Mohon tunggu...
Dwi Suparno
Dwi Suparno Mohon Tunggu... Administrasi - Pejuang Receh

Kuli pabri..Bisa ditemui di nfkaafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tari Kecak Uluwatu, Tarian Api nan Unik dan Atraktif

6 November 2018   16:05 Diperbarui: 13 November 2018   12:40 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nun disana,diatas tebing tinggi terlihat Panggung terbuka untuk pementasan Tari Kecak (dok.pri)

Sementara itu untuk lokasi pementasan tari Kecak sendiri berada di area luar obyek wisata Pura Luhur Uluwatu diatas tebing yang tinggi.Dari atas tebing inilah,penyajian alam laut Samudera Hindia terhampar indah dan mempesona.Pantaslah jika kawasan Uluwatu ini tak pernah sepi pengunjung.

Sambil menunggu waktu pementasan,kami berkeliling ke area Pura Luhur Uluwatu yang berada di sisi barat dari pelataran tersebut.Menaiki anak tangga yang lumayan banyak serta dipayungi pohon bunga kamboja yang berjejer rapi di pinggir jalan serta sayup sayup terdengar suara deru ombak laut selatan yang berada dibawah tebing akhirnya kami sampai di puncak Pura Luhur Uluwatu.

Anak dan istri foto bersama di anak tangga menuju ke Pura Luhur Uluwatu (dok.pri)
Anak dan istri foto bersama di anak tangga menuju ke Pura Luhur Uluwatu (dok.pri)
Tidak banyak aktivitas yang kami lakukan sesampainya di Pura Luhur Uluwatu.Sayangnya saat itu tidak ada aktivitas keagamaan di Pura.Hanya berbagai macam sesajen tertata rapi di dalam pura maupun di luar pura.

Saatnya Tari Kecak Beraksi

Sekitar jam 16.15 WITA,kami memutuskan untuk masuk ke panggung pementasan.Panggung ini berbentuk lingkaran dengan deretan kursi menghadap ke laut lepas dengan panorama sunset yang eksotis.Pertimbangan masuk lebih dini agar kami bisa mendapatkan tempat duduk terbaik untuk memotret atraksi tari tersebut. Spot terbaik yang berada di bagian tengah tangga ternyata sudah dipenuhi oleh para pengunjung yang kebanyakan wisatawan mancanegara.Ternyata kami kalah duluan masuknya.

Jam 16.00 WITA pengunjung sudah memasuki area panggung teater (dok.pri)
Jam 16.00 WITA pengunjung sudah memasuki area panggung teater (dok.pri)
Di tengah tengah arena terdapat obor tempat untuk menyalakan api sebagai perlengkapan pertunjukan.Sementara di area panggung,panas matahari masih terasa menyengat ketika kami berusaha mencari tempat duduk.Mendekati jam 17.00 WITA semua tempat duduk di teater tersebut sudah terisi bahkan ada yang harus rela duduk lesehan di lantai arena.Luar biasa antusiasme penontonnya.Tidak tersisa ruang bergerak sedikitpun.Rasanya seperti menonton pertandingan sepakbola nasional ketimbang tarian tradisional.

Penonton Tari Kecak di akhir pekan yang membludak (dok.pri)
Penonton Tari Kecak di akhir pekan yang membludak (dok.pri)
Selfie ditengah kerumunan penonton Tari kecak di Uluwatu (dok.pri)
Selfie ditengah kerumunan penonton Tari kecak di Uluwatu (dok.pri)
Tepat jam 17.00 WITA,seorang bapak berpakaian putih putih dengan ikat kepala khas Bali membawa sesajen dan duduk berdoa di depan tempat obor tersebut.

Setelah selesai berdoa,api dinyalakan.Dan pembawa acara memberi ucapan pembuka kepada seluruh pengunjung dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Inggris.Tak lupa pembawa cara juga menyarankan untuk membaca brosur cerita yang sudah dibagikan sebelumnya.

Tetua Adat sedang melakukan ritual berdoa sebelum pementasan Tari Kecak dimulai (dok.pri)
Tetua Adat sedang melakukan ritual berdoa sebelum pementasan Tari Kecak dimulai (dok.pri)
Dari brosur tersebut menyebutkan Tari Kecak ini adalah tarian Bali yang paling unik,karena tidak diiringi dengan alat musik atau gamelan apapun tetapi diiringi paduan suara sekitar 50 orang pria. 

Dari sejarahnya,tari kecak berasal dari jenis tari sakral "Sang Hyang".Jenis tari ini,seorang yang sedang kemasukan roh berkomunikasi dengan para dewa atau leluhur yang sudah disucikan.Dengan menggunakan si penari sebagai media penghubung,para dewa/leluhur dapat menyampaikan sabdanya.Mulai tahun 1930-an,mulailah disisipkan cerita epos Ramayana kedalam tari tersebut hingga saat ini.

Keriuhan penonton mendadak senyap saat puluhan laki laki bertelanjang dada memasuki arena. Mereka hanya mengenakan sarung kotak kotak dan menyelipkan bunga sepatu merah di salah satu telinganya.Sejak kemunculannya,para pria tersebut tak diam.Mereka berdecak-decak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun