Dari gerbang ternyata masih sekitar 20 menit lagi untuk sampai ke parkiran, sebelum dilanjutkan dengan berjalan kaki. Kondisi jalannya masih sempit, baru sebagian saja diperlebar sehingga kami harus hati-hati karena permukaan jalan licin dan berliku.
Jalan Menyempit Menuju Tempat Parkir (Dokpri)
Sampai di parkiran, kondisi relatif sepi. Mungkin karena para pendaki sudah turun setelah menikmati sunrise di pagi hari tadi. Kata orang, memang lebih asyik menikmati Kelimutu sambil menanti sunrise, tapi berhubung waktu saya terbatas terpaksa harus agak siang baru bisa naik.Â
Paling tidak sebelum jam 12 siang kita sudah harus sampai di puncak karena setelah itu dikhawatirkan kabut mulai turun dan menghalangi pemandangan danau Kelimutu yang sangat luar biasa itu.
Jalan Setapak Menuju Danau (Dokpri)
Sekitar setengah jam jalan kaki kita tiba di danau Tiwu Ata Polo dan kembarannya Tiwu Ko'o Fai Nuwa Muri. Kebetulan warna danaunya sedang hijau muda, padahal menurut pemandu merangkap tukang ojek dua bulan lalu masih berwarna kecoklatan.
Ini baru sampai ke danau kembar saja pemandangannya sudah begitu indah, apalagi ke puncaknya yang masih sekitar 300 meter lagi mendaki. Setelah puas mengabadikan gambar-gambar danau dan pemandangan sekitarnya, kami pun beranjak menuju puncak Kelimutu.
Danau Atapolo dan Kembarannya (Dokpri)
Mungkin karena baru memasuki musim semi, kondisi perbukitan masih tampak menguning dan tumbuhan baru saja akan mekar beberapa waktu kemudian. Kondisi jalan sudah bagus sehingga mudah untuk didaki, lebih tepatnya jalan santai karena treknya sudah jelas tak perlu lagi meraba-raba seperti layaknya sebuah pendakian.Â
Di puncak gunung terdapat tugu penanda bercat putih, sayangnya tidak ada petunjuk atau kalimat yang menanadkan ketinggian tertentu dari puncak tersebut. Hanya ada dua prasasti buatan yang menceritakan kisah Kelimutu itu sendiri dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Dari puncak inilah kita bisa melihat tiga danau sekaligus yang kebetulan warnanya sama semua berupa hijau telor asin. Dua danau di sebelah timur dan satu lagi yaitu Tiwu Ata Bupu di sebelah barat.Â
Sayangnya agak sulit menangkap ketiga danau tersebut dalam satu gambar walau sudah dicoba mode panorama, ada saja yang terpotong sebagian, seperti saya pajang di latar belakang profil sekarang ini dalam posisi terbalik supaya terlihat semuanya.
Danau Tiwu Ata Bupu (Dokpri)
Udara dingin terasa sekali menusuk tulang karena saya tidak menggunakan jaket, hanya berkaos oblong saja plus rompi. Namun dinginnya suhu tak membuat mati rasa, justru malah semakin nikmat ditemani secangkir kopi yang tersaji di lapak emak-emak yang ada di puncak bukit.Â
Udara segar benar-benar membersihkan paru-paru yang selama ini tercemar polusi udara kota, telinga pun ikut hening mendengarkan kicauan burung elang pertanda ada korban yang akan dipersembahkan ke dalam pelukan danau Kelimutu.
Lihat Trip Selengkapnya