Di Klinik Kopi terdapat 2 pilihan cara pembuatan kopinya.Pilihan pertama adalah cara tuang atau purover.Cara purover ini masih dibagi 2 lagi yaitu dengan Cone Able (cone filter) dan Aeropress. Kedua cara ini menggunakan serbuk kopi yang digiling dengan ukuran kasar.Serbuk kopi ini ditempatkan dalam alat penyaring permanen.Dari sana dituangkan air panas dengan suhu 80 C. "Harus tepat.Suhu 85 C kopi akan gosong,kalau dibawah 80 C tidak akan jadi",kata Pepeng.Terlihat pada gambar kedua,teko untuk menuangkan air panasnya terdapat alat pengukur suhu atau thermometer.
Pilihan kedua adalah dengan pressing dengan menggunakan alat penekan manual bernama Presso.Hasilnya adalah espresso.Biji kopinya digiling di mesin 1 dengan hasil yang lebih halus ketimbang serbuk kopi untuk purover.Semakin halus akan menghasilkan kopi yang semakin pahit atau kuat.Untuk pilihan espresso ini,air panas yang digunakan bersuhu 85 sampai 90 C.Proses pembuatannya hampir sama dengan kopi americano yang saya nikmati di Kota Baru beberapa waktu yang lalu.
Kedua cara tersebut menghasilkan sensasi rasa yang berbeda.Kopi hasil purover terasa lebih ringan,adapun espresso terasa lebih pekat,kental dan pahitnya lebih menyodok.Persamaannya adalah sama sama enak.Harap dicatat,rasa nikmat kopi itu diukur ketika kopi itu dicecap sebagai kopi murni,tanpa gula atau unsur lainnya seperti susu.
Kembali ke kopi pesanan saya.Karena saya menghendaki rasa kopinya tidak terlalu pahit serta dengan tingkat rasa asam yang menengah,biji kopinya digiling dengan menggunakan mesin grinder nomor 2 yang menghasilkan butiran kopi agak kasar.Metode brewing (meracik) yang digunakan adalah filter kopi dengan teknik Aeropress. Setelah selesai menampung hasil penggilingan biji kopinya,serbuk kopi pesanan saya tersebut ditampung dalam gelas hitam.Segera ia menyeduhnya. "Umur kopi itu hanya satu menit," kata Pepeng.Maksudnya aroma dan rasa prima dari kopi itu hanya berumur 1 menit setelah digiling.Nah,di Klinik Kopi ini hanya menyuguhkan kopi yang masih berada dalam puncak kenikmatan tersebut.
Setelah selesai menyeduhnya tak lupa Pepeng pun menghirup aroma dari kopi pesanan saya sekedar untuk mengetes apakah sudah sesuai dengan keinginan saya atau belum.Baru kemudian segelas kopi arabika dari desa Air Dingin Solok sudah berpindah tangan dan siap saya nikmati.Rasa kopi pesanan saya ini ada 2 macam yang dominan yaitu rasa asam dan pahit.Paling terasa setelah kopi menjadi dingin,rasa asamnya tambah kuat sementara rasa pahitnya sudah berkurang. Walaupun ada rasa pahitnya,tetap terasa enak dan tidak terasa eneg di perut saya.After tastenya luar biasa.Tidak terasa secangkir kopi sudah tidak tersisa lagi.
Yah,tidak rugi saya datang ke Klinik Kopi karena ternyata saya belajar banyak mengenai kopi Nusantara.Ternyata setiap daerah di Indonesia memiliki jenis kopi yang berbeda-beda.Banyak faktor yang mempengaruhi hasil rasa kopi ketika diseduh.Pepeng pun menjelaskan bahwa kondisi tanah,ketinggian tanah,kondisi cucaca dan kondisi alam bisa mempengaruhi hasil akhir ketika diseduh.Penyeduhan kopi ternyata sangat detail dan bisa terukur. Selama ini saya hanya mengenal kopi dengan cara ditubruk saja.
Uniknya kedai Klinik Kopi ini selain kita dapat belajar meracik kopi serta merasakan berbagai rasa kopi dari berbagai penjuru Nusantara yaitu ketika kita sudah selesai menikmati kopi dan ingin membayar,kita cukup menaruh uangnya dalam toples besar dan dipersilahkan ambil sendiri kembaliannya.Unsur kejujuran juga diterapkan di Klinik Kopi ini.Sedangkan harga untuk satu cangkir kopi Arabika ini cukup terjangkau sekali,hanya Rp 15 ribu.Harga yang cukup murah dan tidak sebanding dengan ilmu yang kita dapatkan disana.Jikalau menginginkan biji kopi pilihan untuk dibawa pulang,yang sudah di roasting tentunya,Klinik Kopi pun melayaninya.