Spirit literasi guru-guru kita semakin hari semakin menggembirakan. Sejauh yang saya amati, semakin banyak saja guru yang menulis dan menerbitkan buku. Tentu saja ini fenomena positif yang menggembirakan.Â
Jika spirit ini terus dijaga dan dikelola secara baik, saya yakin ke depan, guru yang mau dan mampu bergelut dengan dunia literasi bukan lagi barang langka yang sulit dicari.
Guru yang menekuni dunia literasi jelas berbeda dengan yang tidak menekuni. Guru pegiat literasi jelas memiliki pengetahuan yang lebih luas. Mereka juga memiliki tulisan yang bisa dibaca oleh masyarakat luas.Â
Hal ini menunjukkan bahwa guru pegiat literasi itu memiliki peluang yang jauh lebih luas untuk menyebarkan ilmu yang dimilikinya dibandingkan dengan guru yang tidak menekuni dunia literasi.
Saya menemukan kisah heroik seorang guru di Jember dalam menulis. Kisah ini saya temukan di laman facebook. Guru tersebut menulis panjang lebar statusnya dalam bahasa Jawa. Saya membaca secara cermat kata demi kata.Â
Maklum, bahasa Jawa saya---meskipun pernah menulis artikel dan cerita berbahasa Jawa---kurang menggembirakan. Jadi saya harus membacanya secara pelan-pelan agar bisa menangkap isi dan makna tulisannya.
Guru tersebut kini telah menerbitkan beberapa judul buku. Buku yang awalnya berasal dari kumpulan cerita pendek karya beliau yang dimuat di majalah berbahasa Jawa. Juga ada buku dongeng berbahasa Indonesia. Sungguh saya sangat senang menemukan kisah yang penuh semangat semacam itu.
Saya juga mengenal seorang guru yang telah menulis beberapa buah buku. Buku-buku beliau cukup inspiratif. Banyak ilmu dan perspektif mencerahkan yang beliau tawarkan di buku-buku yang ditulisnya.
Guru-guru yang menulis dan menerbitkan buku semakin hari semakin banyak. Seorang kolega dari Mojokerto, Akhid Afnan, S.Ag., M.Pd. juga baru saja menerbitkan buku karyanya.Â
Judul bukunya Madrasah Inovatif. Buku ini kebetulan diterbitkan oleh Akademia Pustaka, sebuah penerbitan indie yang kebetulan dikelola oleh anak-anak muda yang saya bina. Tentu, saya ikut berbahagia atas terbitnya buku kolega yang kini menjadi guru MI di Mojokerto tersebut.
Terbitnya buku ini melalui proses yang cukup panjang. Awalnya hanya diskusi via WA. Saat saya mengisi acara di Mojokerto, Akhid Afnan datang bersama istrinya.Â