Mohon tunggu...
Nur Fajri Romadhon
Nur Fajri Romadhon Mohon Tunggu... -

Pemuda yang ingin berkontribusi terhadap pembangunan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mulia dengan Menghamba

31 Desember 2010   14:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:07 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di tempat lain tentang kisah beliau dengan umat beliau dari golongan jin,

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya. (QS Al-Jinn : 19)

Untuk menjadi hamba-Nya sajalah manusia diciptakan. Menjadi hamba-Nya adalah dengan mengimani-Nya, rasul-Nya, dan menjalankan syari’at agama-Nya. Menjadi hamba-Nya (beribadah) dalam arti luas yang tidak hanya di masjid, tapi bisa diwujudkan dengan bekerja di kantor secara disiplin, menyelenggarakan pendidikan terhadap putra-putri bangsa di sekolah, melakukan kegiatan bakti sosial, menjaga keamanan dan kebersihan, mempraktekkan akhlak mulia, dan lain-lain. Sebab pengertian ibadah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah “seluruh perbuatan yang dicintai dan diridhoi Allah subhanahu wa ta'alaa baik yang lahir maupun yang batin”.

Karena hikmah inilah Adam, bapak manusia, diturunkan dari surga. Penghambaan tidak akan sempurna jika ia tetap di surga. Penghambaan baru akan sempurna bila dilakukan di tempat yang penuh godaan dan cobaan, di bumi. Allah subhanahu wa ta'alaa mencintai dan sayang kepada manusia serta hendak menempatkan mereka di kedudukan yang mulia dengan beribadah kepada-Nya saja.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Mahamemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi Mahakokoh. (QS Adz-Dzariyat : 56-58)

Namun, jika manusia yang telah ‘diprogram’ untuk menghambakan dirinya kepada Allah subhanahu wa ta'alaa ini malah enggan beribadah dan beramal shalih dan justru menerjang larangan-larangan-Nya atau menyekutukan-Nya maka sadar atau tidak ia telah berada di tepi jurang kebinasaan, di dunia hidupnya tidak tenteram, dan bukan mustahil akan mendapat azab baik di dunia maupun di akhirat. Maka bagaimana lagi jika ia yangn sebelumnya hanya setetes air mani nan hina itu berani mengenakan selendang kesombongan dan kecongkakan yang merupakan kekhususan-Nya, mengingkari keberadaan dan kuasa-Nya, serta lebih parah lagi sampai mengaku sebagai Tuhan?

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang dapat melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (QS Thaha : 124-127)


  • Bekasi, 12 Desember 2010.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun