Mohon tunggu...
Pak Suka
Pak Suka Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Berkebun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Boyong Berbek ke-144 Bakal Datangkan Prajurit Kraton Surakarta Hadiningrat

13 Mei 2024   11:15 Diperbarui: 13 Mei 2024   11:42 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan Hari Boyong Kabupaten Berbek ke Kota Nganjuk ke 50, pada 6 Juni 1930/dok. pri

Peringatan Hari Boyong Kabupaten Berbek ke Nganjuk yang ke-144, rencananya diperingati lebih meriah dari tahun lalu. Peringatan Hari Boyong Notoprojo kali kedua pasca Kemerdekaan Republik Indonesia ini, Pemerintah Kabupaten Nganjuk mengambil  tema, "Notoprojo Bersinergi Membangun Negeri." Rencananya perayaan hari Boyong dimeriahkan dengan pawai, start dari Alun-alun Berbek sebagai kota lama menuju Pendapa KRT. Sosrokoesoemo, Kabupaten Nganjuk sebagai kota baru pada 6 Juni 2024.

Menariknya, selain dimeriahkan dengan arak-arakan dan berbagai kesenian lokal, pawai Boyong juga bakal mendatangkan sepasukan drumband dari Keraton Surakarta Hadiningrat Jawa tengah.

"Pawai Boyong tahun ini kami laksanakan lebih meriah dari tahun lalu, misalnya dengan mendatangkan prajurit Keraton Surakarta sebagai pasukan drumband," terang Amin Fuadi, Kabid Kebudayaan Dinas Porabudpar Nganjuk.

Lanjut Amin, prosesi boyong pemerintahan merupakan gambaran ketika terjadi perpindahan pusat pemerintahan Kadipaten Berbek dari Berbek ke Nganjuk yang terjadi pada tanggal 6 Juni 1880. Sehingga secara de yure Pemerintah Kadipaten Berbek menjadi beribukota di Nganjuk.

Prosesi Boyong juga menggambarkan bagaimana tata cara atau upacara adat perpindahan kantor lama ke kantor baru.

"Hal ini penting, karena di tengah era modernisasi, budaya adat Jawa harus tetap dilestarikan, juga merupakan wujud perhatian pemerintah dalam nguri-uri budaya jawa," tambah Amin.

Ada Bedol Pusaka

Dalam tradisi boyong pemerintahan juga ada prosesi bedol pusaka  yang menjadi simbol pemindahan pemerintahan dari Ibu Kota Berbek Kadipaten Berbek  ke Ibu Kota baru di Kota Nganjuk. Dalam peringatan boyong pemerintahan ini, boyong pusaka dimulai dengan Upacara Bedol Pusaka dari tempat penyimpanan di Pringgitan atau Ruang Kerja Bupati di Nganjuk untuk dibawa ke lokasi awal situs yaitu Pringgitan Kadipaten Berbek.

"Pusaka yang akan dibedol ada dua, yaitu berupa tombak bernama Kyai Jurang Penatas dan payung bernama Songsong Kyai Tunggul Naga. Acara ini juga dapat menjadi salah satu suguhan budaya yang menarik apabila dikelola dengan baik," jelasnya.

Kegiatan peringatan boyong pemerintahan dan bedol pusaka ini diarahkan pada unsur budayanya bukan pada ritualnya, yang dapat dikembangkan sebagai sebuah potensi pariwisata budaya. Kegiatan ini sudah seharusnya melibatkan seluruh komponen warga Nganjuk dengan harapan dapat memahami dan merasa memiliki agenda tahunan ini.

Adapun maksud dari kegiatan ini selain sebagai sarana mengingat perjalanan sejarah yang ada di Nganjuk, juga sebagai momentum yang dapat dijadikan sarana untuk berbenah, yakni membenahi semua kekurangan yang masih terlihat pada tahun-tahun sebelumnya. Khususnya, dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Selain itu diharapkan bisa memberi makna tersirat bahwa setiap individu Notoprojo bisa memberi manfaat bagi sesama sesuai dengan pepatah "Urip Iku Urup" yang memiliki arti hidup itu harus bercahaya.

Konsep boyong pemerintahan sebenarnya diawali dengan prosesi "Bedol Pusaka" Kabupaten Nganjuk pada sehari sebelum pelaksanaan Boyong Pemerintahan yaitu tanggal 5 Juni 2024 sore hari. Pusaka dikeluarkan, dibersihkan dan dibawa ke lokasi situs Pendopo dan Kantor Kadipaten Berbek.

"Baru besoknya digunakan sebagai unsur utama Boyong Pemerintahan karena sebagai lambang kekuasaan pemerintahan," kata pria yang juga Ketua Komunitas Sejarah dan Ekologi Nganjuk (Kotasejuk).

Dasar Hukum Boyong Kabupaten Berbek

Menurut Sejarawan Nganjuk, Rudy Handoko, peringatan boyong Kadipaten Berbek ke Kota Nganjuk mendasarkan kepada surat laporan residen Kediri Meyer kepada Gubernur Jendral, 8 Juni 1880 sesuai salinan surat no. 3024 a/4205. Ini setelah terjadi proses boyong pegawai dan ibukota yang dilakukan 6 Juni 1880.

Terjemahan Surat Perpindahan Kadipaten berbek ke Kota Nganjuk/dok. pri
Terjemahan Surat Perpindahan Kadipaten berbek ke Kota Nganjuk/dok. pri

Sedangkan untuk kegiatan boyong pegawai dilakukan mengacu pada adat Jawa yang berlaku demi keselamatan semua warga

"Boyongan terjadi pada masa pemerintahan Bupati Sosrokusumo (III) memerintah tahun 1878-1901 putera bupati Berbek RT Soemowilojo," terang pria yang berhasil menemukan salinan surat Boyong Kadipaten Berbek ke Nganjuk.  

*) Penulis adalah Sukadi (Humas Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun