Ngainun Naim
Â
Menulis itu tidak selalu mudah. Kadang juga sulit, bahkan sangat sulit. Kesulitannya bisa bersumber pada materi yang dibahas. Bisa juga kesulitan yang bersifat teknis. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi bila tidak mampu diatasi akan berimplikasi pada tidak jadi atau tidak selesainya sebuah tulisan.
Tulisan ilmiah, sejauh pengalaman, harus dilakukan dengan totalitas. Butuh data cukup, waktu memadai, dan suasana yang kondusif. Tanpa adanya hal-hal yang mendukung, proses menulis akan sulit berjalan secara maksimal.
Tulisan jenis populer lebih mudah dalam pengerjaannya. Sepanjang tema telah ditemukan dan ancangan poin-poin telah disusun, proses eksekusi bisa berjalan cepat. Tinggal menulis uraian dari masing masing ancangan.
Beberapa waktu lalu saya menulis tentang seorang kenalan yang baru wafat. Pertama-tama yang saya lakukan adalah menentukan tema dan judul. Setelah itu saya rancang poin-poin yang ingin saya tulis. Masing masing poin saya asumsikan akan berisi 2-4 paragraf.
Saya cermati ancangan kasar yang saya buat. Beberapa bagian yang kurang tepat saya benahi. Setelah dirasa tidak ada yang perlu dibenahi, saya mulai menulis.
Saya mengandalkan tulisan tangan untuk tulisan semacam ini. Alasannya sederhana yaitu saya bisa mengerjakannya di sela-sela kesibukan bekerja. Tinggal membuka buku tulis, ambil pena, lalu menulis.
Memang prosesnya lama karena saya menulisnya sedikit demi sedikit. Di sela jeda rapat, misalnya, kadang sekali menulis hanya satu kalimat. Kadang satu paragraf. Kadang juga beberapa paragraf.
Saya tidak suka dikejar oleh target tertentu. Bagi saya, menulis yang nikmat itu ya menulis. Menulis, menurut keyakinan saya, ada banyak manfaatnya. Jika tidak ada manfaat untuk orang lain, setidaknya memberi manfaat untuk diri saya sendiri.
Ada yang menilai model menulis semacam ini kurang efektif karena harus diketik ulang di komputer. Dinilai dari sudut pandang waktu memang semacam itu, tetapi proses dan tahapan natural semacam ini cukup saya nikmati.
Saya bersyukur ada mahasiswa yang membantu saya menyalin tulisan tangan menjadi ketikan. Tulisan ini pun awalnya adalah tulisan tangan. Setelah diketik saya baca ulang, cermati, dan benahi.
Di tengah kesibukan harian yang lumayan menyita energi dan waktu, sebuah tulisan bisa diselesaikan. Memang tidak mudah tetapi harus diperjuangan.
                                        Â
Tulungagung, 13 Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H