Pelayanan kesehatan seyogyanya melekat di setiap masyarakat. Tidak terbatas di pemukiman tempat tinggal, Puskesmas, klinik, atau pun rumah sakit. Kesejahteraan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di rumah tahanan (rutan) atau lembaga permasyarakatan (lapas) masih kurang terjamah oleh pelayan kesehatan.
Srikandi HIV Jakarta Timur menginisiasi kegiatan untuk meningkatkan kepedulian kepada WBP Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA). Momentum Hari Kartini menjadi bukti aksi nyata mereka. Paket makanan tambahan diberikan kepada 100 WBP dengan status HIV di Rutan dan RS Pengayoman Cipinang.
Pembelian paket tersebut merupakan hasil donasi dari Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Kramat Jati & Tim Mobile VCT 10 Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur (Jaktim). Turut menyumbang Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Kepala Sudinkes Jaktim, 10 Kepala Puskesmas di Jaktim, Direktur RSUD di Jaktim, dan Pengelola Program HIV di Jaktim.
"Satu paket senilai Rp. 500.000,00 yang berisi 3 kaleng Susu Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), biskuit, susu UHT, dan berbagai vitamin dibagikan kepada 100 WBP dengan HIV. 70 WBP berada di Rutan Cipinang dan 30 WBP pasien rawat inap di RS Pengayoman”, ujar dr. M. Bal’an K. Rangkuti, MARS, Kepala Seksi P2P Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur.
Acara tersebut dilaksanakan di Aula Rutan Cipinang dan dilanjutkan dengan kunjungan ke ruang rawat inap TB-HIV di RS Pengayoman sekaligus membagikan secara langsung 30 paket PMT ke pasien.
150 orang hadir, termasuk diantaranya adalah Kepala Sudinkes Jaktim, Kepala Rutan Cipinang, Kepala Puskesmas Kecamatan, Direktur RSUD, dan KDS HIV Kramat Jati yang memeriahkan acara tersebut.
Kepala Rutan mengawali sambutan, “Terima kasih banyak atas bantuan jajaran Sudinkes Jaktim yang peduli kepada WBP kami. Semoga kerjasama kedepannya akan terus meningkat.” Beliau menjelaskan, kapasitas Rutan Cipinang untuk 1000 orang sudah overload karena saat ini dihuni 3000 orang. Jumlah kasus TB dan HIV setiap tahunnya terus meningkat, pada 2016 terdapat 51 orang penderita TB baru. Pasien terduga TB diisolasi sampai diagnosis TB tegak, dan jika sakit TB dilanjutkan isolasi sampai dinyatakan sembuh. Tenaga dan anggaran kesehatan yang minim di Rutan Cipinang diharapkan dapat ditingkatkan untuk kedepannya.
Kepala Sudinkes Jaktim, drg. Iwan Kurniawan, M.Si, MHKes membuka acara secara resmi, “Dari 1987-2016, terdapat 45.000 warga Jakarta yang HIV positif, 16.000 diantaranya ada di Jakarta Timur. Hanya 45% penderita HIV yang meminum obat ARV (Anti Retro Viral). HIV adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi dapat terkontrol dengan pengobatan ARV yang rutin dan tidak terputus. 59% pasien HIV meninggal karena TB, oleh karena itu kolaborasi TB-HIV amatlah penting. Pelayanan kesehatan harus ada dimana saja termasuk di Lapas dan Rutan. WBP harus mendapat perhatian dari Sudinkes dan Puskesmas di wilayahnya. Semoga acara ini menjadi sebuah inisiasi untuk keberlanjutan kegiatan serupa”.
Momen yang paling berkesan dan mengharukan adalah ketika dua orang penderita HIV dari KDS dan WBP memberikan testimoni dan semangat kepada 70 pasien lainnya yang hadir. “Saudara-saudaraku, saya memiliki status yang sama. Saya bisa bergaya dan berkarya di masyarakat, aktif di LSM, menjadi konselor dan manajer kasus karena saya selalu mengikuti anjuran tenaga medis dan tidak pernah putus ARV. Lihat badan saya gemuk, dan saya tidak tampak seperti penderita HIV. Jangan pernah percaya omongan yang bilang ARV tidak bermanfaat”. Perwakilan WBP juga berkata “Terima kasih kepada para dokter di Rutan ini yang sudah memperhatikan saya, darah saya di cek 3 bulan sekali, CD4 saya naik terus. Untuk saudaraku semua dimana pun kita berada nantinya, jangan pernah putus minum ARV dan yang belum minum ARV ayo segera minum agar kita selalu sehat dan bisa berkarya dengan produktif sehingga bermanfaat bagi banyak orang”.
dr. Julius, SH selaku koordinator TB-HIV Rutan Cipinang menjelaskan “Terdapat 126 pasien HIV baru dan 51 pasien TB baru di tahun 2016. Kematian tertinggi disini karena HIV dan TB. Terdapat 3 tahapan skrining TB dan HIV di Rutan Cipinang. Pertama kepada WBP baru di skrining TB dan HIV. Kedua survei batuk yang dilakukan oleh 30 orang kader SOS RUCI setiap saat (24 jam) dan penggalian aktif saat WBP berobat di klinik. Ketiga saat WBP akan bebas atau dipindahkan ke tempat lain".
Rutan Cipinang beberapa kali kehabisan obat terutama kotrimoksazole untuk profilaksis infeksi oportunistik dikarenakan anggaran klinik yang amat minim setiap tahunnya. Harapannya Sudinkes dan Puskesmas dapat membantu Rutan dengan mensubsidi obat-obatan.
“Getting to Three Zeroes”: tidak adanya kasus HIV baru, tidak adanya kematian karena HIV, serta tidak adanya stigma dan diskriminasi (sehingga kualitas hidup ODHA meningkat) diharapkan dapat segera terwujud. Aksi Srikandi HIV ini menjadi catatan penting perjalanan kesehatan Indonesia menuju "Three Zeroes".
Ngabila Salama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H