Penjara Suci
 Karya : Najla Fairin Aidifit
"Sera ustadzah nggak nyangka kamu gini, diam diam menghanyutkan yaa. Sekarang kamu mau tidak mau harus menerima konsekuensi dari saya! Dasar anak muda kebelet pacaran, " Teriak Ustadzah Nova di Kantor Asrama.
Sera menangis di atas kasur sambil menulis diary. " Lebay banget nih asrama, orang nggak pacaran cuman nanya tugas doang, kayak ustadzahnya paling suci aja deh " Ucap sera sambil mengutuk. Ternyata Ustazah Nova mendengar ucapan Sera.
"Sera, sekarang kamu pergi ke kamar mandi, masuk ke dalam bak, sampai jam 1 malam " Teriak ustazah, Sera mau tidak mau harus mengikuti perkataan Umi Nova dari pada dia harus mendapatkan hukuman yang lebih lagi.
Sera berendam di dalam bak kamar mandi, pintu kamar mandi dikunci oleh Ustazah, Sera hanya bisa menangis, teman - teman Sera dan kakak kelasnya tidak ada yang peduli, dan mereka julid kepada Sera.
Hari sedah menunjukkan pukul 01.00 WIB Sera sudah pucat dan menggigil. Ustazah pun menyuruh Sera agar ganti baju dan siap - siap untuk istirahat ustazah tidak peduli dengan kondisi Sera yang sudah pucat dan menggigil.
Sera tidak bisa tidur karna flu, sakit kepala. Serangan jadi rindu dengan masa SD nya dimana dulu dia tidak pernah menjadi anak yang nakal dan dongkol karna di masa SD Sera tidak pernah di kekang seperti saat ini.
Saat SD, Ustadzah Siska selalu menenangkan jika aku menangis karna rindu orang tua lah. Ustadzah juga selalu mengajarkan tentang bergaul yang baik," disini kita harus berteman dengan siapa saja baik  akhwat maupun ikhwan asal kalian jangan berlebihan".
Sekarang berbicara dengan lawan jenis aja langsung dicurigai,Sera tahu bahwa sekarang masa - masa pubertas dan harus membatasi pergaulan , " tapi kalau gini berlebihan banget ahh" sera menggerutu.
Sera rindu dengan Arvi, Sera tidak menganggap Arvi lebih dari sahabat, namun ingin bicara saja sudah tidak boleh. " ini cuman sekolah ber asrama doang loh zah " Sera masih mengutuk - ngutuk bicara sendiri.
Sera jadi teringat di saat , Sera duduk di bangku kelas 4 SD It Al - Madany.
Hari itu Ustadzah mengajak kami sekelas bermain layang - layang di gor, Aku dan Qeya,temanku ikut bermain layang - layang dengan anak cowok kami tidak canggung sedikitpun kami juga tau batasannya.
"Nabill! , layang - layang aku putus! , aku teriak agar Nabil mau mengejar layang - layangku namun Nabil tidak dapat mengejar layang - layang tersebut. Nabil langsung memberikan aku 1 layang - layang lagi. Aku sangat senang.
" Nih, layang - layangnya jangan jauh - jauh lepasinnya, nanti layangannya putus lagi ," Ucap Nabil.
" Aa makasih Nabil " Ucap Sera " Iya sama - sama". Aku sangat senang saat itu. Dan aku menganggap bahwa Nabil adalah sahabatku.
Sekarang aku tidak mempunyai teman cowok lagi. Bosan ? tentu saja namun mau bagaimana lagi aku harus mematuhi segala peraturan yang ada di asrama ini.
Yaa walaupun peraturan ini kurang cocok denganku. Peraturan ini terbawa - bawa oleh ku dirumah sehingga dengan abang sepupu saja aku canggung.
Tidak apa - apa , beraturan ini juga berdampak positif bagi aku, agar aku bisa belajar membatasi pergaulan di saat remaja ini dan menghindari seks bebas, " oke deh gak sepantasnya aku ngelawan " Ucap Sera.
Sera mulai mematuhi segala peraturan yang ada di asrama.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H