Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hidup, Jalan Kaki, dan Spirit Gerak

17 Oktober 2022   16:17 Diperbarui: 17 Oktober 2022   16:20 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya banyak membaca kisah orang yang relatif sehat, bahkan di usia tua. Salah satu rahasianya adalah tidak malas bergerak. Ada saja yang dilakukan untuk mengisi waktu. Hal itu yang membuat jiwa dan raganya sehat.

Saya pernah mendapatkan cerita dari seorang kolega yang usianya sudah 65 tahun. Beliau cukup sehat. Ketika saya tanya ternyata salah satu kuncinya adalah aktif bergerak dan tidak memanjakan tubuh.

Saya sendiri sesungguhnya sangat tahu dan menyadari arti penting jalan kaki. Namun demikian ada saja alasan untuk tidak melakukannya.

Dulu saat sekolah dasar dan SMP aktivitas fisik ini cukup maksimal. Jarak sekolah dengan rumah sekitar 500 meter dijalani dengan jalan kaki santai. Sore hari ngaji di madrasah yang jaraknya 1,5 KM juga dengan jalan kaki. Saat itu memang jarang yang memiliki motor untuk antar jemput anak.

Saat SMA juga kembali jalan kaki. Maklum ada di lingkungan pondok pesantren. Pagi ke sekolah dengan jarak 500 meter dengan jalan kaki. Sore dan malam hari ngaji juga jalan kaki menuju lokasi. Jadi jalan kaki sudah menjadi bagian hidup.

Nah, jalan kaki mulai berkurang saat kuliah. Sebabnya karena memiliki sepeda. Jadi sejak itu jalan kaki sudah semakin jarang dilakukan.

Kini kerja saya lebih didominasi dengan duduk. Jalan kaki jarang dilakukan kecuali dengan kesadaran. Tanpa kesadaran, jalan kaki tidak akan saya lakukan. Padahal ini adalah salah satu muara penyakit.

Mudahnya Memiliki Motor

Salah satu sebab kita malas jalan kaki karena mudahnya kita memiliki sepeda motor. Dulu orang beli sepeda motor harus memiliki dana yang cukup. Saat itu belum musim kredit. Semuanya harus tunai. Karena itu jarang ada orang yang beli sepeda motor baru karena cukup mahal.

Seingat saya, Almarhum Bapak membeli sepeda motor pertama kali pada tahun 1982. Itu pun bukan motor baru. Karena kami keluarga sederhana sehingga dibutuhkan usaha sangat serius untuk memiliki sebuah sepeda motor.

Saya sendiri tidak tahu usaha yang dilakukan Bapak. Maklum saat itu saya masih kecil. Jadi belum tahu menahu tentang persoalan semacam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun