Hari ini tepat 49 tahun lalu Bung Karno wafat dan dimakamkan di Blitar berdampingan dengan makam kedua orangtuanya. Saya sendiri sudah berkunjung sekitar tiga kali ke makam beliau. Pertama sewaktu kuliah dulu, kedua sekitar tahun 2010, dan ketiga dua bulan lalu. Ada beberapa perbedaan ketika saya pertama kali berkunjung dengan kondisi terakhir.
Saat pertama kali berkunjung, saya naik becak dari stasiun Blitar ke makam Bung Karno. Saat itu jalan di depan kompleks makam masih bisa dilalui kendaraan roda empat dan tidak terlalu ramai, mungkin karena bukan hari libur. Suasananya masih terasa sakral, ada beberapa orang ziarah sambil berdoa di depan makam beliau. Kondisi makam masih rindang walau sudah diberi tempat tersendiri. Masuk dan keluar masih bisa melalui pintu yang sama.
Saya lupa-lupa ingat karena sudah terlalu lama peristiwanya, tapi tampaknya belum terlalu banyak toko-toko souvenir di depan makam, hanya pedagang bunga melati dan air untuk disiram ke makam saja yang tampak
Seperti biasa banyak orang berziarah dan berdoa di depan makam beliau. Pepohonan masih rindang dan kondisinya masih seperti apa adanya, belum tampak penataan seperti sekarang ini. Hanya ada bangunan baru untuk perpustakaan dan musium. Toko-toko souvenir sudah mulai tumbuh berkembang dan ikut menjual bunga melati untuk ditaburkan di makam beliau.
Sementara untuk parkir tersedia lahan yang ada di selatan, agak jauh dari makam sehingga harus naik becak untuk menuju ke sana. Akhirnya saya menuju ke arah utara lewat jalan lain agar bisa parkir tak jauh dari makam.
Walau masih agak jauh tapi tak perlu naik becak karena memang jalannya didesain untuk pejalan kaki. Hanya suasana rindang layaknya makam sudah tak terlibat lagi, berganti menjadi suasana tempat wisata yang berbau komersial. Pedagang melati dan air masih ada tapi tidak sebanyak dulu, mungkin karena bukan hari libur.
Selain saya ada beberapa peziarah yang ikut berdoa di depan makam. Rata-rata berasal dari luar Blitar, ada yang dari Malang, Banyuwangi, bahkan dari Jawa Tengah dan Jawa Barat serta luar pulau Jawa. Mereka rata-rata memang pengagum berat Bung Karno hingga rela jauh-jauh datang ke makam beliau hanya untuk berdoa.