Mohon tunggu...
Novita Febrianti
Novita Febrianti Mohon Tunggu... -

Ibu dari Javier van Joost, Lulus dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung bekerja sebagai dosen Public Relation dan Tourism Management.Sangat tertarik dengan pariwisata juga dunia fashion. Mengisi waktu sesuai dengan hobbynya menulis,memasak dan menyanyi. Dan mencoba mengembangkan hobby dgn usaha kecil- kecilan, membuat souvenir ulang tahun,snack arisan dan menjadi MC dibeberapa acara talk show.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat untuk Lelaki Malaikat Tengah Malamku

9 Mei 2011   17:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:54 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear Malaikatku,

Beberapa bulan terahir ini adalah bulan-bulan dimana aku disentuh dan diperkenalkan lagi oleh indahnya kasih sayang,pengertian dan perhatian bahkan CINTA.. Aku mulai bisa mencinta, mulai bisa menyayangi dan membuang semua kebencian juga dendam yang tertahun2 bersarang ditubuh dan fikiranku. Aku tau, hanya kehadiranmulah yg bisa merubah smua ini menjadi begitu indahnya. Kau angkat aku dari keterpurukan, kau gantungkan harapan-harapan baru untukku... kau tawarkan bahumu untuk sandaranku saat ku menangis dan letih.... kau peluk aku saat rasa takut melandaku....siang,malam,bahkan subuh sekalipun kau luangkan smua waktumu untuk mendengarkan keluh kesahku......kau berikan seluruh tubuhmu untuk kujadikan selimut dikala dingin menyerangku... kau menjadi candu bagiku...Kaulah "Malaikat" ku. Sering kali aku menimbang-nimbang tentang aku,kamu dan kita... Dan setiap pemikiran pasti akan membawa pada sebuah keputusan, yang entah berahir pada kesedihan atau kebahagian. Ingin ku berhenti dari hubungan yang kita jalani...semata-mata hanya karena aku letih untuk terus berjalan... Karena sampai kapanpun kita selalu sadar bahwa kita berada di jalur yang sangat berbeda, yang tidak akan pernah bertemu di satu titik yang pasti. Mungkin aku yang harus belajar untuk berpijak pada kenyataan, lebih realistis, serta tidak selamanya terlena dalam mimpi dan harapan kosong. tahukah kmu? harga yang harus aku bayar untuk sebuah hubungan ini? tidak bisa dibandingkan dengan materi sebesar apapun, tapi aku harus membayarnya dengan hati dan air mata yang jatuh setiap malamnya...kini aku mulai sadar aku lelah, lelah bermain dengan hati........ Aku lelah setiap kali harus menangis, karena harus menerima kenyataan bahwa tak hanya aku yang menjadi milikmu bahkan tak hanya diriku yang ada dihatimu untuk selamanya. Kini izinkan aku pergi, izinkan aku berhenti dan mengakhirinya. Cinta itu tetap ada dan akan ada selamanya... Ya tentu saja aku takan bisa hidup tanpamu... tapi aku juga tidak mau hidup dengan mencuri setiap kilau dari mereka-mereka yang mencintaimu, bahkan aku tidak mungkin hidup dengan selalu menjadi bayang-bayang kehidupanmu, karena semua itu tidak akan mendatangkan bahagia. Aku berhutang terima kasih kepadamu. Terima kasih telah menjadi teman terbaik. Terima kasih buat telinga yang selalu siap mendengarkan smua keluh kesahku, terima kasih kau selalu membuat hidupku lebih seru juga berwarna. Dan tentu saja terima kasih yang tak terhingga, untuk hati yang telah kau pinjamkan untuku selama ini. Terima kasih banyak telah memberi pengalaman baru dalam hidupku.... mungkin ini bisa mengurangi rasa sesak di dada...tentu smua kenangan tentangmu akan terus ada... Maafkan aku kalau seringkali menyakiti kamu dengan semua perkataanku.... Tapi kamu pasti tau kalau aku benar-benar sayang kamu.......dan aku akan selalu ada disini menemani dan menatap dirimu dari kejauhan......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun