Kesempatan yang sangat langka bisa mengunjungi Kapal VLGC Pertamina Gas 2 ini.Mungkin bagi penulis kesempatan ini hanya sekali ini saja seumur hidup bisa menginjakkan kaki di atas kapal VLGCÂ milik Pertamina ini.
Setelah puas berselfie ria dengan sang kapten,tepat jam 15.15 WIB rombongan kompasianer pun pamit undur diri untuk kembali ke daratan.Acara berkunjung ke Kapal VLGC Pertamina Gas 2 ini molor beberapa jam dari jadwal,karena memang semua peserta rombongan begitu menikmati beragam acara yang disuguhkan para awak Kapal.Kapal penjemput tugboat sudah siap berada dibawah tangga turun dari Kapal Pertamina Gas 2.Secara bergiliran,para peserta antri menuruni anak tangga menuju ke kapal tugboat.Setelah semuanya turun,kapal segera bergerak meninggalkan Kapal Pertamina Gas 2.
Sambil menunggu kapal nelayan yang akan menjemput rombongan di tengah laut,kapal tugboat berlayar melintasi saudara kembarnya Kapal Pertamina Gas 2,yaitu Kapal Pertamina Gas 1.Sama sama besarnya,sama sama kapasitasnya hanya harga pembeliannya saja yang berbeda.Lebih mahal US$3 juta.
Nah,dalam perjalanan kembali ke daratan dia tas kapal tugboat ini,penulis sempat menanyakan kepada Bpl Marlo tentang berlimpahnya gas alam di indonesia,kenapa kita harus impor gas.Oleh Bpk Marlo dijawab bahwa gas alam berbeda dengan elpiji.Kalau elpiji mempunyai tekanan yang rendah maksimal 12 bar,kalau gas alam (LNG) mempunyai tekanan yang tinggi sampai 200 bar.Jadi kalau gas alam tersebut dipaksakan disimpan dalam tabung seperti kondisi saat ini,biaya fabrikasi tabungnya sangat mahal sekali.Saat ini ketebalan palt untuk tabung elpiji 12 Kg adalah sekitar 2.3 mm,kalau LNG dibuatkan tabung,ketebalan platnya bisa mencapai 8 mm.Wooo...tebal sekali,proses produksinya tentu akan sangat kesulitan.Makanya LNG dialirkan melalui pipa sehingga lebih efisien.
Kembali lagi ke kapal tugboat...
Setelah mengelilingi kapal Pertamina Gas 1,dari kejauhan sudah nampak kapal nelayan yang akan menjemput rombongan kompasianer.Walaupun saat itu kondisi cuaca panas terik,tidak terlihat keletihan dan kelelahan para peserta,semuanya terpuaskan bisa melihat dan menginjakkan kakinya secara langsung diatas kapal kebanggaan Pertamina ini.
Semoga kedua kapal tersebut dapat memberikan sumbangsih bagi ketahanan energi khususnya pasokan elpiji bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jam 16.00 WIB,rombongan kompasinaer bertolak kembali menuju ke Pulau Dewata melalui jalan darat dengan menumpang bus.Melalui rute Situbondo-banyuwangi via Baluran akhirnya pada pukul 18,45 rombongan sampai di pelabuhan Ketapang.Setelah menunggu 10 menitan,rombongan pun memasuki kapal feri dan 20 menit kemudian sampailah di pelabuhan Gilimanuk,Bali.Tidak perlu menunggu lama,rombongan segera melanjutkan perjalanan menuju ke hotel.Jam 00.30 WITA,rombongan tiba dengan selamat di hotel.
Di ibaratkan para peserta kompasinaer ini adalah prajurit,pada hari Kamis 09 Oktober 2014 ini dinyatakan lulus.Tiga matra sudah sukses dilalui,matra udara,matra air dan terakhir matra darat.Komplit...Menu utama hari ini sudah sukses dilalui,saatnya melahap menu hiburan yang tidak kalah serunya esok harinya.Rafting di Ayung...