Mohon tunggu...
Ngatmow Prawierow
Ngatmow Prawierow Mohon Tunggu... buruh negeri -

Hanya seorang pegawai negeri rendahan yang tidak bernafsu untuk memperebutkan jabatan. Memegang teguh prinsip mengalir bagaikan air dan tak berharap pujian orang lain yang terkadang justru menghanyutkan. Di sini sekedar ingin berbagi cacian dan makian tentang berbagai hal, berbagai bentuk dan berbagai aspek kehidupan. Silahkan dicacimaki, silahkan dibenci dan silahkan jika ingin memuji. itu semua hanya demi satu tujuan : Jadi seorang yang HEBAT, KUAT, MAPAN dan TETAP TAMPAN....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Festival Sungai Merawu 2014

14 November 2014   01:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:52 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 8 November 2014, Masyarakat Desa Rakitan Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara menggelar sebuah acara budaya yaitu Festival Sungai Merawu untuk yang pertama kalinya. Aneh juga saat pertama kali mendengar kabar akan adanya acara ini. Sebab yang saya dengar, acara ini digalang oleh pemuda setempat dan murni hasil kerja keras mereka dalam mempersiapkannya selama beberapa hari saja. Luar biasa........ Desa Rakitan adalah sebuah desa yang masuk wilayah Kecamatan Madukara (meskipun pada dasarnya lebih dekat ke Kecamatan Banjarmangu daripada ke Kecamatan madukara itu sendiri), berjarak sekitar 6 km dari pusat kota Banjarnegara ke arah Selatan. Akses untuk menuju ke sana pun sangat mudah, karena dilalui jalan utama menuju wilayah Selatan dan wilayah Atas kabupaten Banjarnegara.

Menurut ketua Panitia, Setyo Bangun Suharto, festival ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat melestarikan salak jantan. Sebab keberadaan salak jantan ini semakin hari semakin menurun. Padahal tanpa penyerbukan dengan serbuk sari salak jantan, salak pondoh tidak bisa berbuah.Dia meminta para petani salak, khususnya di Desa Rakitan, jangan hanya menanam salak betina yang bisa berbuah, namun juga menanam salak jantan di terasiring. Pada saat langka, serbuk sari dijual dengan harga mahal, sehingga menanam salak jantan juga memiliki manfaat ekonomis. Acara dimulai sekitar pukul 14.00 WIB, dengan menggelar (sekaligus melombakan) kesenian tradisional "tek-tek" dari seluruh penjuru Banjarnegara, kemudian di sela sela acara tersebut muncul Dua Pengantin Salak yang diarak oleh warga masyarakat mengelilingi desa menuju ke tempat utama pelaksanaan Festival yaitu lapangan Desa Rakitan. Pengantin Salak yang dimaksud adalah Dua buah gunungan setinggi kurang lebih 2 meter yang terbentuk dari salak pondoh produk asli desa Rakitan yang disusun sedemikian rupa. Pengantin ini didatangkan lengkap dengan gelaran berbagai macam makanan hasil bumi lainnya yang berbahan dasar non beras. Benar saja, Usai diarak, pengantin salak ini langsung diperebutkan warga yang sejak pagi menunggu prosesi ini di lapangan desa. Meskipun turun hujan, namun tidak mengendurkan antusiasme warga berebut gunungan salak dan ubo rampenya itu.

Foto by : Eko BR
Courtesy : Radar banyumas Acara yang berlangsung cukup meriah ini sempat berhenti sejenak pada saat adzan maghrib berkumandang. Satu persatu peserta festival beringsut meninggalkan arena. Namun satu hal yang cukup menarik yaitu warga yang menonton acara ini masih tetap berjejer berdiri di sisi sisi lapangan seolah enggan beranjak. Padahal panitia sudah mengisyaratkan bahwa acara akan dimulai lagi pada pukul tujuh malam.
Lomba Pukul Kentongan Malam harinya, acara dimulai tepat waktu. Satu persatu peserta lomba tek-tek kembali mempertunjukkan kebolehannya. Masyarakat pun merangsek menuju pusat kegiatan seakan tidak ingin ketinggalan satu momen pun dalam acara Festival Kali Merawu tersebut. sungguh sesuatu yang mengagumkan, menurut saya. Tepat pukul 20.00, panitia mengumumkan bahwa akan diadakan pelepasan lampion bersama-sama. Tentu saja saya sempat merasa surprise juga, sebab pada saat DCF 2014 yang lalu, saya tidak sempat memotret momen yang sama. Satu persatu pengunjung membeli lampion dari panitia seharga Rp. 10.000,- dan mulai menyalakannya. Indah......dan syahdu..... Ditengah gerimis hujan, lampion-lampion berwarna kuning kemerahan mulai terbang membumbung tinggi  ke angkasa menciptakan titik-titik cahaya yang menawan di kegelapan malam. Dari keseluruhan rangkaian acara, banyak point yang membuat saya takjub. yang pertama, jelas antusiasme masyarakat yang begitu luar biasa (pada point ini hujan bukan masalah bagi mereka), kedua, dengan konsep yang minimalis, panitia berhasil  menciptakan sebuah kegiatan massa yang penuh makna dan tepat guna (maksudnya bisa menyampaikan dengan tepat apa yang menjadi inti pesan kepada masyarakat), ketiga, satu hal yang tidak akan pernah lepas dari Kabupaten Banjarnegara, Dawet Ayu Banjarnegara, seolah tumpah ruah disana. Banyak pedagang (disamping pedagang mainan anak) yang meneguk rejeki cukup lumayan hari itu. dan dari hasil survey singkat saya, semuanya ludes...... dan keempat, satu kata buat warga desa Rakitan.....Hebat........ Berikut beberapa momen yang berhasil tertangkap kamera ponsel Nokia N8 dan kamera Canon EOS 550D saya :

*Artikel ini bisa dibaca juga di blog pribadi saya.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun