Mohon tunggu...
Ngalor Ngidoel
Ngalor Ngidoel Mohon Tunggu... Freelancer - Travellers

Travelling Everywhere Anytime till you drop www.ngalorngidoel.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Siak Sri Indrapura, Kota Bersejarah yang Terlupakan

17 Maret 2019   20:26 Diperbarui: 17 Maret 2019   20:55 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istana Kesultanan Siak Sri Indrapura (Dokpri)

Orang mungkin lebih mengenal Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau daripada Kabupaten Siak, apalagi Siak Sri Indrapura sebagai ibukota kabupatennya. Padahal kota ini justru menyimpan sejarah panjang kerajaan Riau yang ditandai dengan masih tegaknya beberapa situs bersejarah seperti Istana Siak, Masjid Raya Syahabuddin dimana terdapat makam Sultan Syarif Kasim II beserta keluarganya, serta Makam Syeh Abdurrahman di tepi sungai Siak.

Masjid Syahabuddin (Dokpri)
Masjid Syahabuddin (Dokpri)
Saya berkesempatan mampir di Siak Sri Indrapura karena kebetulan sedang ditugaskan ke Pekanbaru. Dari Pekanbaru perjalanan memakan waktu sekitar dua setengah jam menempuh jarak sekitar 100 Km. 

Pemandangan perkebunan sawit mendominasi hampir separuh dari perjalanan, mirip seperti di wilayah Deli Serdang atau semenanjung Malaya. Sawit masih menjadi primadona yang dikembangkan di kawasan tersebut, disamping minyak yang disalurkan melalui pipa mengikuti jalan raya yang kami lalui.

Memasuki Kota Melalui Jembatan Siak (Dokpri)
Memasuki Kota Melalui Jembatan Siak (Dokpri)
Menjelang masuk ke kota setelah melewati kompleks perkantoran Bupati Siak, tampak Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah yang menjadi penghubung sekaligus pintu gerbang memasuki kota Siak Sri Indrapura. 

Jembatan ini diresmikan tahun 2007 oleh Presiden SBY, dengan total panjang sekitar 1.196 meter dan lebar total 19,2 meter termasuk trotoar selebar 2,25 meter. Hebatnya jembatan ini didanai murni oleh APBD Kabupaten Siak sebesar Rp. 277 Milyar dan dikerjakan selama empat tahun anggaran (sumber: Wikipedia).

Jembatan Siak (Dokpri)
Jembatan Siak (Dokpri)
Jembatan ini mirip seperti jembatan Barito atau jembatan Batam yang disangga kawat baja ditopang oleh dua tiang penyangga di kedua sisi sungai. Sejak diresmikan jembatan ini menjadi salah satu obyek wisata yang wajib dikunjungi selain wisata sejarah yang telah disebutkan di atas. Sementara di bawahnya dilalui kapal-kapal besar yang berlayar hingga ke Pekanbaru dan pedalaman Riau.

Masjid Syahabuddin dan Makam Sultan Syarif Kasim II (Dokpri)
Masjid Syahabuddin dan Makam Sultan Syarif Kasim II (Dokpri)
Setelah memasuki kota kami langsung menuju ke Masjid Syahabuddin untuk mampir sholat sekaligus melongok makam Sultan Syarif Kasim II yang terletak persis di samping masjid. Masjid ini agak unik karena memiliki dua muka, satu menghadap ke sungai dan sisi lainnya menghadap ke jalan di depan masjid. 

Mungkin pada zaman dahulu orang lebih banyak melintasi sungai dan beristirahat sejenak sekalian menunaikan ibadah sholat di masjid ini. Sekarang di tepi sungai dibangun pedestrian sekaligus obyek wisata bagi warga lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Siak.

Gerbang Masuk Masjid dari arah Sungai (Dokpri)
Gerbang Masuk Masjid dari arah Sungai (Dokpri)
Walau disebut masjid raya namun sebenarnya tidak terlalu besar ukurannya, hanya cukup menampung tak sampai sekitar 200 jamaah. Bentuknya mirip seperti masjid di Pulau Penyengat yang didominasi warna kuning, demikian pula dengan kubahnya. 

Di samping masjid terdapat makam Sultan Syarif Kasim II yang merupakan sultan terakhir Kesultanan Siak sebelum Indonesia merdeka dan menyatakan diri bergabung dengan RI pasca kemerdekaan yang menandai berakhirnya kerajaan tersebut.

Makam Syekh Abdurrahman (Dokpri)
Makam Syekh Abdurrahman (Dokpri)
Tak jauh dari masjid, dekat taman Tengku Syarifah Aminah terdapat makam Syeh Abdurrahman. Sayangnya tidak ada catatan khusus mengenai beliau di sekitar makam maupun di dunia maya sehingga agak kesulitan mendeskripsikan siapa sebenarnya beliau. Tak jauh dari makam tersebut terdapat rumah makan ikan bakar yang cukup enak di Siak. 

Kami singgah sebentar untuk mengisi perut lapar dengan ikan Nila bakar yang diberi bumbu khas Minang. Maklum di wilayah Siak banyak juga bermukim suku Minang disamping Melayu dan Jawa serta Bugis yang merantau ke tanah ini.

Istana Siak Tampak Depan (Dokpri)
Istana Siak Tampak Depan (Dokpri)
Usai makan kami langsung menuju Istana Kesultanan Siak yang sangat terkenal itu. Bentuk istananya agak mirip dengan istana Deli di Medan dengan corak arsitektur khas Melayu dan Arab. 

Istananya sendiri terdiri dari dua lantai, lantai bawah untuk menerima tamu dan kegiatan resmi istana, lantai dua sebagai tempat tinggal raja. Untuk naik ke lantai atas terdapat tangga putar yang berada pada kedua sisi tengah di bagian belakang bangunan istana.

Ruang Sultan Menerima Tamu (Dokpri)
Ruang Sultan Menerima Tamu (Dokpri)
Ruang Rapat di Sisi Kanan Istana (Dokpri)
Ruang Rapat di Sisi Kanan Istana (Dokpri)
Di dalam istana disimpan benda-benda peninggalan para sultan yang pernah berkuasa di istana tersebut termasuk sultan terakhir Syarif Kasim II yang tidak memiliki keturunan. 

Di samping beberapa meja rapat besar, di lantai bawah terdapat brankas yang hingga saat ini tidak bisa dibuka, dan gramofon khusus yang hanya ada dua dengan model yang sama, satu di Jerman dan satu lagi di istana ini. Gramofon ini masih bisa dimainkan dan masih ada koleksi piringan berukuran besar berisi lagu-lagu klasik era Beethoven dan Mozart.

Gramofon Merk Komet Peninggalan Sultan (Dokpri)
Gramofon Merk Komet Peninggalan Sultan (Dokpri)
Kumpulan Piringan Hitam (Dokpri)
Kumpulan Piringan Hitam (Dokpri)
Tak jauh dari istana terdapat kompleks makam Koto Tinggi yang merupakan tempat peristirahat para raja-raja Siak beserta para kerabatnya. Di bagian depan kompleks terdapat gudang mesiu yang berada di sudut jalan. Jalan sedikit ke arah timur terletak kota lama yang masih didominasi oleh kegiatan perdagangan hingga saat ini.

Kompleks Makam Raja-Raja Siak Koto Tinggi (Dokpri)
Kompleks Makam Raja-Raja Siak Koto Tinggi (Dokpri)
Waktu sudah menjelang sore ketika kami keluar dari area kompleks istana Siak. Mengingat waktu terbatas kami akhirnya memutuskan kembali ke kota Pekanbaru agar tidak terlalu malam tiba di sana. Sebenarnya masih ada beberapa situs lain seperti Balai Kerapatan Adat, kelenteng, gereja, dan tangsi Belanda, namun waktu jualah yang membuat kami tak sempat mengunjungi tempat-tempat tersebut.

Gudang Mesiu (Dokpri)
Gudang Mesiu (Dokpri)
Walau penuh dengan nuansa sejarah, kota ini termasuk sepi pada hari-hari biasa seperti yang saya kunjungi. Nyaris tidak ada aktivitas wisata di tempat tersebut, kecuali agak ramai di hari libur menurut penjaga tiket yang saya temui. 

Riau memang bukan destinasi wisata utama dan tidak termasuk dalam 10 besar daerah wisata unggulan, namun sebenarnya memiliki sejarah panjang kesultanan Melayu yang terkait dengan negeri tetangga. Siak Sri Indrapura menjadi kota sejarah yang terlupakan, terlindas oleh kemajuan zaman yang lebih memilih kota Perawang sebagai kota industri yang lebih ramai ketimbang Siak itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun