Mohon tunggu...
Nurul Furqon
Nurul Furqon Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Nama saya Nurul Furqon, saya berasal dari kabupaten Sumedang, riwayat pendidikan saya SDN Babakandesa, SMPN 1 Cibugel, SMAN Situraja. Dan sekarang saya menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru sebagai Ujung Tombak Kemajuan Bangsa

25 November 2020   12:00 Diperbarui: 25 November 2020   12:16 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru Sebagai Ujung Tombak Kemajuan Bangsa


Guru adalah orang yang paling berjasa dalam kemajuan bangsa, karena orang-orang yang akan memikul masa depan bangsa di kemudian hari adalah anak anak, dan tempat pembentukan karakter bagi setiap anak bangsa adalah sekolah. Namun sekolah hanyalah benda yang tidak bernyawa, hidupnya sekolah karena adanya guru, yang mengemban amanah pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa".

Pengertian guru itu sendiri, guru adalah orang yang mendidik, mengadakan pengajaran, memberi bimbingan, menambahkan pelatihan fisik atau non fisik, memberikan penilaian, dan melakukan evaluasi berkala berkaitan dengan satu ilmu atau lebih kepada seluruh peserta didik.

Dan pengertian lain mengenai guru adalah sebagai berikut.

Guru adalah tenaga pendidik profesional di bidangnya yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, memberi arahan, memberi pelatihan, memberi penilaian, dan mengadakan evaluasi kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya sejak usia dini melalui jalur formal pemerintahan berupa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. (Undang Undang No 14 Tahun 2005)

Guru adalah orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar (KBBI)

Kita harus belajar dari sejarah ketika jepang hancur karena bom atom di kota Hirosima dan Nagasaki, yang pertama kali ditanyakan oleh kaisar jepang adalah "berapa jumlah guru yang masih hidup", padahal secara logika yang seharusnya ditanyakan pertama kali adalah "berapa jumlah dokter yang masih hidup" karena dalam kondisi seperti itu kesehatan dalam keadaan yang kritis, tapi kaisar jepang malah menanyakan guru, itu semua karena kaisar jepang sangat mengerti betapa pentingnya peran guru dalam kemajuan bangsa, sebuah bangsa bisa mencapai kemajuan bila pemuda pemudanya pintar. Dalam keadaan jepang yang terpuruk satu-satunya jalan untuk jepang bisa bangkit kembali adalah intelektual rakyatnya, dan itu semua terbukti jepang yang dulu hancur dan terpuruk sekarang bangkit menjadi negara maju dan menjadi raja teknologi.

Bukti lain dari bangsa yang bisa berjaya karena kecerdasan anak bangsanya adalah Indonesia, kita tidak perlu jauh jauh pergi ke luar, di Indonesia bukti itu sudah ada, Indonesia tidak akan bisa merdeka tanpa adanya anak bangsa yang pintar-pintar, lihat bagaimana pintarnya Presiden pertama kita Ir. Soekarna dalam permainan birokrasinya dengan Belanda, dia beberapa kali memenangkan kesepakatan, lihat bagaimana cerdiknya Jendral Soedirman dalam perang geriliyanya, lihat Tan Malaka dalam permainan politiknya melawan belanda, pergi dari satu tempat ke satu tempat lainnya dengan berbagai identitas, sampai dia disebut Bapak Republik Indonesia, walaupun kita tahu sendiri akhir hidup dari Tan Malaka sangatlah tragis. Dan masih banyak anak bangsa yang pintar lainnya, yang berperan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa.

Kita juga bisa melihat ketika zaman kerajaan di Indonesia, semua kerajaan sangat gencar dalam mencerdaskan rakyatnya, seperti dengan adanya karesian, yang berperan untuk mengajarkan cara hidup yang baik dan bijak bagi rakyat di suatu kerajaan, setiap pangeranpun yang akan menjadi raja sangat besar sekali pelatihannya, agar pangeran tersebut bisa menjadi raja yang baik bagi rakyatnya. Keilmuan-keilmuan harus tetap turun dan terus dikembangkan, itulah sebabnya karesian dibentuk, dan sampai sekarangpun karesian masih ada dan tidak hilang, itulah yang diajarkan oleh leluhur kita, bahwa ilmu harus dijaga dengan cara diturunkan.

Begitupun dengan agama Islam yang menggunakan sistem pesantren, baik salafy maupun modern, itu semua agar menjaga keilmuan agama Islam tidak hilang dan terus berkembang, kita tidak akan pernah mengenal yang namanya Islam jika guru-guru kita terdahulu tidak menurunkan keilmuannya dengan cara mendirikan pesantren, tidak akan ada orang yang bisa membaca Al-qur'an jika guru kita tidak mengajarkan Iqra kepada kita, tidak akan ada Ulama bijak sekarang jika ulama terdahulu tidak menurunkan keilmuannya.

Selain menjaga keilmuan agar tetap ada, Islam juga mengajarkan untuk berhati-hati dalam memilih guru, Islam sangat menjaga kualitas sebuah guru, karena sebelum keilmuan itu diturunkan terlebih dahulu harus diseleksi apakah ilmu yang diturunkan itu benar, karena kualitas ilmu tergantung dari kualitas seseorang yang akan menurunkan ilmunya. Itu semua demi terjaganya ilmu yang benar dan sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. oleh karena itu islam sangatkan menekankan sanad keilmuan, sebuah ilmu tidak boleh diterima jika sumbernya tidak jelas dan orang yang akan menurunkan ilmu tidak boleh dijadikan guru apabila sanad keilmuannya tidak sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Kita telah melihat betapa pentingnya sebuah ilmu terus diturunkan, karena dengan intelektual anak bangsa yang matang, maka suatu bangsa akan mencapai kejayaan. Selain keilmuan yang harus tetap diturunkan, kualitas ilmu harus tetap dijaga, dengan cara menjaga kualitas seorang guru, oleh karena itu ada sebuah istilah "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" karena guru itu "digugu dan ditiru".

Runtuhnya suatu bangsa karena anak bangsanya yang bodoh, dan maju suatu bangsa karena anak bangsanya yang pintar, jika Indonesia ingin negara yang maju maka pendidikan harus menjadi prioritas utama, jika juga harus menekankan bahwa pendidikan dengan pembelajaran itu berbeda, indonesia tidaklah kekurangan orang pintar tetapi indonesia kekurangan orang pintar yang jujur, oleh karena itu pendidikan harus dikembangkan agar orang-orang menjadi beradab.

Namun ironisnya meskipun peran pendidikan sangat besar bagi kemajuan bangsa, di Indonesia pendidikan masih rendah, minat anak anak yang masih rendah terhadap pendidikan, fasilitas sekolah yang masih acak acakan, gajih guru yang masih kecil (jika membandingkan dengan negara lain) dan sistem pendidikan yang masih rancuh, jujur saya sendiri masih bingung dengan sistem pendidikan indonesia, katanya pendidikan itu mencerdaskan kehidupan anak bangsa tapi nyatanya yang saya lihat adalah pendidikan seperti percetakan mesih pekerja untuk menghasilkan uang bagi para pemilik modal, karena kita tidak menerapkan pendidikan untuk berfikir kritis dan terbuka tergadap ilmu atau kemajuan zaman, entah itu permainan kapitalis atau memang pendidikan kita yang masih rancuh, semoga saja kedepan pendidikan akan menjadi lebih baik.

Opini saya pribadi agar pendidikan bisa menjadi lebih baik dan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan cara meningkatkan kualitas guru, seperti misalnya dihapusnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) supaya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru, karena setiap orang yang akan menjadi pengajar di sekolah harus memiliki kualitas yang mumpuni, lalu jika FKIP dihapus maka dari mana kita akan mendapatkan pengajar ?

Jawabannya adalah dengan didirikannya Sekolah Tinggi/Institut/Akademi Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang langsung dibawah kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, atau dengan kata lain Pendidikan Tinggi (Dikti) keguruan menjadi ikatan dinas seperti AKMIL, AKPOL, STAN, IPDN, dan lainnya. Dengan begitu seleksi calon guru akan menjadi lebih ketat dan orang-orang yang menjadi guru adalah orang-orang yang terpilih dan memiliki kualitas. Bukankah jika guru memiliki kualitas tinggi dan akan menghasilkan murid-murid yang berprestasi dan jujur untuk kemajuan bangsa di masa depan, gaji guru dinaikan hingga ratusan jutapun negara ini tidak akan rugi ?

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari, yang terjadi sekarang adalah kualitas guru turun, jika calon guru saja ketika mereka kuliah masih menggunakan copy paste dalam tugasnya bagaimana dengan muridnya? jika gurunya saja malas ketika kuliah bagaimana dia akan rajin mengajara dan menciptakan murid yang rajin untuk belajar ? Yang terjadi sekarang adalah mereka calon guru atau sudah menjadi guru adalah mereka yang ketika menjadi murid kencing berlari, itu artinya istilah itu sekarang telah berubah menjadi guru kencing berlari, murid kencing menari.

Jika calon dokter saja masuk Fakultas Kedokteran (FK) sulit dan hanya diperuntukan bagi orang orang pintar, karena kedokteran menyangkut nyawa manusia, calon Perwira TNI masuk Akademi Militer (AKMIL) seleksinya sulit, dan hanya bagi orang-orang terpilih karena menyangkut kedaulatan negara, calon Perwira polis masuk Akademi Polisi (AKPOL) seleksinya sulit dan hanya hanya bagi orang-orang terpilih, karena menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat, calon Pemerintahan saja masuk Fakultas Hukum, STAN, IPDN, dan lainnya sulit, karena menyangkut kenegaraan, lantan kenapa calon guru masuk FKIP gampang ? Bahkan FKIP ada dimana-mana, bukankah semua yang tadi disebutkan diciptakan oleh guru ? Guru itu menyangkut masa depan bangsa. Tanpa guru, Dokter hebat, Panglima TNI, Kapolri, bahkan Presiden sekalipun tidak akan ada.

Selamat Hari Guru
25 November 2020

Terima Kasih

Salam Dari Penulis

Nurul Furqon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun