Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Resepsi dan Silaturrahmi

17 September 2024   20:55 Diperbarui: 17 September 2024   21:03 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngainun Naim

 

Minggu pagi tanggal 15 September 2024 kami tiga keluarga [Saya, istri, dua anak; Bapak Ibu Mertua; dan Kakak lelaki Bersama istri] menuju Magetan. Ada undangan walimatul ursy di GOR Ki Mageti Magetan. Salah satu famili memiliki hajat menikahkan anaknya.

Sepanjang memungkinkan, saya selalu berusaha menghadiri undangan. Meskipun, tentu tidak semua berhasil saya lakukan. Kadang kesibukan, lokasi sedang jauh, dan aneka alasan lainnya.

Kami berangkat dari rumah di Trenggalek pukul 07.15 WIB. Perjalanan santai diselingi istirahat sarapan di tugu batas Trenggalek Ponorogo. Ada menu nasi tiwul ikan laut yang lezat. Ini menu khas yang bisa mengobati kerinduan akan kuliner yang dulu sering mewarnai makanan yang disajikan di keluarga kami.

Pukul 10.20 WIB kami sampai lokasi. Di sana sudah banyak tamu yang hadir. Setelah salaman, kami foto bersama. Ini agenda wajib. Tanpa foto, era sekarang ini kurang lengkap. Foto adalah bukti kehadiran dan eksistensi kebersamaan.

Usai berfoto kami ke meja makanan. Di sana tersaji aneka menu. Cukup banyak pilihan.

Di sini sesungguhnya ada ujian, yaitu bagaimana makan secukupnya. Saya baca di buku karya M. Faizi, Merusak Bumi dari Meja Makan, (Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2020) bahwa banyak orang kalap saat hadir di sebuah acara yang menyuguhkan aneka menu prasmanan. Apa saja diambil seolah semua akan mampu dihabiskan. Padahal kemampuan perut terbatas.

Sisa makanan itu sampah. Tidak bisa dikonsumsi lagi. Jika tidak diolah, ia akan merusak bumi. Jadi, sebagaimana judul buku M. Faizi, kita berkontribusi merusak bumi jika tidak mampu menghabiskan makanan yang kita konsumsi.

Di sini godaannya tidak ringan. Tetapi jika mampu melakukannya, ini akan memiliki makna positif secara luas. Tidak hanya bagi diri pribadi, bagi komunitas, tetapi secara luas juga bagi bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun