Mohon tunggu...
Bhakti Nārāyaṇa
Bhakti Nārāyaṇa Mohon Tunggu... -

Tahun 1984 silam terlahir di pulau dewata. Saat ini sedang meniti karir di lembaga research dalam bidang nuklir dan radiasi. Tertarik akan sains dan spiritual sejak mengambil studi di Teknik Nuklir di UGM yang dibarengi dengan gemblengan spiritual di Narayana Smrti Ashram Yogyakarta.\r\n\r\nMoto hidup: "Simple living high thinking". Semoga karya tulis sederhana ini dapat berguna bagi semua orang.\r\n\r\nUntuk tulisan-tulisan saya yang lain silahkan baca di link berikut:\r\n\r\nhttp://ngarayana.web.ugm.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bhakti Yoga dan Islam

6 April 2010   05:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:58 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hampir semua sarjana Muslim berpendapat demikian, Allah adalah impersonal, tidak berwujud pribadi. Sebabnya adalah karena Nabi Muhammad tidak secara explisit menjelaskan wujud pribadi Allah seperti apa.

Terhadap jawaban demikian, Sri Caitanya berkata sebagai berikut.

Berikut adalah rincian jawaban Sri Caitanya Mahaprabhu dalam diskusi-Nya dengan Abdullah Pathan tentang Allah. Beliau menunjukkan bahwa Al-Qur’an menyimpulkan bahwa Allah adalah pribadi spiritual maha utama dengan potensi (kekuatan/kemampuan) tak terbatas.

Bahwa Allah berwujud spiritual dengan potensi dan sifat-sifat tak terbatas, ditunjukkan pula oleh ayat-ayat Hadits berikut.

  1. “Mereka yang percaya dan berkedudukan mulia (rohani), melihat wajah Allah di pagi dan sore hari, yang bila dibandingkan dengan-nya, kebahagiaan sorgawi menjadi tidak berarti dan dilupakan”(142, p.94).
  2. “Allah-Taala menciptakan Adam dari sura, wujud (image) diri-Nya” (Hadits Bukhari and Muslim, 141, p.45), (100, p. 74).

KESIMPULAN

  1. Allah yang maha pengasih (al-rahman) dan maha berkarunia (al-rahim) mengungkapkan pengetahuan tentang diriNya bagi semua orang sesuai dengan tempat (desa), waktu (kala) dan kehidupan penduduk (patra).
  2. Demikianlah, bila se-seorang ingin mengerti bahwa Allah adalah tanpa wujud, sifat dan ciri apapun, maka Ia mengungkapkan pengetahuan yang cocok kepadanya yaitu pengetahuan tentang aspek impersonal diri Nya. Bila seseorang ingin mengerti bahwa Allah berwujud spiritual dengan sifat dan potensi tak terbatas, maka Ia mengungkapkan pengetahuan yang cocok kepadanya yakni pengetahuan tentang aspek personal diriNya.
  3. Tetapi bila seseorang cukup cerdas dan beruntung, maka dia akan mengerti bahwa Allah sesungguhnya adalah Kepribadian spiritual maha tampan dan maha indah berdasarkan isyarat-isyarat yang diungkapkan oleh ayat-ayat Al Qur’an.
  4. Qur’an menyatakan, “Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah (42.9)”, karena Ia (Allah) berhakekat spiritual, mutlak dengan potensi (kekuatan/kemampuan) dan sifat-sifat tak terbatas. Jika Allah dikatakan tidak berwujud pribadi, lalu bagaimana mungkin Ia (sebagai asal-mula /sumber segala sesuatu), bisa dikatakan lengkap dan sempurna dalam segala hal? Dan bagaimana mungkin anda mencintai sesuatu yang tak berwujud?
  5. Islam berarti “berserah diri” (kepada Allah). Tidak ada satu ayat pun di dalam Qur’an yang membenarkan orang membunuh sapi untuk dimakan.
  6. Didalam Qur’an tercantum pula prinsip reinkarnasi. Dikatakan; (a) “Ketahuilah, siapapun diantara kalian yang melanggar sabbath, Kami (Allah) berkata kepadanya,’Jadilah engkau monyet hina dan tercampakkan’” (65.2). (b) “Mereka yang menyebabkan Allah murka dan mengutuk, Ia merobahnya menjadi monyet dan babi” (60.5).
  7. Nabi Muhammad dikutip mengatakan sbb. “Dalam setiap kalimat Al-Quran terdapat makna eksternal dan internal. Makna atau arti eksternal bisa dimengerti oleh kebanyakan orang. Tetapi makna atau arti internalnya tidak bisa dimengerti oleh mereka. Makna internal inilah yang dikemukakan oleh Sri Caitanya Mahaprabhu kepada sang mullah Abdullah Pathan.

SUMBER BACAAN:

  1. Prophet Muhammad in Hindu Scriptures by Dr Z Haqq (Copyright 1990, 1997) from Internet.
  2. Bhakti-Yoga And Islam by Airavata-dasa, Published by Turkish Society for Philosophy And Social Science, Istambul 1996.
  3. Enlightenment Of Chand Kazi by Airavata-dasa, Published by Bhaktivedanta Institute Of Vedic Studies, Mayapur 1997.
  4. Bhakti-Yoga And Islam by Airavata-dasa, Published by Turkish Society For Philosophy And Social Science, Istambul 1996.
  5. Influence Of Indian Culture On Arabia by DR H.L.Oberoi (An Article).

Dikutip ulang dari tulisan Haladara Prabhu. Special Thanks to Kama Krishna Prabhu yang telah memberikan bahan artikel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun