Ngainun Naim
Tuhan terus menerus menciptakan "titik" dan manusia menggerakkannya menjadi garis, bidang dan ruang. Ketika manusia stop bergerak, "titik" lah dia, game over--Ahmad Rozali
Saya tidak mengenal nama Ahmad Rozali secara personal. Beliau teman di Facebook. Saya menyukai status-status beliau yang inspiratif.
Salah satu statusnya adalah yang saya kutip di atas. Inti status itu adalah pentingnya gerak dalam hidup. Gerak itu mencakup fisik, sosial, intelektual, dan juga spiritual. Manusia yang tidak mau melakukan gerak akan cepat mati.
Status itu memberikan daya dorong luar biasa pada diri saya. Jika selama ini saya kurang bergerak, status itu menjadi pengingat. Ya, hidup yang sehat harus diimbangi dengan gerak, bukan hanya diam.
Salah satu bentuk gerak adalah jalan kaki. Terlihat sederhana tetapi semakin sedikit yang mau melakukannya. Jalan kaki kalah dengan sepeda motor atau mobil.
Orang Indonesia tampaknya kurang dalam gerak. Lihat saja bagaimana orang mengeluh saat jarak parkir sejauh 200 meter. Lihat juga bagaimana aplikasi online dipilih untuk jarak 1-2 kilometer.
Tentu itu bukan hal yang salah. Fasilitas kendaraan tersedia. Dana juga ada. Dibandingkan jalan kaki tentu lebih menarik naik kendaraan.
Jalan kaki memang banyak tantangannya. Ada persoalan jalanan yang kurang memadai, tawaran tumpangan orang yang kenal, disebut bergaya, dan banyak hal lain yang membuat orang harus berpikir untuk jalan kaki, utamanya di ruang publik.
Jika dicermati, jalan kaki itu banyak sekali manfaatnya. Kesehatan tentu menjadi aspek utama yang bisa diperoleh dari aktivitas jalan kaki. Para ahli kesehatan merekomendasikan untuk melakukan aktivitas jalan kaki minimal 30 menit setiap harinya. Jika dilakukan secara rutin, dampaknya sangat terasa terhadap kesehatan.