Mohon tunggu...
Ngatemin Rosok
Ngatemin Rosok Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemungut sesuatu yang terbuang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Musim Kampanye, Cuti dan Balas Jasa

15 Maret 2014   18:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:54 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika semua memiliki alasan dan tanggung jawab terhadap asal muasal mereka menjadi pejabat begini jadinya, semua ramai-ramai mengajukan cuti. Tidak ada larangan dalam melaksanakan cuti selagi masih sesuai dengan aturan yang berlaku. Akan tetapi jika pelaksanaannya bersamaan menjadi terkesan latah dan ikut-ikutan trend. Semua ingin membela partainya masing-masing, demi mengangkat citra sekelompok orang dengan sedikit melupakan apa yang disebut tanggungjawab. Bukan sebuah tanggungjawab terhadap negara sesaat saja yang harus dikedepankan, sebuah tanggungjawab terhadap masa depan bangsa seharusnya lebih diutamakan tidak hanya mementingkan sebuah pemenangan dalam Pemilu.

Jika masyarakat hanya terpaku pada sosok tokoh dari partai tertentu, lantas bagaimana dengan kader penerusnya. Mempersiapkan generasi penerus yang sesuai dengan konsep pemikiran bersama demi bangsa dan negara apa tidak jauh lebih penting?. Pengkultusan terhadap satu tokoh seakan-akan menjadi budaya di negeri ini, sehingga jika tokoh yang di kultuskan menjabat di pemerintahan mau tidak mau memaksakan diri berkampanye demi segolongan orang yang telah berjasa mengantarkan dia pada posisi di pemerintahan itu. Karena jika tidak demikian akan di katakan kurang merakyat, tidak dekat dengan masyarakat, atau apalah.... Lho kenapa kok harus sekarang jika mau dekat dengan rakyat, kenapa tidak dari dulu-dulu?.. Apakah mereka terlalu banyak makan makanan yang serba instan sehingga memiliki pemikiran dan tindakan yang serba instan?..

sumber gambar : Harian KOMPAS

Apakah mendampingi kader penerus memang menjadi tugas kader yang sudah mapan demi terangkatnya kader yang belum mapan? Kalau memang ya mengapa tidak disiapkan sedini mungkin, kalau tidak kenapa kok berjamaah? Ataukah masyarakat sendiri yang kurang peka sehingga dengan pencitraan sesaat membuat terbuai dengan kharisma tokoh yang bersedia "turun jalan" yang toh pada akhirnya mereka akan kembali menduduki tahtanya untuk mempersiapkan serangkaian permainan yang menghibur sampai tiba saatnya beberapa tahun lagi untuk mengulang hal yang sama oleh dirinya sendiri atau orang yang menggantikannya sama persis seperti pertunjukan yang sudah sudah. Selamat melaksanakan cuti bersama....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun