Dalam prosesnya mengupayakan harapan tersebut, manusia perlu memanipulasi dirinya agar faktor internal tidak mengganggunya, atau dengan kata lain kemalasan dan keakuan tersebut perlu dibunuh, jika tidak sanggup membunuhnya karena itu adalah bagian dari dirinya maka perlu dikata bahwa faktor internal tersebut harus ditekan sampai sekecil mungkin.
Kesenangan, kesenangan adalah hal lumrah dan bagus bagi semua umat manusia, akan tetapi kesenangan dapat membunuh harapan, maksud dari kesenangan disini adalah mengekang diri dengan euforia hiburan, membakar waktu hanya untuk sebatas menikmati kehidupan yang enak, tetapi dalam proses menjalani hidup sebagai manusia yang memerjuangkan harapan kenikmatan itu adalah tidak ada, manusia harus siap mengorbankan dirinya dalam kepahitan dan penderitaan hidup.
Memanupulasi tubuh artinya memanipulasi kepedihan menjadi suatu kebahagiaan, memanipulasi rasa lelah menjadi rasa bangga, memanupulasi juga berarti mengubah "tidak" menjadi "iya" dan "malas nanti saja" menjadi "sekarang kita laksanakan" tidak ada yang sulit dalam memanipulasi tubuh sebab memanipulasi tubuh hanya memerlukan satu cara, yaitu memerkukuh niat. Kesungguhan dalam hati perlu dialirkan keseluruh bagian tubuh.
Harapan artinya visi kedepan, visi untuk semua manusia, visi yang menciptakan kehidupan lebih baik, harapan dibangun dari keinginan atas kebaharuan-kebaharuan yang lebih baik, lebih membawa kesejahteraan dan kebersamaan, harapan yang hanya dilukiskan dalan utopia wacana hanya akan membunuh harapan lainnya yang masih terkandung dalam hati sanubari manusia.
Harapan dapat digagas siapa pun akan tetapi tidak semua manusia dapat merealisasikannya menjadi sebuah kehidupan nyata, harapan hanya akan terlaksana ketika diupayakan, dilaksanakan, dibangun sebagai suatu kerangka hidup bersama. Harapan tidak boleh membunuh harapan hidup manusia lain, harapan harus dapat menciptakan yang lebih baik.
Kebahagiaan, kebahagiaan adalah Syurga sejati bagi manusia yang masih tinggal dibumi, tugas manusia yang masih hidup adalah menciptakan Syurga tersebut, barulah setelah mati berserah diri memasrahkan takdir pada Tuhan, apakah layak atau tidak mendapatkan Syurga Tuhan yang indah katanya.
Membangun Syurga dunia atau menciptakan ruang kebahagiaan adalah hasil dari upaya manusia melelahkan dan menyakiti dirinya sendiri demi mewujudkan harapan, maksudnya adalah tidak ada perjuangan yang menyenangkan jika manusia tidak bisa memaknai perjuangan sebagai proses kerja bersama yang dikerjakan dengan niat dan kesungguhan, jika perjuangan yang diartikan sebagai proses timbal balik yang berbicara tentang keuntungan uang, maka secara personal manusia tersebut belum dewasa, manusia yang mengharap uang dari proses kerja bersama atau perjuangan ia belum pantas berbicara solidaritas.
Keseriusan dan kesungguhan adalah modal utama, bagaimana kerja bersama diartikan sebagai penyatuan kekuatan, artinya keserisan dan kesungguhan berada dalam lingkungan pondasi, sebab ketika kerja bersama dipermainkan karena kemalasan atau lemahnya niat, atau buruknya kepentingan pribadi, konsekuensi bubarnya formasi yang sudah sejak jauh-jauh hari dibangun dan dirancang adalah suatu kenyataan yang tidak bisa ditolak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H