Sebagai seorang pemerhati dan pelaku usaha wisata, mungkin hampir semua tempat wisata telah kami kunjungi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Menurut hemat kami setiap wisatawan pasti memperhatikan 5 hal sebelum memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata yakni, harga, kenyamanan, keindahan tempat wisata, keamanan serta promosi paket wisata yang menarik dan menempatkan promosi di media online serta kerjasama dengan beberapa perusahaan unicorn dunia.
1. Bicara tentang harga menyangkut harga tiket pesawat, harga hotel, harga paket wisata dan harga transport darat maupun laut untuk menuju tempat wisata. Agar harga kita kompetitif beberapa langkah strategis bisa dilakukan seperti penggerakan BUMN maskapai nasional untuk membuat paket tiket dan hotel yang murah, pemberian insentif kepada pelaku usaha di bidang industri parawisata berupa tax allowance, tax heavens atau insentif pajak lainnya. Pemberian insentif ini selain untuk menstimulus pengembangan usaha di bidang parawisata juga agar dapat menciptakan low cost terhadap harga jual wisata yang dapat berkompetisi dengan negara lainnya.
2. Bicara tentang kenyamanan tentunya kita harus melihat unsur konektifitas flight penerbangan yang memadai, infrastruktur penunjang wisata yang memadai seperti, transport baik darat maupun laut serta airport dan fasilitas dasar di tempat wisata wc yang bersih, restoran yang bersih, tempat istirahat yang tertata rapi dengan menampilkan beberapa spot untuk selfie dan yang terakhir fasilitas free wifi di setiap lokasi wisata.
3. Keindahan wisata harus terjaga dengan baik dan tertata rapi melalui pengelolaan yang profesional. Menurut saya badan pengembangan pariwisata yang ada sekarang harus bekerja langsung dibawah perintah presiden dengan wewenang yang luas agar dapat melakukan sinergi dengan berbagai macam BUMN, BUMD, Pemda di daerah wisata setempat serta berbagai kementerian terkait agar dapat bebas berkreatifitas secara maksimal dalam melakukan promo wisata dan dapat menciptakan icon wisata yang mendunia. Jangan di berikan pengelolaan oleh Pemda setempat secara mandiri namun harus bersinergi dengan Badan tersebut.
Badan pengembangan parawisata harus berorientasi bisnis dan dapat mandiri dengan diisi oleh orang orang profesional sehingga Pengembangan parawisata Indonesia harus dapat menciptakan 5 sustainable lokal di tempat daerah wisata berada yakni di bidang lingkungan hidup (Environmental sustainable), kebudayaan (Culture sustainable), sumber tenaga kerja (Human resources sustainable), pemberdayaan masyarakat sekitarnya (Society sustainable), dan yang terakhir adalah penggunaan bahan baku lokal setempat yang diutamakan (Raw material sustainable).
4. Keamanan juga menjadi faktor penentu dimana parawisatawan dapat dengan nyaman terjaga dari berbagai gangguan seperti banyak copet, pedagang liar, pengemis dan calo tiket. Tata kelola secara profesional perlu dilakukan dengan menggandeng pihak swasta selain pemda setempat. Pusat perdagangan souvenir harus betul betul nyaman, aman dan harga serta kwalitas barangnya dapat terjaga dengan baik.
5. Promosi tepat sasaran dan kerjasama dengan perusahaan online dan perusahaan unicorn ternama di dunia. Buatlah kerjasama dengan mereka untuk mempromosikan wisata Indonesia seperti Grab, Uber, Didi Chuxing, Stripe, Wework, Airbnb, Printerest, Bitcoin, Flipkart, Spotify, Snapdeal, Baidu, C trip, We chatt, Alibaba, JD line dan lain lain. Semua yang berbasis online dan teknologi informasi berpengaruh sangat cepat agar wisata Indonesia dikenal oleh dunia.
Selain itu promo wisata halal harus terus ditingkatkan mengingat Indonesia 3 tahun ini yakni Lombok berturut turut dinobatkan menjadi wisata halal terbaik.
Wisata muslim  China mempunyai potensi yang besar selain dari Timur Tengah, Ningxia dan Xian menjadi 2 daerah yang memiliki 100 juta wisatawan muslim yang mencari tempat wisata muslim friendly. Untuk ini maskapai penerbangan langsung dari luar negeri harus dibuka seluas-luasnya dengan kerjasama dengan maskapai luar jangan hanya terbang ke Bali saja tetapi juga direct flight ke Lombok, Medan, Menado dan berbagai daerah wisata lainnya.
Saya yakin apabila program diatas dapat dilaksanakan dalam 2 sampai 3 tahun jumlah wisatawan yang ke Indonesia dapat mencapai 30 juta bahkan lebih bukanlah hal yang mustahil. Kita pasti bisa mencapai target tersebut dengan melibatkan semua pihak baik Kementerian, BUMN dan BUMD, Badan pengembangan wisata, Pemda lokal serta masyarakat lokal agar mereka sadar bahwa wisata telah menjadi potensi besar untuk penerimaan devisa negara dan sebagai motor peningkatan growth pertumbuhan ekonomi setempat yang tertinggi dan akan menjadi sumber penerimaan terbesar bagi masing-masing daerah.
DR. NGADIMAN, SH, SE, M.Si
(Pemerhati wisata, Pengusaha di bidang wisata, Konsultan Pajak dan Keuangan, Lawyer dan Akademisi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H