Mohon tunggu...
Naufal Umam
Naufal Umam Mohon Tunggu... Penulis lepas -

Dididik > 7 tahun oleh psikologi, seorang petualang kejiwaan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Obrolan dengan Teman yang Kesepian

9 Desember 2015   21:58 Diperbarui: 9 Desember 2015   22:51 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merasa miris bercampur bahagia mendengarnya. Miris karena melihat aura negatif jiwanya saat ini, tapi bahagia akhirnya aku tahu apa yang mengganggu pikirannya, "Ya itulah kehidupan dewasa bro. Kita hidup di jalan masing-masing."

"Buat gua, jalan kegagalan."

"Itu... itu yang buat kau murung akhir-akhir ini!"

"Apa? Sadar kalo gua gagal dan bakal hidup kaya gini aja selamanya?"

"Bukan, kau terlalu sibuk memperhatikan hidup orang lain dan lupa sama hidup sendiri"

"Habis bosan gua liat diri sendiri. Kadang seneng aja liat teman bisa sukses ngga stagnan kayak gua," bibirnya gemetar, saat itu aku tahu jika sedikit lagi ia meneruskan kata-katanya, air matanya akan jatuh. Dan aku pun tahu dia sangat tidak suka kelihatan lemah. Kemudian kami pun terjebak sepi sesaat di depan senja yang semakin memerah.

"Mungkin ada bagusnya kau ubah pikiran tentang 'sukses' itu. kalau kau berpikir seperti itu terus tak ada habisnya angan-angan kita."

"Maksudnya sob?"

"Coba pikir seperti ini, sukses itu adalah pertanyaan yang diberikan hidup untuk kita agar kita jawab sendiri tanpa mencontek orang di sekitar kita. Cara menjawab pertanyaan itu adalah dengan memberikan usaha terbaik untuk tantangan apapun yang ada dalam hidup kita sendiri. Setiap kita berusaha maksimal, berarti kita sukses, dan setiap kita berdiam diri berarti sukses itu belum terjadi."

Dia tertawa kecil, mungkin karena kalimatku terlalu filosofis, dia selalu menertawakan aku ketika aku berbicara tentang falsafah hidup sejak remaja karena dipikirnya aku aneh. "Lu tau ngga? Baru pertama kali ini gua rasa kalimat lu make sense selama lu berfilsafat sejauh ini!" ia meminum lagi kopinya sambil tersenyum geli.

"Ya baguslah, akhirnya berguna juga kan kebanyakan mikir," terasa ada beban berat yang terlepas dari diri ini, aku pikir dia akan tersinggung atau merasa digurui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun