Mohon tunggu...
Dwi Suparno
Dwi Suparno Mohon Tunggu... Administrasi - Pejuang Receh

Kuli pabri..Bisa ditemui di nfkaafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Generasi Muda yang Berencana Menuju Keluarga yang Sejahtera

7 Oktober 2014   22:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:00 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keinginan mempunyai sebuah keluarga yang mandiri dan harmonis dimasa yang akan datang merupakan impian semua generasi muda.Ibarat seorang musisi yang akan menyelenggarakan sebuah konser musik,agar konser tersebut berjalan lancar dan sukses tentu selalu diawali dari perencanaan yang serius di semua aspeknya.Mulai dari pemilihan koreografinya,tema lagu,konsep pencahayaan panggung (ligthing),tata panggung konsernya,kostum yang akan dikenakan hingga siapa band penggiringnya. Begitu juga membangun keluarga juga harus direncanakan secara sungguh sunguh dan serius.

Seiring perjalanan waktu,impian memiliki keluarga yang di idam idamkan tersebut kadang hanya tinggal impian saja.Berbagai macam godaan muncul dari lingkungan pergaulan sehari hari yang bisa mengubah dan mempengaruhi perencanaan yang telah dipersiapkan sejak muda.Apalagi saaat ini,di tengah gencarnya arus globalisasi informasi yang tidak terkendali,akan membawa dampak positif dan negatif bagi generasi muda kita.Kalau dampak positifnya,kita sebagai orang tua tentu tidak perlu khawatir dan tentu saja akan mendukungnya. Contohnya memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan belajar disekolah atau untuk belajar melakukan kegiatan bisnis kecil kecilan.

Berbagai perilaku negatif remaja saat ini (dok.ceria.bkkbn)

Yang perlu dicemaskan oleh para orang tua adalah dampak negatif dari arus globalisasi tersebut.Sudah sering kita lihat di layar televisi,siswa SMP dan SMA terlibat tawuran dengan siswa sekolah lainnya yang kadang-kadang pemicunya hanya masalah sepele,saling ejek di dalam angkotan kota.Berbagai perangkat/alat yang membahayakan orang lain banyak ditemukan dalam tawuran tersebut.Ada bom molotov,gear sepeda motor bahkan senjata tajam. Tidak jarang dalam tawuran tersebut menimbulkan korban luka-luka bahkan ada yang sampai meninggal dunia.Itu baru satu contoh perilaku negatif remaja saat ini.

Contoh lainnya,bisa kita lihat di jalanan.Anak seusai SMP sudah mengendarai sepeda motor di jalan raya tanpa memakai alat pelindung kepala (helm).Entah apa yang ada di pikiran anak tersebut sehingga berani mengendarai sepeda motor di jalan umum.Padahal sesuai dengan undang undang lalu lintas dan angkutan jalan,seorang anak yang belum genap berumur 17 tahun tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan bermotor.Ditambah lagi tidak memakai pelindung kepala.Anehnya lagi tidak seorang pun termasuk pak polisi yang berwenang menindak tindakan salah tersebut,malah membiarkannya. Berdasarkan data kecelakaan dari pihak kepolisian,pelaku sekaligus korban kecelakaan lalulintas didominasi kalangan pelajar/remaja.Belum lagi,kegiatan balapan liar yang dilakukan segelintir remaja yang dilakukan diwaktu malam hari di jalan raya.Karena sifatnya balapan liar,maka unsur keselamatan pembalapnya tidak diperhatikan lagi.Kita pun banyak mendengar dan melihat berapa banyak remaja yang harus kehilangan anggota tubuhnya sampai kehilangan nyawanya gara gara ikut balapan liar tersebut.

Gencarnya arus globalisasi informasi juga memperngaruhi perilaku beberapa remaja.Awalnya hanya coba coba akhirnya menjadi pecandu narkoba.Berapa banyak remaja harus menjalani rehabilitasi dan hukuman gara gara berkenalan dan berkawan dengan narkoba.Tentu kondisi tersebut membuat masa depan remaja tersebut menjadi suram.Tentu kita tidak ingin hal tersebut terjadi pada anak kita.

Akses internet yang begitu bebas dan nyaris tanpa filter saat ini,walaupun katanya Kemeninfo sudah dilakukan pemblokiran terhadap akses terhadap kekerasan dan pornografi,nyatanya masih dapat ditemui berbagai situs internet yang menjajakan video pornografi dan kekerasan lainnya.Dampak dari begitu vulgarnya akses pornografi di internet,di berbagai daerah diberitakan banyaknya kasus perkosaan yang dilakukan oleh kalangan remaja.Selain itu kasus remaja yang "kebablasan" dalam berpacaran sehingga mengakibatkan kehamilan juga banyak ditemukan diberbagai daerah.

Berbagai perilaku hidup tidak sehat serta tidak berakhlak remaja Indonesia saat ini,dalam jangka panjang akan mempengaruhi program keluarga berencana dan kualitas bangsa Indonesia dalam 10-20 tahun kedepan.Diperlukan peran serta dari negara untuk melakukan upaya pencegahan dini agar kualitas rakyat Indonesia di masa yang akan datang dapat meningkat sehingga dapat bersaing dengan bangsa lainnya.Oleh sebab itu,Pemerintah melalui BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) meluncurkan program unggulan yang fokus menggarap disegmen remaja,dengan nama Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) yang lebih dikenal dengan nama Program GenRe (Generasi Berencana).

Tujuan Program Generasi Berencana

Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2010,jumlah penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa.Dari total populasi penduduk Indonesia tersebut,sekitar 27.6 %-nya (sekitar 65 juta jiwa) merupakan usia kalangan remaja (usia 10-24 tahun). Jumlah yang cukup besar yang dapat menentukan masa depan bangsa Indonesia kedepannya.

1412656778305318697
1412656778305318697
Sumber : kompas

Dengan begitu besarnya potensi generasi muda Indonesia saat ini,Program Generasi Berencana (GenRe) diharapkan memberikan informasi yang menyeluruh berkaitan dengan penyiapan diri remaja menyongsong kehidupan berkeluarga yang lebih baik,menyiapkan sosok pribadi yang matang dalam membangun keluarga yang harmonis serta memantapkan perencanaan dalam menata kehidupan untuk keharmonisan keluarga.Dengan kata lain GenRe ini adalah remaja dan pemuda yang memiliki pengetahuan,bersikap dan berperilaku sebagai remaja untuk mempersiapkan dan perencanaan yang matang dalam kehidupan keluarga.Diharapkan juga remaja dan pemuda GenRe mampu melaksanakan jenjang pendidikan secara terencana,berkarir dalam pekerjaan dengan terencana dan menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi.

Terus siapa saja sasaran dari program GenRe ini?Program GenRe ini ditujukan fokus kepada kalangan remaja (umur 10-24 tahun) dan belum menikah,mahasiswa/mahasiswi yang belum menikah,keluarga yang mempunyai anak berusia remaja serta masyarakat umum yang peduli dengan remaja.

Ada 4 substansi yang menjadi fokus perhatian Pemerintah melalui BKKBN dalam program yang ditujukan kepada remaja ini,yaitu :



  • Remaja terhindar dari resiko seksualitas pra nikah,terhindar dari resiko NAPZA serta terhindar dari resiko HIV/AIDS,yang lebih dikenal TRIAD Remaja.

1412657000766332611
1412657000766332611
Bahaya berperilaku tidak sehat (dok.bkkbn)

Menurut data dari Badan Narkotika Nasional tahun 2008,jumlah pengguna NAPZA (Narkotika,Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiftif lainnya) berjumlah 115.404 kasus, dimana 51.986 kasus dari total pengguna adalah mereka yang berusia remaja (16 - 24 tahun).Diantara pengguna remaja tersebut terdiri dari pelajar sekolah berjumlah 5.484 kasus dan mahasiswa berjumlah 4.055 kasus.Untuk kasus ODA (Orang dengan AIDS),juga menunjukkan hasil yang mencengangkan,49.5 % penderita HIV/AIDS adalah kelompok produktif usia 20-29 tahun (data Kemenkes 2011).Melihat karakteristik AIDS yang gejalanya muncul setelah 3-10 tahun kemudian,data tersebut diatas semakin membuktikan bahwa sebagian besar kelompok produktif yang terkena AIDS telah terinfeksi pada usia yang lebih muda.



  • Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)


1412657087506882536
1412657087506882536

Brosur Resiko Menikah Dini (sumber: BKKBN)

Berdasarkan data rata-rata usia perkawinan pada tahun 2007 didapatkan hasil yang mengejutkan,yaitu rata-rata usia kawin pertama pada usia 19.8 tahun. Dengan menikah di usia muda akan membawa banyak konsekwensi yaitu dari sisi kesehatan,organ reproduksi yang belum matang berpotensi 5 kali lebih besar mengalami kematian saat kelahiran. Resiko terhadap berbagai penyakit mengerikan, seperti kanker serviks, kanker payudara, mioma dan kanker rahim juga menghantui pasangan menikah di usia muda. Dari segi pendidikan,menikah di usia dini mengakibatkan terputusnya mengeyam pendidikan di jenjang berikutnya yang lebih tinggi karena terbebani dengan mengurusi anak.Menurut riset, hanya 0,02 % pelaku pernikahan dini yang dapat melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi.

Selain itu menikah di usia muda berpotensi menghadapi kegagalan (bercerai) dikarenakan ketidaksiapan mental pasangan suami istri dalam menghadapi dinamika rumah tangga. Selain itu banyaknya kasus perceraian pasangan menikah usia dini juga disebabkan karena adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).Dengan jiwa muda yang masih labil,pasangan menikah usia muda akan dihadapkan pada kenyataan sulitnya memahami serta menahan ego masing masing dalam mengurus/mengatur rumah tangga,mencukupi ekonomi rumah tangga serta mengasuh/mendidik anak.

Melalui program Pendewasaan Usia Perkawinan ini sebagai upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama,sehingga pada saat perkawinan diharapkan bagi perempuan diharapkan mencapai usia rata-rata 20 tahun serta usia 25 tahun untuk laki-laki.Dengan perkawinan yang dilakukan pada usia yang tepat,tentu akan membawa kebahagian bagi keluarga dan pasangan.Selain untuk menghindari berbagai dampak yang merugikan bila menikah di usia muda,program ini juga memberikan edukasi kepada kalangan remaja tentang kesehatan reproduksi,tentang jumlah dan jarak kehamilan serta pemberian ASI eksklusif. Bila semua sudah direncanakan,hasilnya tentu kebahagian keluarga dapat dicapai.Perencanaan finasial pun dapat dimaksimalkan tanpa terganggu dengan adanya konflik antar anggota keluarga.



  • Remaja yang bisa memahami dan melaksanakan 8 funsi keluarga menuju Keluarga yang Bertanggungjawab.

1412657178842496312
1412657178842496312
8 Fungsi Keluarga menuju Keluarga Harmonis (sumber: bkkbn)

Dari berbagai data menunjukkan bahwa keluarga melalui pola asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan karakter remaja,termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja, pengawasan orangtua, dan komunikasi orangtua dengan remaja. Melalui komunikasi, orangtua hendaknya menjadi sumber informasi dan pendidik utama tentang kesehatan reproduksi remaja, juga tentang perencanaan kehidupan remaja di masa yang akan datang. Namun demikian, orangtua sering menghadapi kendala dalam berkomunikasi kepada remajanya, begitupun sebaliknya.

Di sebuah keluarga yang didalamnya terdapat anak seusia remaja,orang tuanya dituntut dapat berperan sebagai pendidik,panutan,tempat konsultasi,tempat curhat (komunikasi) serta dapat berperan sebagai teman/sahabat sang anak tersebut.Upaya tersebut untuk kondisi saat ini memang memerlukan perjuangan luar biasa apalagi bila kedua orang tua dalam kondisi bekerja semua.Waktu bertemu dengan anak yang berkurang karena kesibukan bekerja,membuat sang anak mendapatkan kurangnya perhatian dari orang tuanya.Sehingga waktu yang tersisa dimalam hari dapat dimaksimalkan oleh orang tua untuk mengenal lebih dekat serta selalu mengontrol pelajaran sekolahnya.

Pendidikan agama juga mutlak diberikan di lingkungan rumah,misal dengan mengikutkan sang anak ke tempat belajar agama.Para orang tua juga harus mengajarkan kejujuran,sopan santun,ketaatan terhadapan ajaran agama,sabar dan ikhlas serta berdisiplin terhadap waktu.Dengan pondasi agama yang kuat sejak dini,dimasa remaja dan dewasa akan lebih kuat menahan godaan negatif dari lingkungan sekitarnya.

Kondisi rumah juga bisa membuat sang anak merasa nyaman dan terlindungi. Banyak kasus ditemukan,kekerasan terhadap anak banyak terjadi justru di lingkungan rumah.Seyogyanya kita sebagai orang tua dapat memberikan kasih sayang sebagaimana orang tua kita dulu memberikan kasih sayangnya kepada kita.Dari rumah pula,anak akan belajar tentang lingkungan sosial dan budaya di tempat tinggalnya yang tidak didapatkan dari belajar di sekolah. Ajaran toleransi dan saling menghargai,gotong royong serta kepedulian kepada sesama.Agar tidak terjerumus ke hal hal yang negatif,peran orang tua sebagai teman/sahabat anak dapat hadir di pribadi sang anak.

Rumahku adalah istanaku,home sweet home.Istilah yang cocok mengambarkan kondisi rumah yang dihiasi dengan cinta dan kasih sayang seluruh penghuninya.Rumah akan menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya seluruh kegembiraan, kedamaian dan kesopanan serta akan menjadi tempat kejujuran dan segala sifat kebaikan dan kebahagiaan tinggal.Anak akan belajar mengasihi apabila di rumah kedua orangtuanya hidup dalam suasana penuh cinta kasih sayang. Dengan pelajaran cinta kasih yang diterimanya di rumah, anak akan menjadi anak yang lembut dan penurut. Apabila anak dibesarkan dalam suasana rumah yang penuh dengan kebencian dan kedengkian akan melahirkan watak yang gampang tersinggung dan cepat marah, hidupnya akan selalu dipenuhi oleh rasa dendam yang pada akhirnya akan merugikan anak itu sendiri dimasa dewasanya.

Pendidikan seksual dalam keluarga juga wajib dikenalkan secara perlahan lahan kepada anak.Apalagi dewasa ini tontonan ty serta internet yang berbau seksualitas semakin marak.Anak pun terkadang mendapatkan informasi tentang seksualitas dari sumber yang tidak mendidik atau malah cenderung menyesatkan.Disinilah peran orang tua menjadi penting untuk menjelaskan hal-hal yang ingin anak-anak ketahui yang berkaitkan dengan informasi tentang seksualitas dari berbagai sumber baik yang dapat dipercaya maupun yang tidak.Anak pun mendapatkan informasi dari sumber yang terpercaya,dari orang yang mereka kenal sehingga anak akan belajar mengenai nilai-nilai dan cinta yang berkaitan dengan fakta-fakta yang ada.Pengenalan perbedaan organ reproduksi laki-laki dan perempuan mulai diperkenalkan sejak masih anak dengan methode yang sederhana.Bagaimana bentuk organ reproduksi beserta fungsinya.Jadi si anak akan mendapatkan kejelasan informasi tentang organ reproduksi sejak awal. Setelah menginjak usia dewasa,mulai dijelaskan lebih detail lagi sehingga remaja menjadi tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dimengerti mengenai organ reproduksinya.Dengan mengetahui lebih dini,si anak akan memiliki tanggungjawab dan keteguhan untuk tidak melakukan hubungan seksual pra nikah setelah menginjak dewasa nantinya.

Itulah beberapa deskripsi dari 8 fungsi keluarga dalam Program GenRe ini. Apabila setiap keluarga Indonesia mengajarkan nilai-nilai yang terkandung dalam masing masing fungsi keluarga tersebut, akan menghasilkan generasi pelanjut yang berperilaku sehat, bertanggung jawab, berakhlaq, dan berkualitas serta produktif.Dari keluarga yang smart-lah semua dimulai,niscaya generasi berencana akan terbentuk.



  • Pelatihan Pendidikan Ketrampilan Hidup

141265743116242971
141265743116242971
Berbagai macam kegiatan "life skill education" (dok.BKKBN)

BKKBN menyiapkan pendidikan keterampilan hidup yang tujuannya agar para remaja kedepannya mempunyai kemampuan dan keberanian untuk menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan dan kesulitan hidup sehari hari.

Berbagai peluang usaha tercipta berkat adanya pendidikan ketrampilan hidup tersebut.Masih banyak produk kerajinan daerah yang membutuhkan sentuhan tangan para remaja.Waktu luang remaja juga akan lebih berguna unutk menimba ilmu usaha daripada hanya berdiam diri dirumah,bermain games di handphone atau hanya berbicara "ngalor ngidul" dengan teman-temannya.Dengan mendisplinkan diri memanfaatkan waktu luang dengan tertib,dimasa dewasa karakter tahan banting tersebut sudah terbentuk.

Mengkampanyekan Program GenRe

Agar program ini berjalan dengan sukses serta hasilnya dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat,BKKBN selaku penggagas program GenRe pun melakukan banyak kegiatan promosi, diantaranya



  • Pemilihan Duta mahasiswa Generasi Berencana tingkat nasional.

1412657275280953816
1412657275280953816
Finalis Pemilihan Duta Mahasiswa GenRe 2013 (sumber:BKKBN)

Setiap tahunnya BKKBN melakukan kompetisi pemilihan duta mahasiswa generasi berencana.Kompetisi yang dimulai berjenjang dari tingkat lokal hingga tingkat nsaional ini bertujuan agar para remaja/mahasiswa yang terpilih mempunyai tanggungjawab moral untuk mengajak para remaja lainnya untuk berperilaku hidup sehat agar terhindar dari resiko NAPZA dan HIV/AIDS.Selain itu para finalis juga dapat menjadi contoh,model dan sumber informasi bagi teman sebayanya dalam menunda usia pernikahan serta merencanakan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera.

Mengingat luas wilayah negara Indonesia ini,media edukasi tentang program GenRe ini akan lebih efektif bila dilakukan melalui media online serta media televisi.Saya masih ingat dengan tayangan edukasi dari BKKBN yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta nasional dengan nama Cafe GenRe sekitar bulan Juli sampai Oktober 2011.Program ini sangat bagus sekali formatnya.Sayang sekali saat ini program tersebut sudah tidak berjalan lagi.

Ada baiknya,BKKBN mempunyai channel khusus di media online (youtube) yang berisi berbagai video edukasi sehingga remaja serta masyarkat umum dapat mengakses konten video tersebut tanpa harus menunggu didepan tv lagi.Edukasi program GenRe juga bisa dilakukan melalui media sosial (facebook,twitter,path,google+) dengan format yang lebih pribadi.

Promosi melalui media online selain lebih murah juga lebih efektif menjangkau semua kalangan masyarakat.Selain itu kampanye edukasi program GenRe tetap dilakukan melalui media offline seperti melalui penyuluhan di sekolah-sekolah serta penyuluhan di kelurahan.Dibarengi dengan kampanye GenRe di media online yang lebih massif lagi,diharapkan remaja dapat mengakses konten-konten edukasi tentang seksualitas remaja,bahaya seks bebas,resiko pernikahan dini serta perencanaan kehidupan berumah tangga melalui sumber yang dapat dipercaya.

Kesimpulan

Tantangan orang tua sekarang ini jauh lebih besar dibanding kondisi jaman dulu,dimana saat ini berbagai arus informasi dari berbagai arah menyerbu silih berganti.Peran keluarga dalam membentuk karakter remaja sangat penting dalam membentuk perilaku remaja yang sehat dan berakhlak. Komunikasi,keterbukaan dan kejujuran dari orang tua menjadi kunci keberhasilan mendidik remaja agar mempunyai rencana yang matang terhadap masa depannya.Saatnya yang muda yang berencana, menuju Indonesia yang sejahtera.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun