Mohon tunggu...
Ngainaya Zahrotul Fitriyah
Ngainaya Zahrotul Fitriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Jurusan Sosiologi di Universitas Airlangga

Obsessed with learning new things in life.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dapatkah Saya Berhenti menjadi Introvert dan Berubah Menjadi Seorang Ekstrovert?

14 Mei 2022   19:30 Diperbarui: 14 Mei 2022   20:41 8921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pinterest.com/Roni

Seiring berjalannya waktu, kita akan tumbuh, berkembang dan berubah seperti sewajarnya, tetapi seorang introvert akan selalu memiliki jiwa introvert dalam dirinya

Penulis sebagai seseorang dengan tipe kepribadian introvert, salah satu memori masa kecil yang teringat adalah ketika mayoritas anak di kelas ingin mendapat tempat duduk paling depan, penulis selalu memilih tempat duduk paling belakang dan kalau bisa paling pojok. 

Bukan karena takut tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, tetapi hanya tidak ingin terlihat, tidak ingin menjadi pusat perhatian apabila dipanggil ke depan dan lain sebagainya. Tidak pernah terlintas dalam pikiran bahwa itu adalah tanda-tanda awal introversi.

Ketika beranjak remaja, tanda-tanda introversi tersebut semakin jelas terlihat. Contohnya ketika setiap anak di SMPN 3 Genteng dianjurkan untuk mengikuti setidaknya satu kegiatan ekstrakulikuler, yang terbayang di dalam pikiran adalah keramaian, sosialisasi dengan murid lain dan menghabiskan banyak waktu di luar rumah. 

Ingin sekali rasanya mengikuti ekstrakulikuler basket dan taekwondo dan karena takut menyesal tidak mendaftarkan diri, akhirnya penulis memutuskan untuk mengisi formulir pendaftaran taekwondo, tatapi pada saat hari latihan pertama tiba, ketakutan-ketakutan tadilah yang menang. Teringat dengan jelas pada hari itu ingin sekali datang dan belajar taekwondo tapi malah memutuskan untuk mengundurkan diri.

 Beberapa pertanyaan mengenai introversi telah terjawab setelah beranjak dewasa dan semakin memahami diri sendiri. Seperti, apakah kita akan dapat sepenuhnya berhenti menjadi seorang introvert ketika memutuskan untuk merubah kepribadian menjadi ekstrovert? Jika kalian adalah seorang introvert, kalian mungkin ingin mengetahuinya. 

Bisakah seorang introvert berubah menjadi ekstrovert?

"We live in a society that celebrates extroversion. In many cases, it's a desire to belong and be accapted that prompts introverts to change." Ucap psikolog  Dr. Erika Martinez, Psy.D., kepada majalah Bustle. 

Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa masyarakat di lingkungan kehidupan kita sangat menguggulkan ekstraversi, sehingga banyak orang yang akhirnya merasa perlu untuk menjadi ekstrovert agar dapat menjadi bagian dan terima dalam suatu kelompok sehingga mendorong para introvert untuk berubah.

Sebagian besar bidang kehidupan mulai dari lingkungan kerja, sekolah, dan masyarakat sosial mengunggulkan ekstraversi. Seorang yang introvert perlu mendorong diri mereka untuk keluar dari zona nyaman ketika dia memiliki pekerjaan yang melibatkan jaringan dengan orang lain  atau berbicara di depan umum. Hal seperti ini disebut "kebutuhan sosial".

Lalu, apakah seorang introvert dapat sepenuhnya merubah diri kita menjadi seorang ekstrovert? Jawabannya tidak. Berikut penjelasannya.

Sebagai seorang introvert, penulis pernah memiliki teman yang mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah introvert, tetapi sekarang menjadi ekstrovert setelah dia belajar bagaimana menempatkan diri di luar sana. Penulis paham dengan maksut pernyataan tersebut. Kita semua tumbuh dan berubah seiring waktu.

Secara pribadi, penulis dulunya adalah seseorang yang sangat-sangat pemalu dan tidak memiliki kepercayaan diri.

Namun, ketika menginjak usia 20 tahun dengan berbagai tekanan di dunia perkuliahan yang mengharuskan untuk bersosialisasi, ketika telah merasa nyaman dan menerima diri sendiri, seperti ketika menemukan style pakaian yang cocok atau menemukan ukuran jeans yang sesuai, sering kali mendapati teman lama yang mengatakan bahwa penulis sekarang adalah sosok orang yang berbeda atau sudah memiliki banyak perubahan dalam segi kepribadian.

But deep down, penulis masih merasa seperti orang yang sama. Masih menyukai melakukan aktivitas sendirian, tetap memiliki sedikit teman dekat yang benar-benar penulis hargai dan sayangi. Meskipun kesulitan untuk benar-benar membuka diri sudah berkurang, penulis masih sering merasa kelelahan setelah bersosialisasi dengan orang lain.

Kesimpulannya yang dapat dipahami adalah kita sebagai introvert dapat belajar bagaimana caranya mengatur energi kita, bagaimana membangun kepercayaan diri dan bersosialisasi sesuai dengan kebutuhan kita, meskipun hal-hal tersebut bukanlah sesuatu yang natural dari dalam diri kita. Hal ini juga berlaku pada ekstrovert, mereka juga dapat belajar makna ketenangan dengan mencoba melakukan aktivitas sendirian.

Namun, yang perlu diingat lagi adalah kita tidak dapat "sepenuhnya berubah" menjadi ekstrovert ataupun introvert sebagaimana kucing tidak dapat berubah menjadi anjing.

Contoh sederhananya, yaitu saat berada di bangku SMP, penulis menyadari bahwa memiliki tubuh yang gemuk berarti tidak dapat memakai pakaian-pakaian bagus karena ukurannya selalu tidak muat. Sehingga penulis belajar untuk diet dengan memakan makanan sehat. 

Memakan makanan sehat adalah sesuatu yang sulit karena sejak kecil penulis sangat menyukai junk food, camilan manis dan minuman manis, tetapi dengan keinginan untuk menurunkan berat badan yang kuat, penulis berusaha belajar untuk makan makanan sehat. Namun begitu, bukan berarti bahwa penulis sudah tidak menyukai junk food, camilan manis dan minuman manis.

Penting untuk mengetahui bagaimana sebaiknya memperlakukan seseorang yang introvert, terutama mereka yang masih muda

"Bagaimana cara membantu introvert?"

Pertama, berhenti berusaha memperbaiki seseorang yang introvert. Tidak ada yang salah dengan menjadi seorang introvert, jangan melihat introvert sebagai orang yang tidak normal.

Kedua, cobalah untuk menerima mereka. Tunjukan bahwa menyukai kesendirian bukanlah hal yang negatif ataupun tidak normal.

Selanjutnya, jika kalian benar-benar peduli, tunjukan bahwa kalian memang peduli dan ingin yang terbaik untuk mereka. 

Buatlah mereka memahami (with non-toxic way) bahwa keluar dari zona nyaman terkadang memang perlu agar kita dapat berkembang sehingga seluruh potensi yang kita miliki dapat termaksimalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun