Sudah menjadi rutinitas saya di setiap pagi mulai hari Senin sampai dengan hari Sabtu selalu diawali dengan mengantar anak pergi kesekolah.Dengan sepeda motor buntut “si ijo” ini,saya selalu mengantar anak pergi dan pulang dari sekolah.Kebetulan,lokasi SD anak saya ini tidak terlalu jauh dari tempat saya bekerja yang jam masuk kerjanya juga dimulai dari jam 7 sehingga aktivitas pergi ke sekolah dan berangkat kerja dapat bebarengan waktunya.
Hari Senin tanggal 18 Juli 2016,tepatnya 2 minggu yang lalu setelah hampirselama 1 bulan lamanya anak saya menikmati libur kenaikan kelas yang disambung dengan libur Hari Raya Idul Fitri,saatnya mulai masuk sekolah kembali mengawali tahun pelajaran baru 2016-2017.Pada hari itu,baik siswa lama maupun siswa baru secara resmi mulai masuk sekolah,meskipun ada beberapa sekolah yang sudah memasukkan siswa barunya pada tanggal 16 Juli 2016 untuk praorientasi sekolah.
Agar tidak ada perlengkapan sekolah yang ketinggalan di hari pertama sekolah kedua anak saya tersebut,pada malam harinya istri saya sibuk mempersiapkan semua perlengkapan sekolah tersebut.Baju seragam,sepatu beserta kaos kakinya dan pelengkapan tulis seperti buku tulis baru, bolpoint,pensil,penggaris serta dasi dan topi semua telah dimasukkan dalam tas sekolah.
Pada hari pertama sekolah tersebut kebetulan anak saya yang kedua juga mulai merasakan “atmosfer” hari pertama sekolah setelah beberapa hari sebelumnya didaftarkan di sebuah sekolah setingkat PAUD yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah.Sehingga di pagi hari tanggal18 Juli itu,saya dan istri pun berbagi peran,saya mengantar anak pertama berangkat sekolah SD sedangkan istri mengantar anak kedua ke sekolah PAUD-nya.
Di hari pertama sekolah tahun pelajaran 2016-12017 tersebut,anak saya minta diantar lebih awal dengan alasan untuk mencari kelas baru serta mencari tempat duduk di bagian depan sehingga pada jam 06.10 WIB saya sudah siap berangkat.Biasanya saya berangkat dari rumah pada jam 06.30 WIB.Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 15 menit,sampailah saya di komplek SD tempat anak saya sekolah.Terlihat pemandangan yang tidak biasanya,di pagi hari tersebut di depan pintu masuk gerbang sekolah sudah berkerumun para orang tua yang juga mengantar anaknya di hari pertama sekolahnya.
Sementara itu dari pihak sekolah sendiri sepertinya tidak maksimal dalam menghadapi hari pertama sekolah.Tidak adanya sambutan guru terhadap anak maupun orang tua ketika masuk ke lingkungan sekolah sehingga suasana hari pertama sekolah seperti tidak bermakna.Mungkin kedepannya bisa di munculkan tradisi baru dari pihak sekolah untuk menyambut kedatangan orang tua maupun siswa baik siswa baru maupun lama di hari pertama sekolah.
Sayapun bergegas mengantar anak saya masuk ke lingkungan sekolah hingga masuk ke kelas barunya.Waktu itu saya perhatikan tidak banyak orang tua terutama siswa lama yang mengantar anaknya sampai di depan kelas bahkan hingga masuk ke ruangan kelasnya.
Sementara itu suasana terlihat “meriah”di depan kelas 1 dimana para orang tua terutama ibu ibu yang dengan duduk setia di depan kelas menemani putra putrinya di hari pertama sekolah tersebut.Bercengkrama dengan sesama ibu ibu lainnya serta sesekali berbincang bincang dengan ibu guru yang menjadi wali kelas 1 tersebut.
Seolah terulang di setiap tahunnya,setiap hari pertama sekolah selalu saja ada momen mengharukan terjadi dimana tidak setiap anak terutama anak yang baru masuk di kelas 1 siap dan mau ditinggal orang tuanya di sekolah.Ada anak yang menangis tersedu ataupun ada orang tua yang juga ikut “sekolah” kembali dengan duduk di dalam kelas,saya temukan momen tersebut dihari pertama sekolah di tahun pelajaran 2016-2017 ini.Peristiwa ini mengingatkan saya pada tahun 2011 ketika anak saya baru pertama masuk di sekolah dasar ini.Mulanya juga tidak mau ditinggal padahal ketika masih di TK tidak masalah tidak saya tunggui.Ketika pulang sekolah barulah ketahuan mengapa minta ditunggui yang disebabkan karena ada temannya yang “nakal”.Sehingga anak saya tersebut terlihat takut dan belum ada keberanian untuk melawan.
Selain itu,ibu guru wali kelas tersebut juga memberitahukan bahwa sekolah SD ini akan menjalani akreditasi pada tahun depan.Nah,beliau pun meminta beberapa foto yang saya ambil sejak pagi sebelum bel masuk sekolah hingga anak anak pulang sekolah untuk dokumentasi sekolah.Ternyata tanpa saya sadari sejak awal upacara bendera dimulai,saya sudah di perhatikan oleh ibu guru wali kelas ini.Kok saya beda dengan wali murid lainnya yang cenderung pasif,sementara saya aktif bergerak mencari gambar berbagai kegiatan aktivitas anak anak di hari pertama sekolah tersebut.Saya pun tidak menduga adanya permintaan tersebut,namun dengan senang hati saya tunjukkan beberapa foto yang sudah saya ambil lewat ponsel pintar maupun kamera digital dan saya pun meminta alamat email beliau untuk pengiriman foto tersebut.
Saya yang mendengarkan penjelasan ibu guru wali kelas tersebut merasa bahwa memang tugas para guru saat ini sungguh berat.Selama ini sebagian besar orang tua murid mempercayakan sepenuhnya mengenai pendidikan anak anaknya kepada pihak sekolah dengan berbagai alasan. Ada yang alasan sibuk bekerja mencari nafkah,tidak mau repot maupun alasan lainnya.Akhirnya banyak kasus yang terjadi kalau prestasi putra putrinya tidak memuaskan,para orangtua tersebut selalu menyalahkan pihak sekolah.Mulai dari gurunya yang tidak profesional,sarana dan fasilitasnya kurang memadai hingga metode pembelajarannya yang tidak tepat.
Belum lagi ketika tersebar berita di media elektronik maupun media online yang menyudutkan guru.Ada beberapa guru di berbagai daerah yang harus berurusan di meja hijau karena diduga menganiaya muridnya.Padahal tidaklah mungkin seorang guru tega menganiaya muridnya jikalau muridnya itu tidak melakukan suatu pelanggaran.Nah,hal hal seperti itu bisa diminimalisir dengan adanya komunikasi dan interaksi antara guru dan orang tua siswa yang intensif.Sementara itu,faktanya saat ini komunikasi dan interaksi dari para orang tua murid ke pihak sekolah tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Atas dasar itulah,Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bpk Anies Baswedan (yang sekarang sudah diganti dengan Menteri yang baru) mengeluarkan Surat Edaran no 4 Tahun 2016 tertanggal 11 Juli 2016 tentang Hari Pertama Sekolah yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia. Harapan yang terdapat dalam surat edaran tersebuta dalah agar para orangtua mau mengantarkan (sendiri) anaknya ke sekolah agar terjadi komunikasi dan interaksi yang positif antara orang tua baik siswa baru maupun siswa lama dengan pihak sekolah agar supaya tumbuh iklim pembelajaran yang positif dan menyenangkan di sekolah.
Substansi edaran tersebut sebenarnya merupakan salah satu terjemahan dari pesan Ki Hadjar Dewantara yang diformulasikan dalam Teori Trisentra Pendidikan yang menyebutkan bahwa proses pendidikan tersebut berlangsung di tiga sentra yaitu keluarga,perguruan atau sekolah serta pergerakan atau masyarakat.Nah,agar proses pendidikan tersebut bisa berlangsung efektif maka ketiga sentra tersebut harus saling“menyapa”.Dalam hal ini orang tua memiliki peran yang strategis bagi pendidikan anak-anaknya.Kalau kemudian Mendikbud menganjurkan agar orang tua mengantar puteranya pada hari pertama sekolah,hal ini merupakan langkah yang bagus.Mengantar dan berkomunikasi dengan guru bukan sekedar sampai di depan pintu pagar sekolah saja.
Komunikasi dan interaksi antara orang tua dengan pihak sekolah terutama guru sangat penting.Untungnya di SD tempat anak saya belajar ini,kegiatan pertemuan antara orang tua dan pihak sekolah rutin dilaksanakan setiap 35 hari sekali yang dikemas dalam acara pengajian di Minggu pagi.Tentu kedepannya saya mengharapkan di setiap acara pengajian Minggu pagi tersebut tidak hanya membahas mengenai seluk beluk permasalahan agama saja namun bisa diselipkan acara yang membahas bagaimana agar kepala sekolah dan guru mampu melayani pembelajaran siswa dengan baik,mengintesifkan proses pendidikan yang sedang berjalan,mengatasi masalah belajar yang dihadapi oleh siswa dan sebagainya.Termasuk masalah pendanaan yang dibutuhkan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.Harapannya di acara rutin pengajian tersebut para orang tua siswa bisa mendapatkan informasi akurat dan uptodate mengenai proses belajar mengajar di sekolah tersebut serta dapat memahaminya dengan baik.
Maka,Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah yang dianjurkan oleh Mendikbud tersebut bertujuan agar para orangtua siswa mau mengantarkan sendiri ke sekolah,bertemu dan berkomunikasi dengan guru anaknya pada hari pertama sekolah merupakan langkah awal positif yang harus didukung.Bukan sekedar wacana saja di tahun pelajaran 2016-2017 ini namun bisa berlanjut di tahun pelajaran kedepannya.Semoga.
Ayo mengenal lingkungan sekolah anak kita belajar dimulai sejak hari pertama sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H