lidah ......
" Ah biarkan saja diklaim tetangga.... sukur sukur mereka mau membangunnya. Yang penting retribusi masuknya ke kita ....... "Â
Kan a*u to .......
Well...... seandainya akses dibangun, kemudian dibuat semacam festival atau kegiatan budaya di sini, pasti jumlah pengunjung akan meningkat dan secara otomatis pendapatan daerah (yang diantaranya masuk ke kantong para pejabat itu) akan semakin meningkat. Iya nggak ?
So..... bullshit dengan para pejabat itu. Tugas kita sebagai orang orang yang waras dan tidak punya kepentingan diluar pariwisata, camping dan tentu saja fotografi, adalah menjaga bagaimana caranya agar surga yang tersembunyi ini tetap lestari. Entah bagaimanapun dan dengan cara apapun......
Betul tidak ???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H