Kios di Tempat Parkir (Dokpri)
Tak terasa mentari tiba di puncak penerangannya, sementara di sisi lain kabut mulai menyapa siang, menyelimuti sebagian puncak yang lain. Saatnya untuk kembali ke peradaban setelah satu jam lebih menikmati romantisme alam Kelimutu serta angin sepoi-sepoi yang mengiringinya.Â
Akan lebih syahdu lagi bila membawa pasangan kemari, namun karena satu dan lain hal mungkin suatu saat nanti saya akan kembali lagi bersama pasangan dan para krucil yang setia menemani.
Trap Persawahan Menjelang Kelimutu (Dokpri)
Setelah ngopi sejenak melepas lelah di kedai samping parkiran, kami beranjak kembali menuju kota Ende. Cuaca mendadak gelap, awan mendung menyertai perjalanan kami dan puncaknya hujan deras pun turun, persis seperti prediksi sewaktu berangkat tadi.Â
Awalnya kami berteduh di sebuah makam keluarga, namun karena pemiliknya tiba-tiba pulang dari bepergian dengan basah kuyup, kami pun tak enak dan segera meninggalkan tempat tersebut dengan menggunakan mantel yang kami bawa.
Pemandangan Ngarai dan Air Terjun (Dokpri)
Beberapa spot foto indah yang tadi pagi sempat ditandai terpaksa dilewatkan karena derasnya hujan. Jalan yang licin dan berliku membuat motor beberapa kali nyaris tergelincir, untung sang tukang ojek piawai mengendalikan motor sehingga kami selamat hingga hujan reda.Â
Mantel pun kami bungkus kembali dan kami pun berhenti di beberapa titik tersisa setelah melalui PLTA Mikrohidro di daerah Watoemere. Ada satu spot cantik di Ndungga di mana terdapat aliran sungai yang berkelok mengikuti kaki bukit yang menonjol dengan pemandangan latar sawah nan hijau.
Spot Cantik di Ndungga (Dokpri)
Sorenya kami tiba di kota Ende dan langsung menuju ke rumah tempat pengasingan Bung Karno karena sebentar lagi akan tutup. Untunglah saat tiba di tempat petugas jaga masih ada dan kami pun dipersilakan masuk untuk melihat-lihat.Â
Rumahnya sendiri tidak terlalu besar, hanya terdiri dari ruang utama, ruang tamu, dan dua kamar tidur di sisi kiri dan kanan, serta kamar mandi, dapur dan gudang yang berada di belakang terpisah dari bangunan utamanya. Di sinilah dulu Bung Karno tinggal selama masa pembuangan di Ende bersama Bu Inggit selama empat tahun lamanya.
Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende (Dokpri)
Tak jauh dari rumah tersebut terdapat Taman Perenungan tempat Bung Karno menemukan apa yang sekarang disebut sebagai Pancasila di bawah pohon sukun yang berada di taman tersebut.Â
Sayangnya pohon sukun yang asli tumbang tahun 1960 dan diganti dengan pohon sejenis pada tahun 1981. Tamannya sendiri masih rindang namun sayangnya kurang dirawat dengan baik, masih ada sampah di sana sini.
Pohon Sukun Tempat Kelahiran Pancasila (Dokpri)
Menjelang maghrib, kami bergegas ke Pantai Ende untuk menikmati suasana saat mentari terbenam. Sayangnya cuaca kembali mendung dan hujan deras sempat turun di pantai membuat kami terpaksa berteduh di kedai kopi yang terdapat di tepi pantai.Â
Lihat Trip Selengkapnya