Mohon tunggu...
Nur Fajri Romadhon
Nur Fajri Romadhon Mohon Tunggu... -

Pemuda yang ingin berkontribusi terhadap pembangunan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mulia dengan Menghamba

31 Desember 2010   14:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:07 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tatkala Allah subhanahu wa ta’alaa hendak menciptakan Adam, para malaikat merasa ada sesuatu yang janggal, ada apa gerangan Allah menciptakan makhluk yang akan membuat keonaran di muka bumi dan menumpahkan darah? Ada apa gerangan sementara kami, para malaikat senantiasa beribadah kepada-Nya tanpa kenal lelah dan waktu? Tapi Allah subhanahu wa ta’alaa mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para malaikat. Maka setelah Allah subhanahu wa ta'alaa menciptakan Adam dan meniupkan padanya ruh, Allah subhanahu wa ta'alaa pun menunjukkan kelebihan Adam dibandingkan segenap malaikat lalu memerintahkan malaikat yang sebelumnya sangsi terhadap makhluk baru ini untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan.

Tahukah mengapa Adam, atau manusia pada umumnya, lebih utama dari malaikat dan seluruh makhluk ciptaan-Nya? Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'alaa hanyalah memuliakan anak Adam dengan ‘ubudiyyah (penghambaan). Penghambaan ini berbeda dengan penghambaan dan ibadah yang dilakukan oleh miliaran malaikat itu. Penghambaan ini lebih istimewa, karena ia lahir dari fitrah yang dilandasi dengan keinginan yang tulus. Penghambaan ini lahir dari jiwa-jiwa yang berkecamuk antara akal, fitrah, dan hawa nafsu di dalamnya. Sementara penghambaan yang diperbuat oleh malaikat terjadi karena mereka memang tidak diberi akal dan hawa nafsu. Manusia diberi dua jalan, untuk beriman dan menjadi hamba-Nya, atau kafir dan menjadi musuh-Nya. Adapun malaikat, maka tidak ada pilihan lagi bagi mereka kecuali untuk beribadah.

Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS At-Tahrim : 6)

Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (QS Al-Anbiya’ : 20)

Allah subhanahu wa ta'alaa juga berulang kali menyebut Rasul-Nya dengan pujian ‘ubudiyyah. Ya, Allah subhanahu wa ta'alaa memuji beliau tidak dengan sebutan pemimpin kota Madinah, tidak juga dengan titel manusia terbaik. Tapi Allah memuji beliau dengan sebutan ‘abd (hamba).

Allah subhanahu wa ta'alaa berfirman tentang Isra, 'penerbangan' super express dalam skala internasional dari Mekkah di Arab Saudi, menuju al-Quds ibukota Palestina:

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Mahamendengar lagi Mahamengetahui. (al-lsraa’: 1)

Berkenaan dengan perjalanan yang lebih spektakuler, Mi’raj, ke Sidratul Muntaha, melewati atmosfer bumi dan berlapis-lapis langit untuk menerima titah shalat lima waktu, Allah subhanahu wa ta'alaa berfirman:

Lalu Dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan  ... (yaitu) di Sidratil Muntaha. (QS An-Najm : 10 & 14)

Begitupun tatkala kaum musyrikin meragukan kebenaran dakwah beliau,

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS Al-Baqarah : 23)

Di tempat lain tentang kisah beliau dengan umat beliau dari golongan jin,

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya. (QS Al-Jinn : 19)

Untuk menjadi hamba-Nya sajalah manusia diciptakan. Menjadi hamba-Nya adalah dengan mengimani-Nya, rasul-Nya, dan menjalankan syari’at agama-Nya. Menjadi hamba-Nya (beribadah) dalam arti luas yang tidak hanya di masjid, tapi bisa diwujudkan dengan bekerja di kantor secara disiplin, menyelenggarakan pendidikan terhadap putra-putri bangsa di sekolah, melakukan kegiatan bakti sosial, menjaga keamanan dan kebersihan, mempraktekkan akhlak mulia, dan lain-lain. Sebab pengertian ibadah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah “seluruh perbuatan yang dicintai dan diridhoi Allah subhanahu wa ta'alaa baik yang lahir maupun yang batin”.

Karena hikmah inilah Adam, bapak manusia, diturunkan dari surga. Penghambaan tidak akan sempurna jika ia tetap di surga. Penghambaan baru akan sempurna bila dilakukan di tempat yang penuh godaan dan cobaan, di bumi. Allah subhanahu wa ta'alaa mencintai dan sayang kepada manusia serta hendak menempatkan mereka di kedudukan yang mulia dengan beribadah kepada-Nya saja.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Mahamemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi Mahakokoh. (QS Adz-Dzariyat : 56-58)

Namun, jika manusia yang telah ‘diprogram’ untuk menghambakan dirinya kepada Allah subhanahu wa ta'alaa ini malah enggan beribadah dan beramal shalih dan justru menerjang larangan-larangan-Nya atau menyekutukan-Nya maka sadar atau tidak ia telah berada di tepi jurang kebinasaan, di dunia hidupnya tidak tenteram, dan bukan mustahil akan mendapat azab baik di dunia maupun di akhirat. Maka bagaimana lagi jika ia yangn sebelumnya hanya setetes air mani nan hina itu berani mengenakan selendang kesombongan dan kecongkakan yang merupakan kekhususan-Nya, mengingkari keberadaan dan kuasa-Nya, serta lebih parah lagi sampai mengaku sebagai Tuhan?

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang dapat melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (QS Thaha : 124-127)


  • Bekasi, 12 Desember 2010.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun