Jarum jam menunjukkan angka 13.00 WIB. Saya pamit kepada Wakil Rektor 2, Dekan FAI, dan segenap dosen Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang. Tugas mengisi acara sudah saya tunaikan. Giliran selanjutnya adalah ziarah ke makam Guru Bangsa KH Abdurrahman Wahid.
Beruntung saya mendapatkan fasilitas istimewa. Saya diantar dan didampingi sampai makam. Sungguh keberkahan yang harus saya syukuri.
Hari sabtu siang itu, 13 Agustus 2022, suasana makam sangat padat. Pada jam itu para santri pulang sekolah. Ratusan peziarah kusyuk berdoa. Sementara ratusan lainnya antri mendapatkan giliran masuk.
Dengan pengawalan Mas Asep Kurniawan dan Mas Falah, saya bisa langsung duduk di sisi timur makam. Saya segera berdoa. Sungguh, berdoa di makam para ulama besar memiliki makna luar biasa bagi saya pribadi.
Usai berdoa, Mas Asep dan Mas Falah mengajak saya foto di beberapa sudut. Tentu ini bisa menjadi dokumen pribadi. Saya sendiri sesungguhnya tidak terlalu sering berfoto, kecuali memfoto objek tertentu.
Sesaat keluar dari makam ada seseorang memanggil. Saya menyalami. Beliau ternyata mahasiswa S3 Studi Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah yang pernah saya ajar. Karena zaman pandemi, ngajarnya online. Justru di Tebuireng kami pertama kali berjumpa secara langsung.
Setelah bicara sesaat, kami berpisah. Saya menuju masjid untuk melaksanakan shalat jamaah. Memori saya terbawa pada suasana saat mondok di awal tahun 1990-an. Saya mirip dengan para santri yang tengah shalat dan ibadah sunnah di sekililing saya.
Menjelang pulang, Mas Asep menunjukkan bagian penting untuk foto. Ya, di depan gedung yang ada tulisannya Tebuireng. Paling tidak foto ini menjadi saksi bahwa sekilas waktu pada Sabtu 13 Agustus 2022 saya pernah mengunjungi PP Tebuireng Jombang
Tulungagung, 14 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H