Mohon tunggu...
Ngabila Salama
Ngabila Salama Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Dokter PNS Dinas Kesehatan DKI Jakarta

Sebuah opini dari dr. Ngabila Salama, MKM - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta - Sekretaris Umum Organisasi Dokter Alumni SMANDEL Jakarta - Pengurus IDI Wilayah DKI Jakarta - Mahasiswa S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI - Ibu tiga anak

Selanjutnya

Tutup

Healthy

17 Fakta Bahaya Rokok dalam Hari Tanpa Tembakau Sedunia oleh Ngabila Salama

3 Juni 2023   06:50 Diperbarui: 8 Juni 2023   17:25 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rokok tidak hanya menyebabkan gangguan kesehatana fisik, tapi juga mental, perkembangan, IQ, dan masalah multidimensional lain termasuk sosioekonomi. Tidak hanya mengenai perokok aktif (1st hand smokers), tapi juga pasif (2nd and 3rd hand smokers). Tidak hanya berdampak pada permasalahan kesehatan jangka panjang / kronis / penyakit tidak menular. Tetapi juga penyakit menular baik yang akut dan kronis. Risiko alergi dan infeksi akut berulang pun cenderung meningkat yang dapat membahayakan terutama kelompok rentan: ibu hamil, anak bayi dan balita, lansia, orang dengan imunodefisiensi / imunitas yang kurang.

2nd hand smokers adalah orang yang menghirup asap rokok secara langsung sedangkan 3rd hand smokers adalah orang yang menghirup asap rokok yang tertinggal di permukaan benda seperti tangan, HP, meja, baju, dll.

1. Paparan rokok dari orang lain (perokok aktif) mengandung 7000 zat kimia berbahaya (American Lung Association, 2017)

2. Studi menemukan bahwa orang tua perokok berasosiasi negatif dengan keterlambatan motorik dan perkembangan Bahasa (Polanska, 2015)

3. Studi di Indonesia menemukan bahwa orang tua perokok berkaitan dengan anak lebih rendah dan lebih kurus (Bella, 2022)

4. Anak-anak yang terpapar tembakau selama kehamilan memiliki risiko keterlambatan perkembangan saraf dan kognitif, serta neuropsikologis yang kurang optimal pada bayi prematur (Chen et al., 2013; Venkatesh et al., 2021)

5. Terjadi penambahan penduduk miskin di Indonesia maupun di DKI Jakarta sebesar 4,7 % (BPS DKI Jakarta, 2022).

6. Jika perokok miskin menghentikan atau mengurangi kebiasaannya dan uangnya dialokasikan untuk membeli daging maka konsumsi daging di rumah tangganya akan meningkat tiga belas kali lipat (Ahsan, 2019)

7. Satu dari lima anak di seluruh dunia tidak lepas dari masalah defisit perkembangan saraf hingga berpengaruh kepada kesehatan mental anak, termasuk (Intellectual Quotient) IQ rendah (Obradovi & Willoughby, 2019)

8. Rerata skor IQ penduduk Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara (Katadata, 2019)

9. Skor IQ anak Indonesia rata-rata 78,49. Urutan 130 se-dunia (Tempo, 14 Des 2022)

10. Studi menyebutkan bahwa konsumsi rokok yang tinggi sangat berpengaruh pada pertumbuhan, perkembangan, dan masalah kesehatan anak (Vuolo & Staff, 2013; Levy et al., 2013; Peterson & Hecht, 2017).

11. Gangguan Mental Emosional diderita oleh beberapa anak di DKI Jakarta: 5,9 % gangguan kesehatan mental dan 49 % gangguan kecerdasan anak

12.Isu kesehatan jiwa dan isu zat adiktif menjadi 8 isu utama masalah kesehatan anak dan remaja. Terutama di daerah perkotaan.

13. Terjadi penambahan penduduk miskin di Indonesia maupun di DKI Jakarta sebesar 4,7 % (BPS DKI Jakarta, 2022).

14. Kecenderungan konsumsi rokok pada keluarga penerima bansos lebih besar dari non-bansos (Dartanto et al, 2021)

15. Permasalahan maupun isu terjadi seiring dengan masih stagnan prevalensi perokok di Indonesia dan DKI Jakarta dalam 10 tahun terakhir. Jumlah di Indonesia: perokok dewasa 33 %, perokok anak 9,1 %. (Riskesdas, 2018)

16. Merokok banyak dilakukan di tempat terbuka, ruang makan, dan taman (Zafar Ullah et al., 2013) selain itu banyak juga dilakukan di area rumah masing-masing seperti kamar tidur, kamar mandi, dan teras rumah (Jeong et al., 2021). Lokasi tersebut diketahui dari hasil pencemaran paparan rokok pada anak-anak, dimana asap berasal dari 'arus utama' yang dihembuskan oleh perokok dan asap 'sidestream' yang melayang dari ujung rokok yang menyala.

17. Risiko anak < 6 tahun dengan pertumbuhan dan perkembangan abnormal akibat paparan rokok di keluarga:

A. keterlambatan motorik halus dan kasar (negrao, 2021)

B. ADHS (Attention-deficit hyperactivity disorder) (Aja, 2022)

C. Perkembangan saraf (Sarina, 2022)

D. Tingkat perhatian terfokus yang lebih rendah (Shanon, 2016)

E. Kemampuan bahasa anak (Kinga, 2017)

F. Perilaku adaptif yang lebih rendah (Grace, 2022)

G. Penurunan perkembangan motorik anak (Polanska, 2015)

H. Gangguan perkembangan Bahasa dan kognitif (Yang, 2018)

I. Anak lebih rendah dan lebih kurus (Bella, 2022)

J. Gangguan pendengaran (Yvonne, 2021)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun