Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

HP Hilang

3 Agustus 2015   14:44 Diperbarui: 3 Agustus 2015   14:44 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman kantor pada tanggal 13 Juli 2015 lalu bercerita bahwa HP-nya hilang. HP yang dimilikinya cukup mahal. Saya tanya berapa harganya, ia tidak menjawab secara terus terang. ”Ya hampir setara gaji ke-13 lah,” katanya.

HP tersebut hilang dalam perjalanan dari Bandara Juanda menuju Terminal Bus Bungurasih Sidoarjo. Ia baru menyadari hilangnya saat sampai di terminal. Tentang posisi yang tepat di mana hilangnya, ia tidak mengetahui. ”Namanya juga hilang. Kalau tahu di mana letaknya, tentu tidak hilang,” jawabnya.

Setahu saya, ini merupakan kehilangan kedua dari HP yang ia miliki. Beberapa tahun lalu ia kehilangan HP saat hadir di acara shalawat yang menghadirkan Habib Syekh dari Solo. Sebagaimana umumnya, acara shalawatan tersebut dihadiri ribuan jamaah. Dalam keriuhan ternyata ada yang memanfaatkan suasana. Seseorang mengambil HP Blackberry milik teman tersebut.

Cerita kehilangan HP dialami oleh beberapa teman, termasuk saya sendiri. Saat HP hilang, tentu ada emosi dan kemarahan. Aspek yang paling berat adalah data. Ratusan kontak hilang dalam sekejap. Dan kerja mencari kontak yang hilang itu tidak mudah.

Salah satu cara untuk antisipasi kejadian buruk adalah menyalin nomor-nomor yang ada di buku catatan atau di komputer. Jika sewaktu-waktu ada kejadian tidak diharapkan, data kontak masih tersedia.

Menyalin nama dan nomor kontak memang menjemukan. Padahal jumlahnya bisa ratusan. Inilah yang kemudian menjadikan kita tidak punya data saat HP hilang atau rusak. Jika kita ingat kerugian semacam itu maka kerja menjemukan menyalin kontak akan tetap dilakukan.

Ada juga cara yang lebih canggih, yaitu menyimpan di data jaringan internet. Misalnya di yahoo atau gmail. Tentu ini buat mereka yang HP-nya canggih dan terhubung ke internet. Mereka yang HP-nya jadul tentu tidak bisa melakukannya.

Tahun 2007 saya ada tugas ke Jakarta. Setelah acara selesai saya meluncur ke Tangerang, tepatnya di Kronjo. Adik laki-laki saya yang bertempat tinggal di sana mendapatkan anugerah, yaitu memiliki anak.

Dari lokasi acara di Tebet saya naik bus kota menuju Kalideres. Sebagai orang kampung, beberapa kali saya keliru bus, tapi syukur akhirnya ketemu bus yang saya cari. Di bus inilah saya mengalami peristiwa yang tidak akan saya lupakan. Saat itu HP saya terjatuh di tempat duduk. Orang yang duduk di samping saya dengan baik hati memberitahukannya. Seandainya pun dia ambil saya juga tidak tahu. Ternyata orang baik ada di mana-mana, termasuk di Jakarta.

HP saya justru hilang tidak di Jakarta, tetapi di Ponorogo. Saat itu, tahun 2008, saya akan berangkat kuliah ke Yogyakarta. Istri mengingatkan saya agar tidak menaruh HP di saku baju karena mudah diambil orang, terutama saat terlelap. Rupanya ia hafal jika suaminya begitu mudah tidur, khususnya di bus. Saya pun mengikuti sarannya.

Bus Trenggalek Ponorogo ukurannya kecil. Tapi hari minggu di tahun 2008 saat saya berangkat ke Yogyakarta betul-betul penuh sesak. Penumpang penuh sesak bak ’ikan pindang’ sejak dari Trenggalek sampai Ponorogo. HP, sesuai saran istri, saya masukkan saku celana.

Saya tidak tahu bagaimana ceritanya tetapi begitu sampai di terminal Ponorogo HP jadul saya hilang. Saya kira tertinggal di bus, tetapi setelah saya cari hasilnya nihil. Saya nyaris yakin hilangnya di bus saat penumpang penuh sesak.

Kehilangan HP berikutnya terjadi tahun 2010. Kali ini tidak main-main karena langsung 2 buah. Saat itu saya sedang berada di Yogya. Sedih, itu pasti. Memang, dalam kondisi semacam itu pilihan terbaiknya adalah pasrah dan mendoakan si pencuri semoga mendapatkan hidayah Allah.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun