Mohon tunggu...
Neza Hafizzah Putri
Neza Hafizzah Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Masiswa uin imam bonjol padang

menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kata-Kata Pedas Membakar Hati, Ketika seorang dai Lupa Diri

12 Desember 2024   11:03 Diperbarui: 12 Desember 2024   11:01 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayang-bayang kekecewaan membayangi jagat maya.  Seorang tokoh publik yang selama ini dikenal karena kata-kata indah dan inspiratifnya,  ternyata menyimpan sisi lain yang jauh dari citra yang ia bangun.  Peristiwa yang memperlihatkan perlakuan kasarnya terhadap seorang pedagang es teh sederhana telah mengguncang banyak orang.  Bukan sekadar perselisihan kecil,  kejadian ini menjadi refleksi yang menyayat tentang bagaimana kata-kata,  bahkan dari mereka yang seharusnya menjadi teladan,  mampu melukai dan merendahkan martabat sesama manusia.  Kejadian ini bukan hanya mencoreng citra sang tokoh publik,  tetapi juga melukai seluruh hati masyarakat.
Sosok yang kerap tampil di depan publik dengan citra intelektual dan religius,  seolah melupakan pentingnya empati dan kesopanan dalam berinteraksi.Bayang-bayang kekecewaan membayangi jagat maya. Seorang tokoh publik yang selama ini dikenal karena kata-kata indah dan inspiratifnya, ternyata menyimpan sisi lain yang jauh dari citra yang ia bangun. Peristiwa yang memperlihatkan perlakuan kasarnya terhadap seorang pedagang es teh sederhana telah mengguncang banyak orang. Bukan sekadar perselisihan kecil, kejadian ini menjadi refleksi yang menyayat tentang bagaimana kata-kata, bahkan dari mereka yang seharusnya menjadi teladan, mampu melukai dan merendahkan martabat sesama manusia. Kejadian ini bukan hanya mencoreng citra sang tokoh publik, tetapi juga melukai seluruh hati masyarakat.

Sosok yang kerap tampil di depan publik dengan citra intelektual dan religius, seolah melupakan pentingnya empati dan kesopanan dalam berinteraksi. Kata-kata kasar yang dilontarkan, meski dipicu oleh situasi berdakwah, tak dapat dibenarkan. Hinaan dan perkataan pedas itu jatuh kepada seseorang yang hanya berupaya mencari nafkah dengan jujur, seorang manusia biasa yang berjuang untuk kelangsungan hidupnya dan keluarnya. 

 Di balik seragam sederhana dan memikul es the di tengah keramaian dengan begitu lelah, terdapat seorang manusia dengan harga diri dan perasaan yang sama seperti sang tokoh publik. Kejadian ini menjadi sorotan karena memperlihatkan betapa mudahnya kata-kata pedas melukai dan meninggalkan bekas yang dalam di hati seseorang. Sebuah perkataan yang terlontar secara spontan, tanpa pertimbangan matang, dapat menghancurkan harga diri dan menimbulkan luka batin yang tak mudah disembuhkan.  

Lebih menyedihkan lagi, kejadian ini terjadi dari seseorang yang seharusnya menjadi contoh dalam bersikap bijak dan santun. Publik menaruh harapan tinggi kepada figur publik, bukan hanya pada karya atau pemikirannya, tetapi juga pada perilaku dan akhlaknya.

Peristiwa ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua, terutama mereka yang memiliki pengaruh besar di masyarakat, tentang pentingnya menjaga etika dan kesopanan dalam berinteraksi. Kata-kata, sebagaimana pedang, dapat melukai dan menghancurkan. Oleh karena itu, kita perlu lebih bijak dalam menggunakan kata-kata, dan senantiasa menempatkan diri pada posisi orang lain sebelum melontarkan perkataan yang dapat menyakiti. Kejadian ini juga mengungkap ketidakadilan yang seringkali dialami oleh kelompok marginal di masyarakat. Pedagang kecil, yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, seringkali menjadi sasaran empuk perlakuan semena-mena.  

Mereka yang berada di posisi kurang beruntung, seringkali tidak memiliki kekuatan untuk membela diri dari perlakuan tidak adil. Peristiwa viral ini bukan sekadar hiburan sesaat, ia adalah pelajaran berharga tentang pentingnya empati, kesopanan, dan kesetaraan dalam bermasyarakat. Semoga kejadian ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran kita semua akan pentingnya menghargai setiap individu, terlepas dari status sosial dan profesinya.  

Semoga kejadian ini juga menjadi refleksi bagi figur publik agar lebih bijak dalam berkata dan bertindak, sehingga kata-kata indah yang mereka lontarkan benar-benar mencerminkan hati yang mulia dan perilaku yang terpuji. Semoga peristiwa ini menjadi pengingat bahwa di balik kata-kata indah, harus ada perilaku yang sejalan, dan empati tulus untuk semua  Kata-kata kasar yang dilontarkan, meski dipicu oleh situasi berdakwah, tak dapat dibenarkan.  Hinaan dan perkataan pedas itu jatuh kepada seseorang yang hanya berupaya mencari nafkah dengan jujur,  seorang manusia biasa yang berjuang untuk kelangsungan hidupnya dan keluarnya.
 Di balik seragam sederhana dan memikul es the di tengah keramaian dengan begitu lelah,  terdapat seorang manusia dengan harga diri dan perasaan yang sama seperti sang tokoh publik.  Kejadian ini menjadi sorotan karena memperlihatkan betapa mudahnya kata-kata pedas melukai dan meninggalkan bekas yang dalam di hati seseorang.  Sebuah perkataan yang terlontar secara spontan,  tanpa pertimbangan matang,  dapat menghancurkan harga diri dan menimbulkan luka batin yang tak mudah disembuhkan.  
Lebih menyedihkan lagi,  kejadian ini terjadi dari seseorang yang seharusnya menjadi contoh dalam bersikap bijak dan santun.  Publik menaruh harapan tinggi kepada figur publik,  bukan hanya pada karya atau pemikirannya,  tetapi juga pada perilaku dan akhlaknya.
Peristiwa ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua,  terutama mereka yang memiliki pengaruh besar di masyarakat,  tentang pentingnya menjaga etika dan kesopanan dalam berinteraksi.  Kata-kata,  sebagaimana pedang,  dapat melukai dan menghancurkan.  Oleh karena itu,  kita perlu lebih bijak dalam menggunakan kata-kata,  dan senantiasa menempatkan diri pada posisi orang lain sebelum melontarkan perkataan yang dapat menyakiti.  Kejadian ini juga mengungkap ketidakadilan yang seringkali dialami oleh kelompok marginal di masyarakat.  Pedagang kecil,  yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya,  seringkali menjadi sasaran empuk perlakuan semena-mena.  
Mereka yang berada di posisi kurang beruntung,  seringkali tidak memiliki kekuatan untuk membela diri dari perlakuan tidak adil.  Peristiwa viral ini bukan sekadar hiburan sesaat, ia adalah pelajaran berharga tentang pentingnya empati,  kesopanan, dan kesetaraan dalam bermasyarakat.  Semoga kejadian ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran kita semua akan pentingnya menghargai setiap individu,  terlepas dari status sosial dan profesinya.  
Semoga kejadian ini juga menjadi refleksi bagi figur publik agar lebih bijak dalam berkata dan bertindak, sehingga kata-kata indah yang mereka lontarkan benar-benar mencerminkan hati yang mulia dan perilaku yang terpuji. Semoga  peristiwa ini menjadi pengingat bahwa di balik kata-kata  indah,  harus  ada  perilaku  yang  sejalan, dan empati tulus untuk semua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun