Ngainun Naim
Â
Inspirasi itu kunci di dunia literasi. Tanpa inspirasi, tidak akan ada tulisan yang bisa diproduksi. Persoalannya, inspirasi itu harus dicari, bukan dinanti.
Jika diibaratkan memasak sayur, inspirasi itu seperti bahan mentah. Ada banyak bentuknya. Namun tidak ada di semua tempat. Ia ada di tempat-tempat tertentu.
Sayur ada di toko, pasar, kebun, di bawa penjual keliling, dan di beberapa tempat lain. Bagi yang tidak memiliki spirit memasak, sayur yang ditemukan tidak ada maknanya. Bertemu tetapi tidak menghasilkan tindakan.
Begitu juga dengan inspirasi. Ia ada di tempat-tempat tertentu. Banyak orang yang bertemu inspirasi tetapi tidak memiliki arti. Ia bertemu lalu pergi karena tidak memiliki arti.
Bagi pemasak, bahan mentah akan diolah sesuai dengan selera. Sama-sama bahannya, sama-sama jenis bumbunya, namun rasa berbeda. Ada banyak faktor yang mempengaruhi rasa yang dihasilkan.
Dalam konteks menulis, inspirasi sama namun akan berbeda ketika diolah menjadi tulisan. Kemampuan penulis menangkap inspirasi dan mengolahnya menjadi tulisan mempengaruhi terhadap tulisan yang dihasilkan.
Pada perspektif inilah, penulis yang baik adalah penulis yang selalu bersemangat untuk menulis. Namun semangat itu tidak selalu stabil. Kadang tinggi, kadang menurun, dan mungkin juga hilang. Sesungguhnya ini wajar asal ada kesadaran dan kemauan untuk kembali bersemangat ketika semangat mulai melemah.
Banyak penulis hebat, kaya wawasan, namun tidak produktif. Tentu ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah spirit yang redup seiring aneka dinamika kehidupan yang harus dihadapi.