Mohon tunggu...
Naufal Ilham Sutianto
Naufal Ilham Sutianto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Etika dalam Media Sosial

30 Desember 2013   10:25 Diperbarui: 4 April 2017   17:38 17830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecanduan / http://media.viva.co.id

[caption id="" align="aligncenter" width="467" caption="Media Sosial / smarteenblog.files.wordpress.com"][/caption]

Seberapa aktifkah teman-teman menggunakan jejaring sosial? Mungkin diantara kita, jejaring sosial tidak dapat dipisahkan lagi untuk kehidupan sehari-hari kita. Di era yang serba digital ini, jejaring sosial memudahkan kita berkomunikasi dengan banyak orang dari banyak kalangan. Mulai dari berkenalan dengan teman baru, bertemu kawan lama, berkawan lintas usia bahkan lintas daerah. Tren ini memang sudah mulai menjamur di kala penggunaan aplikasi chatting di era tahun 2000-an, berkembanglah menjadi sebuah situs sosial seperti faceook, twitter.

Saat ini perkembangan tidak hanya berada di situs internet saja, melainkan banyak sekali penggunaan aplikasi di handphone dan smartphone yang fungsinya seperti media sosial di internet. Sehingga batas dalam kehidupan sosial pun seakan-akan hambar atau tidak terlihat ada batasnya. Padahal sebenarnya dalam kehidupan sosial itu sendiri tentu ada batasnya, mulai dari norma, tata krama dll.

Untuk user tentu membedakan hal ini sangatlah mudah-mudah susah, kadang kita sendiri lupa dengan batas tersebut karena terlalu asyik dengan jejaring sosial. Kadang lupa dengan apa yang harus di share di publik atau hanya cukup disimpan saja.

Selalu menggunakan bahasa dan sosial yang baik. Setiap kehidupan hal yang paling mendasar dalam keseharian adalah bahasa dan logat hidup sosial kita. Tentu saat kita ingin memposting sebuah gagasan kita ke publik harus selalu menggunakan bahasa yang baik. Karena belum tentu kita saat berkomunikasi belum tentu bahasa kita dapat diterima, misal kalimat yang bersikap profokatif, berbau sara dll.

Hargai Orang Lain. Hal ini perlu diterapkan karena dengan ini, komunikasi de media sosial akan menjadi baik, misalkan kita menyapa orang tersebut dengan mengomentari status mereka, mengajak mereka berbincang bincang, sharing dll. Memang terlihat sepele, namun manfaat dari hal ini sanga baik untuk diri kita.

Jangan terlalu mempublish sesatu yang bersifat pribadi. Kebanyakan kebebasan itu hampir sulit dibedakan mana yang harus di sharekan atau tidak. Hal ini sangat penting untuk membuat kesan baik untuk diri kita di media sosial, karena misal terlalu mengumbar sesuatu yg tidak seharusnya, misal percintaan, hubungan keluarga dan yg bersifat pribadi, hendaknya cukup disimpan di diri saja.

Jangan terlalu overposting. Biasanya dari kita yang terlalu asyik dengan media online, memposting sesuatu yang berlebihan, mulai dari foto, status. Belum tentu yang kita share itu membuat orang nyaman. Lebih baik kita berbagi seperti informasi, seperti bertema kemajuan teknologi dll.

Berpikir tentang yang akan di share. Hal ini mulai dari status, foto, link, video dll. Mengapa demikian? Karena dengan kita selektif menggunakan media sosial sebagai bahan sharing, memudahkan kita memilih yang baik dan pantas untuk dibagikan ke publik, dan mana yang tidak.

Jadilah pribadi diri sendiri. Biasaya orang yang mempunyai kebiasaan cenderung di media sosial, akan membentuk karakter, yaitu, misal kita sering update status tentang problematika cinta, kita akan cenderung memposting kegelisahan itu. Bersikapdewasa dalam hal ini penting

Jangan terlalu banyak di depan media sosial. Hal terakhir yaitu, jangan terlalu banyak di depan media sosial, seperti yang diatas dapat mempengaruhi karakter pribadi, terlalu banyak di media sosial akan mempengaruhi hubungan bersosialisasi kita secara langsung. Misal tata bahasa saat bertemu orang langsung, bahkan bisa jadi kita lebih memilih silaturahmi menggukanan media online dari para bertemu langsung.

Akibat kecanduan media sosial contohnya seperti ini

[caption id="" align="aligncenter" width="597" caption="Kecanduan / http://media.viva.co.id"]

Kecanduan / http://media.viva.co.id
Kecanduan / http://media.viva.co.id
[/caption]

Dari contoh kasus diatas, hendaknya kita selektif dan bijak dalam menggunakan media sosial, jangan sampai mengalaku kecanduan, merugikan diri sendiri, terlebih orang lain.

Media sosial adalah tempat dimana dapat kita jadikan untuk berinteraksi dengan orang lain. Tanpa interaksi kita tidak akan menjadi makhluk sosial. Terlebih di era globalisasi ini, falilitas yang bersifat instan dan mudah digunakan adalah perkebangan di era modern ini. Dengan adanya fasilitas seperti ini, hendaknya kita tetap menggunakan dengan hal-hal yang bermanfaat, selain menjadikan kita bijak dalam bersosial, bersikap bijak pula dalam menggunakan kemajuan di era globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun