Orientasi selektif membeli buku ini berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, ruangan di rumah terbatas. Jika tidak selektif, isi rumah bisa penuh dan bahkan tidak muat ketika buku demi buku terus berdatangan.
Potensi ini cukup terbuka. Delapan lemari besar sudah nyaris penuh terisi. Jika tidak ada pembatasan, maka perlu menambah lagi lemari buku.
Kedua, persoalan perawatan. Buku itu merawatnya tidak selalu mudah. Musuhnya macam-macam. Ada debu, kutu buku, jamur, dan bahkan tikus.
Saya memiliki pengalaman menyedihkan terkait buku. Ceritanya saya sedang bersih-bersih buku di lemari. Satu demi satu buku saya turunkan. Rak buku saya bersihkan. Demikian juga dengan buku.
Tetiba saya sangat terkejut. Sebuah buku sangat penting yang terlihat utuh dari sisi covernya ternyata dalamnya hancur lebur dimakan rayap. Tidak ada satu halaman pun yang terselamatkan.
Dengan selektif terhadap buku maka jumlah buku akan terkontrol. Ini berarti merawatnya lebih mudah.
Ketiga, waktu membaca. Semakin hari kesibukan semakin padat. Implikasinya, kesempatan membaca buku semakin terbatas. Jika nafsu membeli buku terus diikuti sama artinya hanya menumpuk buku tanpa ada kejelasan waktu untuk membaca.
Kini saya terus berusaha membaca buku demi buku yang saya miliki. Antara jumlah buku yang ada dengan jumlah buku yang sudah dibaca memang belum seimbang. Suatu saat jika ditakdirkan, semua buku pasti akan terbaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H